JAKARTA - Di tengah kesibukannya sebagai aparat keamanan di wilayah perbatasan Republik Indonesia dan Timor Leste (RI-RDTL), Bripka Ikhwan Ninong menunjukkan bahwa pengabdian kepada negara tidak hanya dilakukan lewat senjata dan seragam. Pria yang akrab disapa Nasrul ini mengambil peran yang tak lazim namun penuh makna: menjadi penyelamat tanaman lokal khas Belu, yaitu tomat Lahurus.
Kecintaan Nasrul pada dunia pertanian bukanlah hal baru. Meski bertugas sebagai anggota Polsek Lasiolat, ia tidak ragu mengalokasikan waktu di luar dinas untuk turun ke ladang dan berkebun. Ia menjadikan lahan pertanian sebagai ladang pengabdian kedua, tempat di mana ia bisa menyumbangkan tenaga dan pengetahuan untuk kelestarian varietas lokal yang hampir punah.
Tomat Lahurus: Buah Langka yang Hampir Menghilang
Tomat Lahurus bukanlah varietas biasa. Ukurannya yang lebih besar dari tomat pada umumnya menjadikannya istimewa. Dikenal sebagai tomat raksasa khas daerah Lahurus, Kabupaten Belu, keberadaannya kini terancam punah akibat minimnya budidaya secara berkelanjutan. Banyak petani beralih ke varietas hibrida karena lebih cepat panen dan tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem.
Namun tidak bagi Nasrul. Ia melihat tomat Lahurus bukan sekadar komoditas, melainkan identitas budaya dan aset pertanian lokal yang harus diselamatkan. Semangat inilah yang membawanya mulai menanam, merawat, dan mengembangkan kembali tomat Lahurus di lahan miliknya. Tak hanya itu, ia juga mendorong masyarakat sekitar untuk kembali mencintai tanaman lokal tersebut.
Menjalankan Dua Peran Sekaligus
Menjadi anggota polisi di wilayah perbatasan bukanlah tugas ringan. Nasrul harus tetap siaga menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Meski begitu, ia tak menjadikan pekerjaannya sebagai alasan untuk berhenti bertani. Justru, aktivitas bercocok tanam menjadi cara baginya untuk lebih dekat dengan masyarakat.
“Bercocok tanam itu bukan hanya pekerjaan petani, tetapi bisa jadi bagian dari gaya hidup yang sehat dan produktif. Ini juga cara saya mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat untuk masyarakat,” ungkap Nasrul dalam berbagai kesempatan.
Dari sini, lahirlah julukan “Polisi Petani”. Sebuah sebutan yang mengandung penghormatan atas kiprahnya yang unik dan menginspirasi. Tidak hanya mengayomi masyarakat dalam tugas sebagai aparat, tetapi juga mengedukasi dan mengajak warga untuk peduli pada ketahanan pangan dan kelestarian hayati lokal.
Merangkul Petani dan Anak Muda di Perbatasan
Kepedulian Nasrul terhadap tanaman lokal juga diikuti dengan aksi nyata untuk memberdayakan warga di sekitarnya. Ia aktif menyosialisasikan pentingnya menanam tomat Lahurus kepada masyarakat dan kelompok tani. Tak hanya itu, ia mendorong keterlibatan generasi muda agar tak meninggalkan dunia pertanian.
Dalam banyak kegiatannya, Nasrul membuka ruang diskusi dan pelatihan kecil mengenai teknik perawatan tanaman, penyemaian bibit, hingga panen yang efisien. Ia juga mendorong adanya kolaborasi antara petani lokal dan pemerintah desa untuk mengembangkan produk hortikultura asli daerah.
Ketahanan Pangan Dimulai dari Rumah Sendiri
Bripka Nasrul percaya bahwa menjaga ketahanan pangan tidak selalu harus lewat program besar atau intervensi pemerintah pusat. Ia menunjukkan bahwa gerakan kecil dari tingkat akar rumput bisa memberi dampak nyata. Ia mulai dari dirinya sendiri, dari lahannya sendiri, dan dari komunitas tempat ia tinggal.
Kegiatan pertanian yang ia lakukan juga memberikan kontribusi nyata terhadap ekonomi keluarga dan komunitas sekitarnya. Dengan harga pasar yang stabil, tomat Lahurus berpotensi menjadi komoditas unggulan yang tidak hanya menjaga keberagaman pangan, tapi juga memberi nilai tambah secara ekonomi.
Dukungan dari Institusi dan Warga
Upaya Nasrul tak lepas dari dukungan instansi tempatnya bertugas, yakni Polres Belu. Institusi tersebut turut memberikan ruang dan apresiasi terhadap kreativitas anggotanya yang ikut membangun ketahanan pangan dan memberdayakan masyarakat di wilayah perbatasan. Apa yang dilakukan Nasrul menjadi bagian dari sinergi antara keamanan dan kesejahteraan sosial.
Tak kalah penting, respon positif juga datang dari masyarakat. Banyak warga yang merasa termotivasi dan terinspirasi untuk ikut berkebun dan kembali menanam tanaman khas lokal. Beberapa bahkan ikut menjaga keberadaan tomat Lahurus sebagai bagian dari identitas pertanian Belu.
Keteladanan dari Ladang
Kisah Bripka Ikhwan Ninong adalah cerminan bahwa pengabdian kepada negara bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk. Ia tidak hanya berjaga di perbatasan, tetapi juga menjadi penjaga ketahanan pangan dan warisan pertanian lokal. Lewat tomat Lahurus, ia menghidupkan kembali harapan akan pertanian berkelanjutan dan identitas daerah.
Di tengah tantangan perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan pergeseran minat generasi muda, langkah sederhana Nasrul justru membawa pesan besar: bahwa perubahan bisa dimulai dari satu orang, dari satu bibit, dan dari satu lahan kecil. Dan dalam hal ini, ia tidak hanya menjadi polisi bagi wilayahnya, tapi juga penjaga harapan bagi ketahanan pangan di perbatasan negeri.