Menimbang Kredit Tanpa Agunan Perbankan dan Fintech yang Masih Jadi Pilihan

Jumat, 27 Juni 2025 | 09:05:15 WIB
Menimbang Kredit Tanpa Agunan Perbankan dan Fintech yang Masih Jadi Pilihan

JAKARTA - Di tengah penetrasi masif layanan pinjaman online (pinjol) yang ditawarkan oleh berbagai platform fintech, produk Kredit Tanpa Agunan (KTA) dari perbankan tradisional masih menjadi andalan masyarakat, khususnya kalangan karyawan dan pelaku usaha kecil. Meskipun kemudahan dan kecepatan pinjol menjadi daya tarik tersendiri, sebagian besar masyarakat tetap menilai KTA lebih unggul dari sisi bunga, tenor pinjaman, hingga aspek keamanannya.

Produk KTA yang ditawarkan oleh bank maupun lembaga keuangan resmi cenderung memiliki struktur yang lebih transparan dan stabil. Hal ini menciptakan rasa aman bagi nasabah yang membutuhkan pembiayaan dengan perencanaan jangka menengah hingga panjang. Selain itu, KTA juga memiliki daya tarik tersendiri karena menawarkan suku bunga yang kompetitif, mulai dari 0,88 persen hingga 2 persen per bulan. Adapun tenor pinjamannya cukup fleksibel, berkisar antara 6 bulan hingga 36 bulan.

Profesional Memilih KTA untuk Pembiayaan Terstruktur

Mayoritas pengguna KTA berasal dari kelompok masyarakat yang memiliki penghasilan tetap dan legalitas pekerjaan yang jelas, seperti karyawan swasta, PNS, hingga pelaku UMKM. Banyak di antara mereka yang memanfaatkan KTA untuk tujuan produktif seperti modal usaha, renovasi rumah, hingga pembiayaan pendidikan anak. Dibanding pinjol yang sering kali digunakan untuk kebutuhan konsumtif, KTA dinilai lebih sesuai untuk perencanaan keuangan jangka panjang.

“Pilihan saya jatuh pada KTA karena bunganya jauh lebih ringan dan prosesnya lebih terstruktur. Saya memang harus menyiapkan dokumen lebih lengkap, tetapi itu demi keamanan juga,” ungkap Roni (38), seorang pegawai swasta di Jakarta yang pernah memanfaatkan layanan KTA untuk membiayai renovasi rumahnya.

Pinjaman Online Masih Populer, Namun Risiko Tinggi

Di sisi lain, perkembangan pinjaman online di Indonesia mengalami lonjakan yang signifikan. Pada awal tahun 2025, total penyaluran kredit dari sektor fintech lending tercatat mencapai lebih dari Rp 78 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa layanan pinjol masih memiliki daya tarik kuat, terutama bagi kalangan masyarakat yang tidak terjangkau layanan perbankan atau tidak memiliki riwayat kredit yang terdokumentasi.

Namun, di balik kemudahan tersebut, risiko kredit macet pada pinjol juga cenderung tinggi. Data terbaru menyebutkan bahwa beberapa penyelenggara pinjaman online memiliki tingkat wanprestasi (TWP90) di atas 5 persen. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) di sektor perbankan yang menawarkan KTA berada pada kisaran 2,18 persen, yang menunjukkan tata kelola risiko yang lebih baik.

Bunga dan Denda: KTA Lebih Ringan dan Transparan

Salah satu alasan mengapa KTA tetap menjadi pilihan favorit adalah sistem bunganya yang jauh lebih rendah dibanding pinjol. KTA menerapkan bunga flat atau tetap dengan persentase yang sudah ditentukan sejak awal pengajuan. Sebaliknya, pinjol kerap kali menggunakan sistem bunga harian, yang jika diakumulasi bisa mencapai 3 persen per bulan atau bahkan lebih tinggi.

Tidak hanya itu, keterlambatan pembayaran di pinjol sering kali dikenai denda harian yang membuat jumlah utang membengkak dalam waktu singkat. Banyak kasus di lapangan yang memperlihatkan bagaimana nasabah terjerat bunga dan denda yang terus meningkat akibat keterlambatan beberapa hari.

