JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menetapkan target ambisius untuk tahun 2025, yaitu mencatatkan sebanyak 407 instrumen pasar modal baru. Target ini merupakan bagian dari strategi jangka menengah BEI guna memperdalam pasar modal nasional dan memperluas akses pembiayaan dari berbagai sektor, termasuk korporasi, infrastruktur, dan pemerintah.
Langkah ini sejalan dengan upaya otoritas keuangan Indonesia dalam membentuk pasar modal yang inklusif, likuid, dan adaptif terhadap kebutuhan zaman. BEI juga mempertegas perannya sebagai katalis utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui mekanisme pembiayaan publik yang lebih luas.
Bukan Hanya Saham, Diversifikasi Instrumen Jadi Fokus
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Nyoman Yetna, menjelaskan bahwa pencatatan 407 instrumen ini tidak terbatas pada saham, melainkan melibatkan berbagai produk keuangan lainnya. “Target ini mencerminkan komitmen kami untuk tidak hanya menambah kuantitas, tetapi juga memperluas akses dan kedalaman pasar,” tegas Nyoman.
Instrumen yang masuk dalam rencana pencatatan antara lain Initial Public Offering (IPO) dengan target 66 emisi saham, Dana Investasi Infrastruktur (Dinfra), Efek Beragun Aset (EBA) baik reguler maupun syariah, waran terstruktur, serta produk derivatif lainnya.
Pada tahun 2024, BEI berhasil mencatatkan sekitar 340 instrumen efek, termasuk 62 perusahaan yang melakukan IPO. Peningkatan target di tahun 2025 ini menunjukkan adanya dorongan kuat untuk diversifikasi produk pasar modal, sebagai bentuk adaptasi terhadap dinamika kebutuhan investor dan sektor riil.
Perluas Akses Lewat Produk Inovatif
Strategi BEI juga mencakup peluncuran berbagai produk pasar yang inovatif dan disesuaikan dengan profil risiko serta minat investor masa kini. Produk-produk baru yang tengah disiapkan antara lain:
Intraday Short Selling
Single Stock Future (SSF)
Kontrak Berjangka Indeks Asing
Exchange Traded Fund (ETF), termasuk ETF berbasis emas
Instrumen berbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) serta carbon credit
Produk-produk ini diharapkan tidak hanya memperkuat likuiditas pasar, tetapi juga membuka peluang investasi baru bagi investor ritel dan institusi. Dengan variasi yang lebih kaya, pasar modal diharapkan semakin menarik dan dapat menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat.
Target Investor dan Transaksi Saham
Untuk mendukung pencatatan instrumen yang lebih masif, BEI juga menargetkan pertumbuhan jumlah investor. Hingga akhir 2025, ditargetkan terdapat tambahan dua juta investor baru, sehingga total investor pasar modal (Single Investor Identification/SID) dapat melampaui 16 juta.
Langkah ini ditopang oleh ekspansi kanal distribusi seperti penambahan jumlah galeri investasi yang kini sudah mencapai lebih dari 927 unit di seluruh Indonesia, serta pemanfaatan teknologi digital melalui aplikasi IDX Mobile yang telah digunakan oleh lebih dari 200 ribu pengguna aktif.
Dari sisi transaksi, BEI membidik rata-rata nilai transaksi saham harian (RNTH) mencapai Rp13,5 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan dari realisasi tahun 2024 yang berada di kisaran Rp12–13 triliun per hari. Kenaikan tersebut diharapkan menjadi indikasi penguatan daya beli investor dan meningkatnya kepercayaan terhadap pasar modal domestik.
Dukungan Penuh Pemerintah dan OJK
Upaya BEI dalam mendorong pertumbuhan pasar mendapat dukungan dari berbagai pemangku kepentingan. Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan pentingnya literasi pasar modal sejak dini, terutama bagi kalangan pelajar dan mahasiswa. Ia menyebutkan bahwa pemahaman terhadap instrumen investasi terbuka harus menjadi bagian dari strategi keuangan pribadi generasi muda.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memperkuat peran regulator dalam mendukung pendalaman pasar melalui sinergi lintas lembaga, seperti BEI, Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Tujuan utama dari sinergi ini adalah memastikan kelancaran operasional, peningkatan kapasitas sistem perdagangan, dan penguatan perlindungan investor.
Infrastruktur Teknologi dan Perlindungan Investor Diperkuat
Sebagai langkah antisipatif terhadap peningkatan aktivitas transaksi, BEI memprioritaskan pembaruan sistem perdagangan agar lebih efisien, cepat, dan mampu mengakomodasi lonjakan volume transaksi. Selain itu, program Liquidity Provider akan diaktifkan untuk memperkuat likuiditas saham tertentu, terutama dari emiten baru.
Perlindungan terhadap investor juga menjadi bagian integral dari strategi BEI. Penguatan sistem keamanan digital, peningkatan transparansi data, serta edukasi yang berkelanjutan akan menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan investor.
Dorong Pembiayaan Berkelanjutan dan Ekonomi Hijau
Instrumen pasar seperti Dinfra dan EBA diharapkan mendorong percepatan pembangunan infrastruktur nasional dan program perumahan rakyat. Sementara itu, peluncuran ETF emas dan instrumen ramah lingkungan merupakan bagian dari dukungan BEI terhadap keuangan berkelanjutan.
Langkah ini juga akan membuka ruang kontribusi bagi investor retail dalam mendukung agenda pembangunan berkelanjutan dan transformasi ekonomi hijau yang tengah dicanangkan oleh pemerintah.
Tantangan dan Strategi Mitigasi
Meskipun strategi ini dirancang dengan penuh optimisme, sejumlah tantangan tetap mengintai. Volatilitas pasar global, tensi geopolitik, serta fluktuasi nilai tukar menjadi ancaman yang harus diantisipasi dengan baik.
Selain itu, keterbatasan infrastruktur teknologi dan rendahnya pemahaman publik terhadap produk-produk derivatif menjadi hambatan lain yang perlu diatasi. BEI menyatakan bahwa kolaborasi dengan OJK dan pelaku industri akan terus diperkuat, termasuk melalui peningkatan edukasi publik dan penguatan regulasi.
Proyeksi Pendapatan dan Pertumbuhan
Dengan pencatatan instrumen yang lebih banyak dan basis investor yang lebih luas, BEI memproyeksikan pendapatan pada 2025 akan tumbuh 9% menjadi Rp1,78 triliun. Laba bersih diprediksi mengalami kenaikan sebesar 1,5% menjadi Rp275 miliar.
Secara keseluruhan, peningkatan aktivitas pasar modal diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, memperkuat struktur keuangan sektor riil, dan menjadi salah satu pilar utama pembiayaan pembangunan jangka panjang.
Momentum Perubahan Besar di Pasar Modal
Target BEI untuk mencatatkan 407 instrumen baru sepanjang 2025 merupakan langkah besar menuju penciptaan pasar modal yang lebih dalam, inklusif, dan adaptif. Dengan dukungan penuh dari regulator, pemerintah, serta sinergi antar pelaku industri, pasar modal Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi kekuatan utama dalam mendukung pembangunan nasional.
Namun demikian, keberhasilan target ini juga sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur, literasi investor, dan kemampuan menghadapi dinamika global. Oleh karena itu, kolaborasi, inovasi, dan perlindungan investor harus berjalan seiring dalam mewujudkan pasar modal yang sehat dan berdaya saing tinggi.