KAI Gunakan BBM Subsidi Dukung Layanan KA dan Logistik

Selasa, 15 Juli 2025 | 13:42:14 WIB
KAI Gunakan BBM Subsidi Dukung Layanan KA dan Logistik

JAKARTA - Pentingnya peran BBM subsidi dalam mendukung aksesibilitas transportasi publik dan logistik nasional kembali ditegaskan melalui catatan kinerja PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI pada paruh pertama 2025. Dengan penggunaan lebih dari 103 juta liter BBM subsidi, KAI berhasil melayani jutaan pelanggan dan menjaga kelancaran distribusi barang antarwilayah, menjadikan bahan bakar bersubsidi sebagai elemen vital dalam sistem perkeretaapian Indonesia.

Berdasarkan data resmi KAI, selama enam bulan pertama 2025, total penggunaan BBM subsidi mencapai 103.689.715 liter. Jumlah tersebut merupakan 49,42% dari total kuota tahunan yang dialokasikan pemerintah melalui BPH Migas, yakni sebanyak 209.809.000 liter. Distribusi BBM ini tidak hanya menyokong kelangsungan operasional, tetapi juga memainkan peran penting dalam pemerataan akses transportasi dan efisiensi distribusi barang.

“Hampir 50% kuota BBM subsidi tahun ini telah digunakan untuk pelayanan angkutan selama Semester I 2025, baik angkutan penumpang maupun barang,” ujar Vice President Public Relations KAI, Anne Purba.

Anne menjelaskan bahwa porsi terbesar dari pemakaian BBM subsidi digunakan untuk angkutan penumpang. Total sebanyak 93,1 juta liter dialokasikan untuk kereta api penumpang yang melayani berbagai segmen masyarakat, terutama pelanggan PSO (public service obligation) atau layanan subsidi tarif.

KAI mencatat bahwa sepanjang semester pertama 2025, mereka telah melayani total 8,8 juta pelanggan PSO. Angka tersebut terdiri atas 5,68 juta penumpang KA Jarak Jauh PSO dan 3,14 juta penumpang KA Lokal PSO. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, terjadi kenaikan volume pelanggan kereta penumpang  dari 25,74 juta menjadi 27,46 juta pelanggan, atau meningkat sekitar 7%.

Layanan PSO ini merupakan mandat dari pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. PSO bertujuan menyediakan layanan transportasi dengan tarif terjangkau bagi kelompok masyarakat tertentu, seperti pelajar, pekerja informal, pelaku usaha kecil, hingga masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya yang tinggal di daerah dengan akses transportasi terbatas.

BBM subsidi menjadi komponen penting dalam menjaga keberlangsungan tarif terjangkau tersebut. Tanpa subsidi, biaya operasional kereta berpotensi meningkat dan dapat berdampak langsung pada harga tiket yang harus ditanggung masyarakat.

Selain untuk angkutan penumpang, BBM subsidi juga mendukung sektor logistik perkeretaapian nasional. KAI mencatat, dari total BBM subsidi yang digunakan, sisanya digunakan untuk mendukung pengoperasian kereta barang. Rinciannya antara lain untuk KA Petikemas sebanyak 6.905.944 liter, KA Parcel sebanyak 1.780.508 liter, KA Semen sebesar 1.541.186 liter, dan KA Klinker sebanyak 350.881 liter.

Layanan angkutan barang ini menjadi bagian penting dalam menjaga stabilitas distribusi komoditas strategis, mendukung aktivitas industri, dan mengurangi beban lalu lintas jalan raya yang selama ini kerap dipenuhi truk logistik. Pemanfaatan kereta barang dinilai lebih efisien dan ramah lingkungan, serta menjadi solusi untuk mengurangi emisi karbon akibat transportasi berbasis jalan.

Dalam pengelolaan BBM subsidi, KAI menegaskan komitmennya terhadap prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG). Penggunaan BBM dicatat dan diawasi secara sistematis, memastikan tidak ada penyimpangan dan bahwa manfaat subsidi benar-benar sampai pada sektor yang membutuhkan.

"Subsidi ini dikelola secara akuntabel dan transparan untuk memastikan manfaatnya tepat sasaran," kata Anne.

Sebagai bagian dari komitmen terhadap keberlanjutan, KAI sejak Februari 2025 telah mengimplementasikan penggunaan Biosolar B40 untuk seluruh armada lokomotif dan genset. Biosolar B40 merupakan bahan bakar ramah lingkungan dengan campuran 40% bahan nabati berbasis kelapa sawit. Penggunaan BBM ini tidak hanya membantu menekan emisi karbon, tetapi juga mendukung target nasional dalam transisi energi menuju energi bersih.

“BBM subsidi ini juga ramah lingkungan karena menggunakan jenis Biosolar B40, sejalan dengan visi KAI untuk menggerakkan transportasi berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujar Anne.

Penggunaan bahan bakar berkelanjutan dalam sistem transportasi publik menunjukkan arah strategis KAI yang tak hanya fokus pada operasional dan efisiensi, tetapi juga berupaya menghadirkan moda transportasi masa depan yang lebih bersih, sehat, dan efisien.

Dengan konsumsi BBM subsidi yang sudah mendekati setengah kuota tahunan hanya dalam enam bulan, tantangan ke depan adalah memastikan efisiensi operasional terus terjaga tanpa mengorbankan kualitas layanan. Pemerintah dan KAI perlu terus berkolaborasi dalam memastikan alokasi subsidi tepat guna dan adaptif terhadap dinamika kebutuhan masyarakat serta kondisi pasar energi global.

Ke depan, keberlanjutan subsidi BBM dan modernisasi armada berbahan bakar bersih akan menjadi kunci dalam menjawab tantangan transportasi publik yang inklusif dan ramah lingkungan di Indonesia. Transformasi seperti ini juga memberi contoh bagaimana subsidi negara dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan rakyat dan masa depan energi yang lebih hijau.

Terkini