JAKARTA - Bandara bukan hanya menjadi pintu gerbang bagi perjalanan udara, tetapi juga ruang strategis untuk memamerkan kekayaan produk lokal. Dalam konteks ini, perhatian terhadap pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi sorotan penting bagi pengelola bandara. Salah satu yang mendapat apresiasi adalah PT Angkasa Pura Indonesia yang dinilai berhasil memberikan ruang nyata bagi eksistensi UMKM lokal di lingkungan bandara.
Apresiasi itu datang dari anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto. Ia menyampaikan penghargaannya atas langkah nyata Angkasa Pura yang memberikan dukungan kepada para pelaku UMKM, khususnya di area Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Menurutnya, langkah tersebut tidak sekadar simbolis, tetapi benar-benar menunjukkan keberpihakan terhadap pelaku usaha lokal.
"Perhatian serius dari Angkasa Pura terhadap usaha UMKM merek lokal layak diapresiasi. Saya melihat banyak UMKM lokal yang diberikan ruang untuk dapat berbisnis di bandara Soekarno-Hatta ini. Ini saya kira merupakan bentuk keberpihakan kepada para pelaku UMKM kita," ujar politisi PDI Perjuangan tersebut saat meninjau langsung fasilitas dan aktivitas UMKM di kawasan bandara tersebut.
Menurut Darmadi, keberadaan UMKM lokal di bandara besar seperti Soekarno-Hatta tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi citra Indonesia secara keseluruhan. Produk-produk lokal yang ditampilkan di bandara, kata dia, menjadi etalase budaya yang mampu memperkenalkan Indonesia kepada dunia internasional.
“Selain membantu menggerakkan ekonomi rakyat, UMKM lokal kita bisa dikatakan sebagai etalase terdepan dalam menyuguhkan berbagai macam kekhasan baik itu dari sisi kuliner, budaya dan lainnya kepada bangsa-bangsa lain yang melancong dan transit di bandara Soekarno-Hatta,” katanya.
Namun demikian, Darmadi juga mengingatkan bahwa dukungan terhadap UMKM tidak boleh berhenti pada penyediaan ruang usaha semata. Ia berharap Angkasa Pura terus meningkatkan kepeduliannya melalui langkah-langkah nyata yang berkelanjutan. Salah satu yang ditekankan adalah pentingnya pembinaan dan pendampingan terhadap UMKM yang menghadapi tantangan penjualan.
“Pertama, memberikan kesempatan kepada pelaku UMKM lokal bisa berjualan di outlet-outlet di terminal Soekarno-Hatta,” jelasnya. Menurutnya, akses terhadap lokasi strategis seperti terminal bandara akan sangat membantu meningkatkan eksposur dan penjualan produk lokal.
Lebih lanjut, Darmadi menyarankan agar Angkasa Pura juga aktif membantu UMKM yang sedang mengalami penurunan penjualan. Ia menyebutkan bahwa puluhan pelaku usaha lokal saat ini menghadapi tantangan tersebut dan membutuhkan intervensi nyata agar tidak gulung tikar.
“Yang kedua, memberikan pembinaan terhadap UMKM lokal yang sedang menghadapi penurunan penjualan. Ini penting agar mereka bisa bertahan dan berkembang,” tegasnya.
Tidak hanya itu, Darmadi menyoroti pentingnya perlindungan terhadap pelaku usaha lokal dalam menghadapi persaingan dengan merek asing. Ia menilai bahwa ketidakseimbangan antara pelaku usaha nasional dan brand internasional bisa berdampak negatif bagi keberlangsungan UMKM lokal.
“Terakhir, memberikan perhatian serius antara komposisi pemain asing dengan pelaku UMKM lokal. Pemain lokal harus dilindungi dan tidak boleh dibenturkan dengan merek-merek asing yang besar-besar. Jika dibiarkan, maka akan membunuh pemain UMKM lokal,” katanya penuh penekanan.
Kunjungan kerja Darmadi tersebut tidak dilakukan sendirian. Ia didampingi oleh jajaran Angkasa Pura, termasuk Direktur Operasional Agus Haryadi serta Head of Marketing Terminal 3 Apriady. Kehadiran keduanya dalam agenda tersebut menunjukkan keseriusan pihak pengelola bandara dalam merespons masukan dari para legislator.
Darmadi juga menyampaikan bahwa perhatian terhadap UMKM bukan hanya tanggung jawab moral, tetapi juga strategis dalam konteks pembangunan ekonomi nasional. UMKM terbukti mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi, terlebih di tengah tantangan global.
Ia menambahkan bahwa bandara sebagai ruang publik yang memiliki traffic tinggi sangat potensial menjadi media promosi sekaligus pasar yang ideal bagi produk lokal. Karena itu, sinergi antara pengelola bandara dan pelaku UMKM harus terus diperkuat, baik dari sisi kebijakan, fasilitas, maupun pola pembinaan.
Dukungan terhadap UMKM, lanjutnya, juga sejalan dengan semangat kemandirian ekonomi bangsa. Dengan mendorong penggunaan dan konsumsi produk lokal, Indonesia akan memiliki daya tahan ekonomi yang lebih kuat dalam menghadapi gejolak eksternal.
Pernyataan dan sikap tegas Darmadi tersebut menjadi dorongan bagi pengelola bandara untuk tidak hanya memberi tempat bagi pelaku usaha kecil, tapi juga menciptakan ekosistem bisnis yang inklusif, adil, dan berkelanjutan. Ia mengingatkan bahwa kemajuan sektor penerbangan tidak boleh berjalan sendiri, tetapi harus membawa serta pelaku ekonomi kecil ke dalam orbit pertumbuhan yang sama.
Kehadiran UMKM di bandara, selain membawa wajah budaya lokal, juga menjadi bukti bahwa Indonesia sedang menuju transformasi ekonomi yang lebih adil dan merata. Perhatian dari para pengambil kebijakan seperti Darmadi menjadi penanda penting bahwa sektor UMKM kini mendapat posisi yang lebih strategis dalam peta pembangunan nasional.