Asuransi Digital Tumbuh

Sabtu, 26 Juli 2025 | 11:17:36 WIB
Asuransi Digital Tumbuh

JAKARTA - Transformasi digital di sektor keuangan bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendesak, terutama dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah. Salah satu sektor yang menunjukkan respons cepat terhadap perubahan ini adalah industri asuransi digital. Memasuki paruh kedua 2025, sektor ini dinilai masih menyimpan potensi pertumbuhan yang menjanjikan, meskipun sejumlah tantangan turut membayangi.

Berbekal penguatan ekosistem digital dan inovasi produk yang konsisten, perusahaan-perusahaan asuransi digital berhasil mempertahankan momentum pertumbuhan. PT Asuransi Simas Insurtech, misalnya, mencatatkan premi sebesar Rp3,5 triliun sepanjang semester I 2025. Angka ini mencerminkan lonjakan pertumbuhan sebesar 72% secara tahunan (year-on-year), dengan kontribusi terbesar berasal dari lini asuransi kredit.

Perkembangan tersebut menjadi cerminan bagaimana sektor ini mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan perilaku konsumen dan meningkatnya transaksi digital. Pengamat asuransi, Irvan Rahardjo, menjelaskan bahwa performa sektor asuransi digital masih tergolong sangat positif, terutama didukung oleh meningkatnya permintaan terhadap produk-produk asuransi yang tertanam (embedded insurance) dalam platform digital.

“Pertumbuhannya masih sangat baik. Utamanya pada produk-produk embedded dan ekosistem digital. Faktor pendorong utama ada pada transformasi digital yang terus berlangsung serta meningkatnya transaksi digital dan e-commerce,” ujar Irvan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa keberhasilan perusahaan dalam menghadirkan produk yang sesuai dengan kebutuhan zaman turut memengaruhi preferensi masyarakat terhadap layanan asuransi digital. Produk-produk embedded, misalnya, kini banyak hadir dalam bentuk perlindungan dalam transaksi online, perjalanan, hingga pembiayaan kendaraan, yang terintegrasi langsung di dalam platform digital.

Namun demikian, pertumbuhan pesat tersebut bukannya tanpa hambatan. Irvan menyoroti tantangan klasik yang masih menghantui dunia asuransi di Indonesia, yakni rendahnya tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya asuransi.

“Tantangan utama adalah masih rendahnya insurance minded dan literasi produk asuransi di masyarakat,” ungkapnya.

Isu lainnya yang kerap menjadi perhatian adalah seputar regulasi data dan keamanan siber. Namun Irvan melihat bahwa kedua isu ini justru bisa menjadi modal positif bagi pertumbuhan. Menurutnya, regulasi yang ketat terkait data dan keamanan akan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap platform digital.

“Isu regulasi data dan keamanan siber bukanlah hambatan utama. Hal ini justru memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap produk-produk keuangan digital,” tambah Irvan.

Pasar asuransi digital kini juga semakin kompetitif dengan kehadiran berbagai pemegang ekosistem yang saling terhubung. Tidak hanya perusahaan asuransi konvensional yang bertransformasi, tetapi juga platform e-commerce, perbankan digital, hingga layanan teknologi keuangan lainnya turut ambil bagian.

“Persaingan pasar saat ini juga lebih ketat karena didominasi pemegang ekosistem seperti bank, platform e-commerce, dan asuransi digital yang saling berintegrasi,” jelasnya.

Irvan meyakini bahwa ruang tumbuh bagi industri ini masih sangat luas di sisa 2025. Ia menekankan bahwa tidak semua produk asuransi memang bisa sepenuhnya diubah ke bentuk digital, tetapi pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) bisa menjadi pendorong penting dalam proses transformasi.

“AI akan mendorong inovasi produk-produk asuransi lama yang dapat ditransformasi menjadi produk digital yang memiliki ciri proses yang seamless dan tanpa tatap muka,” pungkasnya.

Penggunaan teknologi AI dalam asuransi tidak hanya terbatas pada digitalisasi produk, tetapi juga mencakup proses klaim otomatis, underwriting berbasis data besar (big data), hingga pengalaman pelanggan yang lebih personal. Dengan cara ini, perusahaan asuransi digital dapat menawarkan layanan yang tidak hanya cepat dan efisien, tetapi juga relevan dengan kebutuhan masing-masing individu.

Terlepas dari tantangan internal dan eksternal, arah perkembangan industri ini menunjukkan prospek cerah. Inisiatif-inisiatif dari pelaku pasar serta dukungan regulasi yang adaptif diharapkan mampu memperluas penetrasi asuransi digital ke segmen masyarakat yang lebih luas. Jika dikelola secara tepat, potensi pertumbuhan ini dapat memberikan dampak besar, baik dari sisi peningkatan inklusi keuangan maupun kontribusi terhadap ekonomi nasional secara keseluruhan.

Dengan pencapaian dan optimisme yang mengiringi paruh pertama tahun ini, pelaku industri diharapkan mampu menjaga konsistensi dan kualitas layanan agar tetap relevan dan berdaya saing. Perpaduan antara inovasi teknologi, literasi masyarakat, serta kepercayaan publik menjadi kunci utama untuk memastikan bahwa industri asuransi digital tidak hanya bertahan, tetapi berkembang secara berkelanjutan.

Terkini