Dukung Ekonomi Pesisir, BI Tegal Bagikan Sembako Murah di Sedekah Laut 2025

Selasa, 08 Juli 2025 | 08:52:01 WIB
Dukung Ekonomi Pesisir, BI Tegal Bagikan Sembako Murah di Sedekah Laut 2025

JAKARTA - Upaya menjaga stabilitas ekonomi dan budaya lokal kini semakin dirasakan langsung oleh masyarakat pesisir Kota Tegal. Melalui momen tradisi tahunan Sedekah Laut, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Tegal menghadirkan beragam program strategis yang tidak hanya menyoroti dimensi ekonomi, tetapi juga menyentuh sisi sosial dan budaya warga setempat.

Selama dua hari penyelenggaraan acara di Pelabuhan Tegalsari, BI Tegal mempersembahkan empat inisiatif utama yang dirancang untuk memberikan dampak langsung dan berkelanjutan bagi masyarakat, khususnya kalangan nelayan dan warga di sekitar kawasan pesisir. Langkah ini sekaligus mencerminkan komitmen lembaga tersebut dalam memperkuat ketahanan pangan, mengendalikan inflasi, serta mengedukasi masyarakat mengenai keuangan dan pentingnya penggunaan rupiah secara sah dan aman.

Salah satu program yang paling mendapat perhatian besar dari warga adalah penyediaan 500 paket kebutuhan pokok dengan harga terjangkau. Paket tersebut terdiri atas 5 kilogram beras premium, 1 liter minyak goreng, 1 kilogram gula pasir, dan ½ kilogram telur. Dengan harga jual hanya Rp95 ribu, warga bisa menghemat hingga Rp40 ribu dibanding harga pasaran yang berkisar di angka Rp135 ribu.

Inisiatif ini merupakan bagian dari Gerakan Pasar Murah BI, yang bertujuan untuk membantu masyarakat mengakses bahan pangan dengan harga terjangkau di tengah tekanan inflasi. Kehadiran program ini sangat relevan, terlebih dalam kondisi ekonomi yang masih menghadapi berbagai tantangan global dan regional.

Namun kontribusi BI tak berhenti pada aspek pangan. Lembaga tersebut juga memperluas perannya melalui pendekatan edukatif dan kultural. Sebuah kirab edukatif bertajuk Kirab CBP Rupiah turut digelar dalam rangka menyosialisasikan pentingnya penggunaan rupiah sebagai alat transaksi resmi di Indonesia. Dalam kirab tersebut, BI mengenalkan maskot CBP Rupiah—Aru, Acul, dan Asih—kepada masyarakat luas sebagai media sosialisasi yang lebih mudah diterima semua kalangan, termasuk anak-anak dan remaja.

Tak hanya itu, pagelaran wayang golek turut dipentaskan sebagai bagian dari kampanye edukasi keuangan tersebut. Melalui media budaya tradisional ini, pesan-pesan mengenai kebijakan BI, pengelolaan keuangan, hingga keamanan bertransaksi menggunakan rupiah disampaikan dengan gaya yang menghibur namun tetap informatif. Pilihan ini dinilai sangat tepat karena mampu menjangkau generasi lintas usia dengan pendekatan yang lebih membumi.

Lebih lanjut, bentuk dukungan konkret lainnya dari BI Tegal yang juga mendapat sambutan baik adalah program wakaf produktif. Program ini difokuskan untuk memberdayakan nelayan setempat melalui mekanisme ekonomi berkelanjutan. Dengan skema ini, nelayan tak hanya menerima bantuan langsung, tetapi juga diberdayakan agar mampu meningkatkan pendapatan dan taraf hidupnya secara mandiri.

Kepala Perwakilan BI Tegal, Bimala, menegaskan bahwa kehadiran mereka di acara Sedekah Laut bukan sekadar formalitas seremonial, melainkan bagian dari tanggung jawab institusional dalam menciptakan keseimbangan antara stabilitas harga, edukasi keuangan, dan pelestarian nilai-nilai lokal.

“BI telah berkolaborasi dalam Sedekah Laut Kota Tegal sejak 2024 sebagai bentuk dukungan terhadap stabilitas ekonomi daerah,” ujar Bimala.

Menurutnya, sinergi antara ekonomi dan budaya lokal harus terus dibangun untuk memperkuat jaring pengaman sosial, terutama di wilayah pesisir yang memiliki tantangan tersendiri dalam hal akses keuangan dan ketahanan pangan. Ia juga menekankan bahwa intervensi BI dirancang bukan untuk jangka pendek semata.

“Melalui wakaf produktif, kami ingin membantu peningkatan kesejahteraan nelayan secara berkesinambungan,” imbuhnya.

Penyelenggaraan program ini dalam rangkaian acara Sedekah Laut mempertegas bahwa kegiatan budaya dapat menjadi platform efektif dalam menyampaikan pesan-pesan penting terkait ekonomi nasional. Di sisi lain, masyarakat pun merasa lebih terhubung dengan kebijakan-kebijakan pemerintah karena disampaikan melalui cara yang sesuai dengan karakter lokal.

Pelabuhan Tegalsari sebagai lokasi utama kegiatan juga menjadi saksi keterlibatan aktif masyarakat dalam menyambut dan memanfaatkan program-program yang dihadirkan. Antusiasme warga terlihat dari panjangnya antrean di stan sembako murah maupun kerumunan penonton yang memadati area panggung wayang golek.

Kegiatan ini sekaligus menunjukkan bahwa edukasi ekonomi tak harus kaku dan eksklusif. Sebaliknya, pendekatan yang inklusif, komunikatif, dan mengakar pada budaya lokal terbukti lebih efektif dalam mengubah pola pikir masyarakat mengenai pengelolaan keuangan dan peran lembaga keuangan negara.

Dengan suksesnya penyelenggaraan empat program utama tersebut, BI Tegal memperlihatkan bagaimana sinergi antara ekonomi, budaya, dan edukasi bisa menjadi kekuatan besar dalam membangun ketahanan sosial di daerah pesisir. Diharapkan, langkah ini bisa menjadi contoh praktik baik (best practice) bagi wilayah lain di Indonesia yang memiliki tantangan serupa.

Terkini

Dari Boros Energi Menjadi Efisien dan Ramah

Jumat, 18 Juli 2025 | 07:57:53 WIB

Kelangkaan dan Manipulasi Harga Minyak Tanah

Jumat, 18 Juli 2025 | 08:00:40 WIB

Perubahan Harga BBM di SPBU

Jumat, 18 Juli 2025 | 08:02:32 WIB

Dinamika Pasar Mobil Listrik di Indonesia

Jumat, 18 Juli 2025 | 08:06:13 WIB