Persyaratan KTA Lebih Ketat, Tapi Lebih Aman

Kendati proses pengajuan KTA dinilai lebih rumit, karena memerlukan dokumen seperti slip gaji, bukti penghasilan, serta riwayat kredit yang bersih, masyarakat tetap menyambut baik karena proses ini dianggap sebagai bentuk perlindungan terhadap kedua belah pihak. Verifikasi yang ketat dari pihak bank diyakini memperkecil risiko gagal bayar, baik untuk bank maupun debitur.

“Kami tidak memprioritaskan kecepatan, tapi keamanan. Kami ingin nasabah benar-benar memahami konsekuensi dari pinjaman dan memastikan mereka sanggup membayar,” ujar salah satu perwakilan bank BUMN dalam pernyataan resminya.

Literasi Keuangan Masih Jadi PR Besar

Rendahnya literasi keuangan di kalangan masyarakat menjadi salah satu penyebab mengapa banyak orang lebih memilih pinjol ketimbang KTA. Banyak yang tergoda oleh janji pencairan cepat tanpa menyadari beban bunga dan denda yang menyertai pinjaman tersebut. Akibatnya, tidak sedikit pengguna pinjol yang akhirnya terjerat utang karena tidak mampu melunasi pinjaman tepat waktu.

Heru Sutadi, Direktur Eksekutif ICT Institute, menekankan pentingnya edukasi keuangan sejak dini. “Pinjaman instan bukan solusi jangka panjang. Literasi keuangan harus ditingkatkan agar masyarakat tidak terjebak dalam lingkaran utang konsumtif,” ujarnya.

OJK dan Pemerintah Perketat Regulasi

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) terus memperkuat regulasi terkait pinjaman online, termasuk dengan menetapkan batas maksimum bunga, serta menindak tegas pinjol ilegal. Ribuan entitas pinjol ilegal telah diblokir sepanjang tahun 2024–2025.

Namun, pengawasan terhadap lembaga non-bank yang juga menawarkan KTA turut diperketat untuk memastikan bahwa konsumen tetap mendapatkan perlindungan yang memadai. Transparansi biaya, proses penagihan yang etis, dan edukasi kepada calon nasabah menjadi bagian dari upaya regulator menciptakan ekosistem pinjaman yang sehat.

Perluasan Inklusi Keuangan Melalui KTA Digital

KTA kini juga mulai merambah ranah digital melalui platform perbankan daring dan aplikasi mobile resmi. Hal ini menjadi langkah strategis untuk menjangkau masyarakat yang belum sepenuhnya mendapatkan layanan keuangan konvensional. Dalam beberapa tahun terakhir, lembaga perbankan mulai bekerja sama dengan platform digital untuk memperluas jangkauan layanan KTA, sekaligus bersaing sehat dengan fintech.

Meski begitu, sebagian besar pengguna pinjol masih berasal dari kelompok kelas menengah yang sebenarnya dapat mengakses produk keuangan formal. Hal ini menunjukkan bahwa bank perlu memperluas jangkauan produk KTA, dengan proses yang lebih mudah dan cepat tanpa mengurangi aspek keamanan dan kepatuhan.

KTA Masih Jadi Pilar Utama Kredit Konsumtif Produktif

Di tengah kompetisi antara pinjaman online dan KTA, masyarakat semakin dituntut untuk cermat memilih produk pinjaman sesuai kebutuhan dan kemampuan finansial. Bagi mereka yang memiliki penghasilan tetap, rekam jejak kredit yang baik, dan kebutuhan pinjaman produktif, KTA masih menjadi pilihan terbaik.

Di sisi lain, pinjaman online dapat digunakan secara bijak untuk kebutuhan mendesak dan nominal kecil. Namun, pengguna harus paham risiko dan bunga tinggi yang menyertainya.

Pemerintah dan pelaku industri keuangan diharapkan terus mendorong peningkatan literasi keuangan agar masyarakat bisa mengambil keputusan yang tepat dan tidak terjebak dalam utang konsumtif. Sebab, pada akhirnya, pilihan produk pinjaman bukan hanya soal kecepatan pencairan, melainkan juga soal keberlanjutan dan kestabilan keuangan pribadi.

Terkini