48 Titik Panas Terpantau di Kalimantan Barat, BMKG Peringatkan Potensi Tinggi Karhutla

Jumat, 27 Juni 2025 | 13:23:53 WIB
48 Titik Panas Terpantau di Kalimantan Barat, BMKG Peringatkan Potensi Tinggi Karhutla

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Supadio melaporkan temuan mengkhawatirkan terkait meningkatnya risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kalimantan Barat. Pada Kamis 26 JUNI 2025, BMKG berhasil mendeteksi sebanyak 48 titik panas (hotspot) yang tersebar di sejumlah kabupaten dan kota di provinsi tersebut.

Titik-titik panas ini dipantau melalui dua instrumen satelit utama, yakni SNPP (Suomi National Polar-orbiting Partnership) dan AQUA, yang dilengkapi dengan sensor thermal canggih. Berdasarkan data BMKG, tingkat kepercayaan dari titik-titik panas tersebut berkisar antara level 7 hingga 9, yang mengindikasikan potensi sedang hingga tinggi terhadap terjadinya karhutla.

Peringatan Dini untuk Pemerintah Daerah dan Warga

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Supadio, dalam keterangannya, menegaskan bahwa temuan ini menjadi peringatan dini penting bagi seluruh elemen di Kalimantan Barat untuk segera bersiaga. “Deteksi 48 hotspot dengan tingkat kepercayaan tinggi merupakan sinyal bahwa kondisi cuaca saat ini mendukung terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Perlu kewaspadaan tinggi serta tindakan pencegahan dari semua pihak,” ujarnya.

Menurutnya, kombinasi suhu udara tinggi, kelembapan rendah, dan minimnya curah hujan selama beberapa hari terakhir menjadi faktor pemicu meningkatnya titik-titik panas di wilayah tersebut. Wilayah dengan kondisi lahan gambut kering menjadi area paling rentan dan membutuhkan penanganan segera agar tidak berkembang menjadi kebakaran besar.

Sebaran Titik Panas Terfokus di Lahan Rawan

Meski BMKG belum merilis daftar lengkap lokasi titik panas, sejumlah wilayah seperti Kabupaten Ketapang, Kubu Raya, dan Sintang diduga menjadi daerah yang paling terdampak, mengingat histori kejadian karhutla di tahun-tahun sebelumnya.

Tahun 2024 lalu, Kalimantan Barat mencatat lebih dari 300 kejadian kebakaran lahan yang menghanguskan ribuan hektare hutan dan kebun warga. Oleh karena itu, dengan kemunculan 48 titik panas hanya dalam satu hari, kekhawatiran akan terulangnya krisis lingkungan sangat besar.

Koordinasi Lintas Sektor Diperkuat

Pemerintah provinsi Kalimantan Barat melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan TNI/Polri telah mulai melakukan koordinasi cepat untuk mengantisipasi potensi kebakaran. Tim patroli terpadu karhutla direncanakan akan diturunkan ke wilayah-wilayah yang terdeteksi titik panas dalam waktu dekat.

“Kami sudah berkomunikasi dengan instansi terkait dan akan melakukan ground check terhadap titik-titik panas yang dilaporkan BMKG. Ini penting untuk mengetahui apakah titik panas itu benar-benar api atau hanya aktivitas panas alami yang tidak berbahaya,” ujar seorang perwakilan BPBD Kalimantan Barat.

Kerugian Akibat Karhutla Tidak Hanya Ekologis

Karhutla di Kalimantan Barat bukan hanya persoalan lingkungan hidup. Kerugian akibat kebakaran lahan berdampak luas, mulai dari ekonomi, kesehatan masyarakat, hingga hubungan diplomatik lintas negara karena kabut asap yang bisa menyebar ke negara tetangga.

Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2019 lalu, kerugian akibat karhutla secara nasional diperkirakan mencapai Rp75 triliun. Kalimantan Barat termasuk dalam lima provinsi dengan dampak terparah. Kabut asap mengganggu aktivitas penerbangan, sekolah, hingga memicu gangguan pernapasan pada masyarakat, terutama anak-anak dan lansia.

BMKG juga mengingatkan, jika 48 titik panas ini berkembang menjadi karhutla, maka tidak hanya potensi asap pekat yang menjadi ancaman. Namun, juga pemanasan lokal dan dampak jangka panjang berupa perubahan mikroklimat wilayah.

Edukasi dan Pencegahan: Kunci Utama

Di tengah potensi bencana ini, BMKG dan pihak berwenang terus mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan secara sembarangan, termasuk metode pembersihan ladang dengan cara membakar yang masih sering dilakukan oleh sebagian petani.

"Perlu peran serta masyarakat dalam mencegah karhutla. Edukasi dan pendekatan persuasif menjadi strategi penting dalam menekan kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat," ungkap perwakilan dari DLHK Kalbar.

Pemerintah daerah diminta untuk memperbanyak sosialisasi dan pelatihan pengendalian api berbasis masyarakat, khususnya di desa-desa yang berada di sekitar kawasan hutan dan gambut.

Prediksi Cuaca: Minim Hujan, Risiko Meningkat

BMKG Supadio juga menyampaikan bahwa prakiraan cuaca dalam sepekan ke depan menunjukkan tren suhu yang tinggi dan minimnya potensi hujan di sejumlah wilayah Kalimantan Barat. Hal ini semakin memperkuat risiko menyebarnya titik panas menjadi kebakaran besar.

Dalam pantauan meteorologi, suhu rata-rata siang hari diprediksi berada di kisaran 32–35 derajat Celsius, dengan kelembaban relatif yang bisa turun hingga 40 persen—kondisi yang sangat mudah memicu api menyebar dengan cepat jika ada percikan atau pembakaran terbuka.

BMKG pun merekomendasikan agar masyarakat dan aparat di lapangan mulai mengaktifkan posko siaga karhutla serta menyusun strategi tanggap darurat jika situasi memburuk.

Ancaman Nyata yang Tak Bisa Diabaikan

Dengan deteksi 48 titik panas di Kalimantan Barat pada 26 Juni 2025, risiko kebakaran hutan dan lahan kembali mengancam provinsi ini. Tingkat kepercayaan titik panas yang tinggi menegaskan bahwa kondisi lingkungan sangat rentan terhadap kebakaran.

Perlu sinergi kuat antara pemerintah pusat dan daerah, aparat keamanan, serta masyarakat untuk mencegah agar potensi ini tidak berubah menjadi bencana besar. Langkah-langkah seperti patroli udara, deteksi dini, edukasi publik, dan pelibatan masyarakat lokal dalam pengawasan lingkungan menjadi prioritas mendesak.

Sebagaimana ditegaskan BMKG, “Tugas pencegahan dan penanganan karhutla adalah tanggung jawab bersama. Data satelit hanyalah peringatan awal. Tindak lanjut di lapangan menentukan hasil akhirnya.”

Terkini