Menargetkan Jepang dan Korea Selatan dengan Tarif Baru

Selasa, 08 Juli 2025 | 11:35:34 WIB
Menargetkan Jepang dan Korea Selatan dengan Tarif Baru

JAKARTA - Situasi pasar global kembali terguncang setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana penerapan tarif baru terhadap Jepang dan Korea Selatan. Dalam surat resmi yang disampaikan melalui platform Truth Social, Trump menyatakan bahwa bea masuk sebesar 25 persen akan dikenakan pada produk-produk dari dua sekutu utama AS tersebut, dan menyebutkan bahwa kebijakan serupa berpotensi diterapkan pada hingga selusin negara lain mulai 1 Agustus. Ketegangan baru ini langsung berdampak pada pergerakan mata uang, termasuk Euro (EUR), yang pada hari Senin tercatat melemah hingga menembus di bawah level 1,1700 terhadap Dolar AS (USD).

Pelemahan Euro ini mencerminkan reaksi cepat pasar terhadap ketidakpastian geopolitik dan meningkatnya minat investor terhadap aset-aset aman (safe haven) seperti Dolar AS. Penurunan nilai tukar Euro terhadap Dolar mencerminkan sentimen negatif investor yang semakin khawatir akan dampak lanjutan dari kebijakan proteksionisme yang digaungkan Trump.

Kondisi ini membuat Euro berada dalam tekanan kuat sepanjang hari perdagangan. Euro sempat menyentuh titik terendah dua minggu, sebelum mengalami sedikit pemulihan menjelang sesi penutupan. Sementara itu, Dolar AS menguat signifikan didorong oleh arus masuk modal yang mencari perlindungan dari risiko pasar global.

Efek kebijakan tarif ini tak hanya dirasakan di pasar valuta asing. Bursa saham di AS juga mencatatkan penurunan tajam. Indeks-indeks utama seperti Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq mengalami tekanan jual, menunjukkan bahwa kekhawatiran investor tidak terbatas pada perdagangan internasional, tetapi juga mencakup potensi gangguan terhadap pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan.

Dalam surat tersebut, Trump menjelaskan bahwa pengenaan tarif ini ditujukan untuk mendorong keterbukaan pasar dan menghapus hambatan perdagangan yang selama ini dianggap merugikan AS. Ia menekankan bahwa kebijakan ini masih terbuka untuk negosiasi, tergantung pada respons negara-negara yang terdampak. Namun demikian, narasi yang dibangun Trump mengindikasikan bahwa kebijakan ini adalah bagian dari strategi ekonomi yang lebih besar untuk mengurangi defisit perdagangan dan memperkuat posisi AS dalam rantai pasok global.

Kondisi ini juga memberi tekanan tambahan pada negara-negara anggota Uni Eropa, termasuk Jerman dan Prancis, yang selama ini merupakan mitra dagang utama AS dan berpotensi masuk dalam daftar target tarif berikutnya. Investor pun semakin berhati-hati terhadap kemungkinan pembalasan dari negara-negara yang dikenai tarif baru tersebut, yang bisa memperburuk iklim perdagangan global.

Dari sisi makroekonomi, ketegangan perdagangan yang meningkat ini dapat menekan pertumbuhan ekspor dari zona Euro, memperlemah prospek ekonomi kawasan tersebut, dan menambah beban bagi European Central Bank (ECB) dalam merespons dengan kebijakan moneter yang tepat. Euro yang melemah bisa menjadi kabar baik bagi eksportir Eropa dalam jangka pendek, namun ketidakpastian yang menyertainya berisiko menahan investasi dan konsumsi di seluruh kawasan.

Para analis menilai bahwa pelemahan Euro kali ini tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal dari AS, tetapi juga karena kurangnya data ekonomi positif dari kawasan Euro itu sendiri. Inflasi yang masih belum stabil, pertumbuhan yang cenderung stagnan, serta ketegangan politik di beberapa negara anggota turut memperburuk sentimen terhadap mata uang tunggal Eropa tersebut.

Meski begitu, sebagian pelaku pasar memandang kondisi ini sebagai peluang untuk membeli Euro pada level rendah, dengan asumsi bahwa respons dari ECB dan ketahanan ekonomi kawasan Euro akan cukup untuk mengimbangi dampak jangka pendek dari ketegangan perdagangan. Di sisi lain, mereka yang lebih berhati-hati memilih menunggu kejelasan lebih lanjut terkait implementasi tarif dan potensi eskalasi konflik dagang.

Di tengah suasana ketidakpastian ini, pelaku pasar disarankan untuk memantau dengan cermat perkembangan kebijakan perdagangan AS, serta arah kebijakan moneter dari ECB dan Federal Reserve. Perubahan kebijakan dari kedua institusi ini sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat sebagai bentuk respons terhadap dinamika pasar yang cepat berubah.

Secara keseluruhan, pelemahan Euro terhadap Dolar AS pada hari Senin mencerminkan sentimen pasar global yang kembali diliputi kekhawatiran. Ketegangan perdagangan yang dipicu oleh kebijakan proteksionis Presiden Trump telah menciptakan gelombang gejolak di berbagai sektor, mulai dari valuta asing, pasar saham, hingga potensi perubahan kebijakan ekonomi makro di kawasan Eropa dan Asia. Dalam konteks ini, Euro mungkin akan terus menghadapi tekanan hingga situasi perdagangan internasional kembali stabil.

Terkini