Struick dan Raven Ikuti Jejak Pemain Keturunan di Liga Indonesia

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:52:34 WIB
Struick dan Raven Ikuti Jejak Pemain Keturunan di Liga Indonesia

JAKARTA - Keputusan dua pemain muda keturunan Indonesia-Belanda, Rafael Struick dan Jens Raven, untuk melanjutkan karier profesional di Indonesia mengundang perhatian. Di usia yang masih sangat muda, keduanya memilih menanggalkan peluang mengembangkan potensi di Eropa demi tampil di BRI Liga 1. Langkah ini menghidupkan kembali tren yang sebelumnya dijalani oleh beberapa pemain berdarah Indonesia lain yang lebih dulu menetap dan berkarier di Tanah Air.

Jens Raven menjadi nama pertama yang diumumkan secara resmi sebagai rekrutan anyar Bali United untuk kompetisi BRI Super League musim 2025/2026. Di sisi lain, Rafael Struick juga dilaporkan tinggal selangkah lagi bergabung dengan Dewa United. Keduanya masih berusia 19 dan 22 tahun masa-masa emas dalam pembentukan karier profesional.

Keputusan mereka untuk hijrah ke Indonesia terbilang berani dan tidak serta-merta mendapat sambutan positif dari semua kalangan. Banyak pihak yang menilai potensi besar seperti mereka semestinya tetap ditempa di Eropa, yang memiliki sistem dan atmosfer kompetisi yang lebih maju. Namun, dalam beberapa kasus terdahulu, langkah serupa juga telah diambil oleh beberapa pesepak bola keturunan yang kini dikenal luas publik Indonesia.

Irfan Bachdim: Pelopor Gelombang Pemain Diaspora

Langkah Struick dan Raven mengingatkan publik pada Irfan Bachdim, salah satu pionir pemain diaspora yang membuka jalan menuju Liga Indonesia. Irfan yang juga berdarah Belanda-Indonesia memutuskan hijrah ke Persema Malang pada 2010, saat usianya baru 22 tahun. Meski sempat tampil di kasta tertinggi Liga Belanda bersama Haarlem, Irfan melihat Indonesia sebagai peluang baru untuk berkembang dan menapaki jejak berbeda dalam karier sepak bolanya.

Setelah sukses di Indonesia, Irfan sempat berkarier di luar negeri, antara lain bersama Chonburi FC dan Nakhon Ratchasima di Thailand, serta bermain di Jepang untuk Ventforet Kofu dan Consadole Sapporo. Pengalaman lintas negara ini memperkuat statusnya sebagai ikon sepak bola keturunan yang mampu beradaptasi lintas budaya dan kompetisi.

Ezra Walian: Bekas Bintang Timnas Belanda Junior

Nama lain yang tak kalah menarik adalah Ezra Walian. Dikenal sejak membela Timnas Belanda U-15, U-16, hingga U-17, Ezra pernah digadang-gadang sebagai talenta potensial Eropa. Namun pada 2017, ia memutuskan menjadi Warga Negara Indonesia dan membuka babak baru kariernya di Asia Tenggara.

Ezra sempat memperkuat Almere City dan RKC Waalwijk di Belanda sebelum akhirnya merapat ke PSM Makassar pada 2019, saat usianya baru menginjak 21 tahun. Setelah sempat memperkuat Persib Bandung hingga 2024, kini ia menjadi bagian penting dari lini serang Persik Kediri.

Perjalanan Ezra menjadi bukti bahwa Liga Indonesia tak sekadar pelarian, tetapi bisa menjadi platform berharga bagi pemain muda diaspora yang mencari tempat untuk membuktikan diri dan berkembang sebagai pesepak bola profesional.

Rafael Struick: Dari Eropa ke Asia Demi Kesempatan Bermain

Berbeda dari Ezra dan Irfan yang masih aktif di Eropa saat hijrah, Rafael Struick mengambil langkah tersebut setelah kariernya di luar negeri terhambat. Struick mengalami masa sulit ketika bergabung dengan Brisbane Roar di Australia. Minimnya menit bermain membuatnya harus menunggu kesempatan dari klub lain. Saat kontraknya berakhir, ia sempat tanpa klub sebelum Dewa United membuka pintu.

Presiden Dewa United, Ardian Satya Negara, mengonfirmasi kedatangan Struick dan menyebutkan bahwa pemain tersebut sangat cocok dengan kebutuhan tim. “Ya, kemarin sudah, lagi proses semuanya. Tinggal selangkah lagi untuk Struick. Alasan mendatangkan Struick, pertama, dia pemain muda berbakat, masuk juga ke regulasi pemain U-23 untuk Super League musim depan,” ujar Ardian.

Bagi Struick, keputusan ini bisa menjadi titik balik untuk menghidupkan kembali karier yang sempat meredup. Ia pun diharapkan memberi kontribusi besar tidak hanya di level klub, tetapi juga untuk tim nasional Indonesia yang tengah membangun kekuatan dari generasi muda.

Jens Raven: Langkah Awal di Liga Profesional

Jens Raven, yang lebih banyak menimba ilmu di akademi FC Dordrecht U-21, akhirnya memutuskan memulai karier profesionalnya bersama Bali United. Striker berusia 19 tahun ini termasuk nama yang sering dipanggil oleh pelatih Indra Sjafri ke dalam skuad Timnas U-20 dan kini tengah diproyeksikan untuk memperkuat Timnas U-23.

Langkah Jens menjadi menarik karena ia adalah salah satu pemain keturunan termuda yang memilih meninggalkan Eropa untuk menetap di Indonesia. Keputusan itu pun menandai dimulainya transisi kariernya dari level junior ke panggung profesional yang sesungguhnya.

Jens diprediksi akan mengisi slot pemain U-23 di Bali United, dan harus bersaing dengan penyerang asing dalam tim. Tantangan berat menantinya, tetapi dengan pengalaman dari kompetisi usia muda di Belanda, peluang untuk unjuk gigi tetap terbuka lebar.

Tradisi yang Berlanjut

Keputusan Struick dan Raven memang bukan hal baru, namun tetap menyimpan makna strategis dalam pembangunan sepak bola nasional. Fenomena ini menunjukkan bahwa Liga Indonesia telah menjadi opsi rasional dan menarik bagi pemain muda diaspora.

Di sisi lain, klub-klub Tanah Air juga diuntungkan dengan kehadiran pemain berlabel tim nasional, berpaspor ganda, dan sudah pernah mencicipi atmosfer sepak bola luar negeri. Jika dikelola dengan baik, gelombang pemain diaspora ini akan memperkaya kualitas liga dan membuka potensi regenerasi lebih kuat di tubuh Timnas Indonesia.

Dengan semakin banyak pemain muda keturunan yang percaya pada proyek sepak bola Indonesia, harapan akan prestasi di tingkat Asia hingga dunia bukan lagi sekadar mimpi, tetapi mulai menjadi jalan yang bisa ditempuh secara realistis.

Terkini