JAKARTA - Polytron memastikan mobil listrik perdana mereka, G3 dan G3 Plus, akan mulai dikirimkan ke konsumen pada Juli mendatang. Kendaraan listrik ini telah dirakit secara lokal dengan status Completely Knocked Down (CKD), memanfaatkan fasilitas baru PT Handal Indonesia Motor (HIM) di Purwakarta, Jawa Barat.
Kepastian ini disampaikan langsung oleh Direktur Komersial Polytron, Tekno Wibowo, dalam pembukaan showroom Polytron EV di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. Ia menyebut, pengiriman perdana telah menjangkau puluhan unit yang akan dikirim ke konsumen individu maupun korporasi.
“Pengiriman mulai akhir Juli. (Pemesanan) sudah puluhan unit untuk konsumen. Kalau dari korporasi juga sudah ada yang pesan meskipun belum mencoba langsung. Ini menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi,” ungkap Tekno saat ditemui di sela peluncuran showroom.
- Baca Juga Harga Sembako Jogja Turun
Mobil listrik G3 dan G3 Plus merupakan Battery Electric Vehicle (BEV) pertama dari Polytron, sebuah perusahaan teknologi asal Kudus yang selama ini dikenal lewat produk elektronik rumah tangga. Model mobil ini dikembangkan dari basis jenama asal Tiongkok, Skyworth, dan dirakit sepenuhnya di dalam negeri.
Fokus ke Pasar Domestik, Belum Ekspor
Meski telah ada beberapa tawaran kerja sama ekspor dari pihak luar negeri, Polytron masih memilih untuk fokus terlebih dahulu pada pasar domestik. Tekno menyebutkan bahwa kapasitas dan spesifikasi saat ini masih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Ada beberapa kerja sama yang menawarkan ekspor, tapi kita pilihannya masih fokus ke domestik dulu. Kalau ada yang berminat silakan saja, tapi kalau ekspor biasanya minta spesifikasi khusus. Saat ini kita belum ada kemampuan ke sana,” jelasnya.
Sudah Penuhi TKDN untuk Dapatkan Insentif Pemerintah
Dalam hal Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), Polytron menyatakan telah memenuhi batas minimal 40 persen. Hal ini memungkinkan produk mereka untuk memperoleh insentif pemerintah bagi kendaraan listrik, yang diharapkan dapat mendorong percepatan elektrifikasi sektor transportasi nasional.
“Kita sudah penuhi TKDN 40 persen agar bisa mendapatkan insentif kendaraan listrik. Ini menjadi nilai tambah bagi konsumen,” ujar Tekno.
Opsi Pembelian dengan Sewa Baterai, Lebih Ekonomis
Menariknya, Polytron menawarkan dua skema pembelian mobil listrik ini: dengan sewa baterai dan pembelian penuh termasuk baterai. Dari data pemesanan yang diterima, sekitar 60 persen konsumen memilih opsi sewa baterai karena dinilai lebih ekonomis.
“Kebanyakan konsumen lebih memilih sewa baterai karena perhitungan biaya jangka panjangnya lebih masuk akal. Perbedaan harga bisa mencapai hampir Rp 120 juta. Kalau beli dengan skema sewa, dana sebesar itu bisa dijadikan deposit dan masih utuh setelah delapan tahun,” jelas Tekno.
Untuk harga, G3 ditawarkan seharga Rp 299 juta dengan sewa baterai, dan Rp 419 juta jika dibeli dengan baterai. Sedangkan varian G3 Plus dihargai Rp 339 juta dengan sewa baterai dan Rp 459 juta jika termasuk baterai.
Spesifikasi Mumpuni, Jarak Tempuh hingga 402 Km
Secara teknis, G3 dan G3 Plus merupakan SUV listrik 5-penumpang dengan panjang 4,7 meter. Keduanya dibekali baterai Lithium Ferro Phosphate (LFP) berkapasitas 51,91 kWh, yang mampu menempuh jarak hingga 402 kilometer dalam satu kali pengisian daya.
Fitur fast charging juga sudah disematkan, memungkinkan pengisian baterai dari 20 persen ke 70 persen dalam waktu sekitar 35 menit menggunakan colokan CCS2. Motor listrik penggeraknya mampu menghasilkan tenaga 150 kW (setara 201 daya kuda) dan torsi 320 Nm, dengan akselerasi 0–100 km/jam dalam 9,6 detik.
Siap Bersaing di Pasar EV Nasional
Peluncuran Polytron G3 dan G3 Plus ini menandai babak baru dalam industri otomotif nasional. Dengan langkah agresif dari perusahaan teknologi dalam negeri, Polytron menunjukkan bahwa Indonesia mampu menghasilkan kendaraan listrik berkualitas dengan harga kompetitif dan tingkat lokalitas tinggi.
Dengan kombinasi antara desain modern, spesifikasi teknis yang mumpuni, dan strategi harga yang fleksibel, Polytron berharap bisa menjadi pemain penting dalam ekosistem kendaraan listrik Indonesia, sekaligus mendukung program pemerintah dalam transisi menuju energi bersih.
“Ini bukan hanya soal menjual mobil, tapi ikut ambil bagian dalam menciptakan masa depan transportasi yang ramah lingkungan,” pungkas Tekno Wibowo.