JAKARTA - Pertandingan pembuka Piala Presiden 2025 antara Liga Indonesia All Star melawan klub asal Inggris, Oxford United, bukan sekadar laga uji coba biasa. Di balik skor 6-3 yang tercipta di Stadion Utama Gelora Bung Karno, tersimpan pesan kuat tentang kemajuan sepak bola nasional. Ketua Umum PSSI Erick Thohir tak sekadar hadir sebagai tamu kehormatan, tetapi menjadi saksi langsung determinasi pemain lokal dalam menjawab tantangan global.
Meski harus menelan kekalahan dari tim kasta kedua Liga Inggris, skuad Indonesia All Star tampil penuh semangat sepanjang 90 menit pertandingan. Ini bukan tentang siapa yang mencetak gol lebih banyak, tapi bagaimana mental dan daya juang pemain Indonesia menunjukkan bahwa mereka bisa berdiri sejajar di lapangan dengan tim internasional.
Erick Thohir menyambut para pemain dengan senyum bangga di ruang ganti. Ia tak ragu memuji performa anak-anak asuh Rahmad Darmawan yang dinilai luar biasa, terlebih dengan keterbatasan waktu persiapan yang dimiliki.
“Nah, begitu dong! Semangat dan mental kalian hebat. Tidak mau kalah dan fight,” ujar Erick, menyemangati pemain yang baru saja menguras tenaganya di lapangan.
Bagi Erick, pertandingan ini menjadi semacam barometer — bukan hanya bagi para pemain, tetapi juga bagi federasi, pelatih, dan pencinta sepak bola nasional — bahwa kualitas sepak bola Indonesia tidak bisa terus-menerus dianggap sebelah mata. Laga melawan Oxford menjadi pernyataan: Indonesia sedang bergerak menuju level permainan yang lebih tinggi.
“Saya bangga dengan keberanian dan determinasi kalian. Kita menunjukkan bahwa kualitas sepak bola Indonesia tidak bisa diremehkan,” tambahnya.
Dalam laga tersebut, perhatian publik juga tertuju pada penampilan cemerlang Riko Simanjuntak. Winger milik Persija Jakarta ini mencetak gol pembuka bagi tim Indonesia setelah memanfaatkan kelengahan lini belakang Oxford United. Tak hanya itu, Riko juga menjadi mimpi buruk bagi bek lawan dengan kecepatan dan kemampuan olah bolanya yang impresif.
“Riko main luar biasa. Dia jadi simbol semangat dan determinasi pemain lokal,” puji Erick Thohir, menegaskan peran penting pemain-pemain seperti Riko dalam membentuk mental dan karakter sepak bola Indonesia.
Dari sisi pelatih, Rahmad Darmawan mendapat apresiasi besar karena mampu menyatukan pemain-pemain terbaik dari berbagai klub Liga 1 dalam waktu singkat. Komposisi tim yang ia bangun terbukti mampu tampil kompak dan menyerang dengan struktur permainan yang baik, meskipun menghadapi lawan yang memiliki jam terbang internasional lebih tinggi.
Ketiga gol tim Indonesia dicetak oleh Riko Simanjuntak, Rizky Dwi Febrianto, dan Eksel Runtukahu. Sementara itu, Oxford United mengunci kemenangan melalui gol-gol dari Mark Harris (dua gol), Michal Helik, Thomas Bradshaw, Przemyslaw Placheta, dan Brian De Keersmaecker.
Skor 6-3 memang berat, tetapi bukan tanpa perlawanan. Sepanjang pertandingan, anak-anak Indonesia menunjukkan keberanian dalam menyerang, dan beberapa kali menciptakan peluang emas. Hal ini membuat pertandingan berlangsung terbuka dan intens, sesuatu yang disukai oleh penonton dan menjadi pembuktian bahwa tim Liga Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi mampu menekan.
Menurut Erick Thohir, kehadiran Oxford United dalam Piala Presiden 2025 adalah bagian dari strategi besar PSSI untuk meningkatkan daya saing sepak bola nasional melalui pengalaman melawan klub-klub dari luar negeri.
“Ini bukan soal menang atau kalah semata. Ini soal membentuk mental, semangat juang, dan membuktikan bahwa kita siap naik level,” tegas Erick, menutup komentarnya soal pertandingan tersebut.
PSSI memanfaatkan ajang ini bukan hanya untuk hiburan semata, tetapi juga sebagai momen pengembangan. Piala Presiden 2025 diubah fungsinya menjadi lebih dari sekadar turnamen pramusim—ia kini menjadi platform internasional, tempat pemain Indonesia belajar dan bertanding dalam atmosfer kompetisi tinggi.
Langkah Erick Thohir mengundang tim seperti Oxford United bisa dimaknai sebagai bentuk kepercayaan diri bahwa Indonesia layak mendapat panggung lebih luas di sepak bola internasional. Bukan tak mungkin, dalam waktu dekat, pertandingan-pertandingan serupa akan menjadi hal yang rutin, bahkan menjadi batu loncatan menuju partisipasi klub Indonesia di ajang regional dan internasional.
Di tengah sorotan terhadap manajemen liga dan kualitas kompetisi domestik, performa Liga Indonesia All Star memberikan gambaran positif. Talenta lokal ada. Mental juang ada. Yang dibutuhkan adalah konsistensi dukungan, pembinaan, dan ekosistem yang sehat bagi sepak bola Indonesia.
Dengan semangat ini, bukan tidak mungkin mimpi melihat klub Indonesia bersaing di kancah Asia atau bahkan dunia akan segera menjadi kenyataan. Piala Presiden 2025, dengan semua cerita di balik laga pembukanya, telah menyalakan semangat baru. Bukan semangat untuk menang sesaat, tetapi semangat untuk tumbuh menjadi yang terbaik di kawasan.