Kulonprogo Dorong Wisata Inklusif untuk Difabel

Kamis, 10 Juli 2025 | 09:58:11 WIB
Kulonprogo Dorong Wisata Inklusif untuk Difabel

JAKARTA - Pariwisata bukan hanya tentang keindahan destinasi atau ramainya pengunjung, melainkan juga soal siapa saja yang diberi akses untuk menikmatinya. Di Kulonprogo, semangat kesetaraan dalam berwisata tidak hanya menjadi slogan, tapi diwujudkan dalam bentuk nyata. Dinas Pariwisata (Dispar) Kulonprogo menunjukkan komitmennya dalam membangun wisata inklusif dengan menggandeng langsung kelompok penyandang disabilitas dalam berbagai program.

Salah satu bentuk nyata dari upaya tersebut adalah pelaksanaan famtrip difabel, kegiatan tahunan yang secara khusus mengajak kelompok disabilitas menjelajah destinasi wisata. Famtrip ini bukan sekadar kegiatan jalan-jalan, tetapi menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk mendorong pariwisata yang benar-benar inklusif dan adaptif terhadap berbagai kebutuhan.

Kepala Dispar Kulonprogo, Joko Mursito, menyatakan bahwa program ini sudah berjalan secara konsisten selama lima tahun. "Tahun ini menjadi yang kelima kalinya event tahunan tersebut kami gelar secara konsisten," ujarnya. Menurutnya, famtrip difabel menjadi salah satu bentuk apresiasi kepada kelompok disabilitas agar mereka juga memiliki pengalaman yang setara dalam menikmati destinasi wisata.

Dalam pelaksanaan tahun ini, Dispar Kulonprogo menggandeng kelompok disabilitas kalurahan (KDK) dan menghadirkan 40 peserta dalam kegiatan yang dipusatkan di kawasan perbukitan Menoreh. Para peserta diajak untuk mengeksplorasi potensi wisata alam yang ditawarkan daerah tersebut. Meski medan wisata perbukitan seringkali dianggap menantang, pihak Dispar memastikan bahwa kegiatan tetap nyaman dan aman bagi seluruh peserta.

"Kami ingin memberikan apresiasi kepada saudara-saudari adik-adik kita yang berkebutuhan agar bisa menikmati, kami fasilitasi untuk menikmati wisata di Kulonprogo," kata Joko menegaskan semangat inklusif yang menjadi dasar kegiatan ini.

Namun demikian, ia menyadari bahwa menciptakan pariwisata inklusif bukanlah proses instan. Masih banyak hal yang perlu disempurnakan, terutama dari sisi aksesibilitas dan pelayanan. Untuk itu, pihaknya terbuka terhadap kritik dan masukan dari komunitas disabilitas, agar layanan wisata yang disediakan bisa benar-benar optimal dan ramah bagi semua kalangan.

Di tengah perjalanan mewujudkan inklusivitas, Kulonprogo juga memiliki satu kebanggaan tersendiri: kehadiran Inclusive Tourism Information Center (ITIC) yang diklaim sebagai satu-satunya di Indonesia. Keberadaan pusat informasi ini menjadi simbol keseriusan daerah tersebut dalam membuka pintu pariwisata bagi siapa saja tanpa terkecuali.

"Kami terus berupaya meningkatkan pariwisata yang inklusi sehingga bisa dinikmati berbagai kalangan," lanjut Joko. Ia menambahkan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPDA) terbaru. Dalam dokumen tersebut akan dimasukkan program-program pembangunan pariwisata yang inklusif sebagai bagian dari kebijakan strategis jangka panjang.

Komitmen Dispar Kulonprogo ini mendapat dukungan penuh dari Bupati Kulonprogo, Agung Setyawan. Menurutnya, pembangunan harus bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat, termasuk saudara-saudara penyandang disabilitas. Ia menyebutkan bahwa inklusivitas dalam pariwisata bukanlah opsi, tetapi keharusan.

"Wisata inklusif menjadi hal yang mutlak, tanpa terkecuali, tanpa perbedaan, tanpa diskriminasi sehingga harus terus diupayakan dapat terwujud," tegas Agung.

Bagi Agung, membuka akses pariwisata untuk penyandang disabilitas berarti membangun citra positif Kulonprogo sebagai daerah yang ramah difabel. Lebih jauh lagi, ia berharap daerahnya dapat menjadi rujukan atau model pariwisata inklusif di tingkat nasional, bahkan internasional. Ia menyampaikan harapan agar seluruh destinasi wisata di wilayahnya bisa menyambut para wisatawan difabel, baik dari dalam maupun luar negeri.

"Semua destinasi wisata kami buka lebar-lebar untuk sahabat-sahabat difabel," ucapnya penuh semangat.

Namun, Agung juga mengakui masih banyak tantangan yang harus diselesaikan. Karena itu, ia melihat famtrip difabel sebagai sarana refleksi dan evaluasi langsung, di mana pelaku utama pariwisata bisa mendengar langsung pengalaman dan harapan dari para penyandang disabilitas. Menurutnya, suara mereka sangat penting dalam merancang kebijakan dan fasilitas wisata di masa depan.

Kegiatan famtrip difabel bukan hanya sebatas program tahunan, melainkan cerminan dari pendekatan baru dalam pengelolaan sektor pariwisata. Inklusi, yang selama ini hanya menjadi jargon, mulai diterapkan dengan pendekatan berbasis pengalaman nyata dan partisipasi langsung dari komunitas disabilitas.

Dengan semua inisiatif ini, Kulonprogo memperlihatkan bahwa wisata yang ramah disabilitas bukanlah impian semata. Dengan kerja sama lintas sektor, komitmen pemerintah daerah, dan pelibatan aktif komunitas difabel, wisata inklusif bisa diwujudkan secara konkret.

Langkah ini menjadi bukti bahwa pariwisata berkelanjutan bukan hanya soal konservasi alam atau peningkatan ekonomi lokal, tetapi juga tentang menghadirkan keadilan sosial dalam setiap pengalaman wisata. Dan Kulonprogo, secara perlahan tapi pasti, sudah berada di jalur yang benar untuk mewujudkan hal tersebut.

Terkini

Tablet Samsung Murah Mulai Rp1 Jutaan

Senin, 21 Juli 2025 | 15:49:36 WIB

Xiaomi 15, Flagship Terjangkau 2025

Senin, 21 Juli 2025 | 15:52:52 WIB