10 Negara Penguasa Cadangan Nikel Dunia

Minggu, 27 Juli 2025 | 08:44:58 WIB
10 Negara Penguasa Cadangan Nikel Dunia

JAKARTA - Dalam peta geopolitik baru yang terbentuk dari transisi menuju energi hijau, nikel kini menjadi salah satu komoditas yang paling diperebutkan. Logam ini telah bertransformasi dari sekadar bahan baku industri baja menjadi elemen vital dalam rantai pasokan global, terutama dalam produksi baterai kendaraan listrik (EV), panel surya, dan sistem penyimpanan energi.

Kebutuhan akan logam ini melonjak tajam seiring peningkatan permintaan global terhadap kendaraan listrik dan teknologi bersih lainnya. Dalam lanskap ini, negara-negara dengan cadangan nikel besar secara strategis mendapatkan posisi tawar tinggi dalam percaturan ekonomi global.

Berdasarkan data resmi dari US Geological Survey (USGS) 2025, berikut adalah 10 negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, yang kini menjadi pusat perhatian industri dan negara-negara maju.

1. Indonesia: Pemegang Kunci Rantai Pasok Dunia

Indonesia menempati posisi puncak dengan cadangan sekitar 55 juta ton, menyumbang sekitar 40% dari total cadangan global. Sebagian besar deposit nikel Indonesia terdapat di wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Papua.

Jenis nikel laterit yang mendominasi cadangan Indonesia sangat cocok untuk bahan baku baterai kendaraan listrik. Pemerintah juga aktif mendorong hilirisasi dengan mempercepat pembangunan smelter dan industri baterai lokal, menciptakan rantai nilai dari hulu ke hilir yang terintegrasi.

Langkah ini menjadikan Indonesia tidak hanya sebagai pemasok bahan mentah, tetapi juga pemain penting dalam rantai pasokan global energi bersih.

2. Australia: Kualitas Tinggi dan Pendekatan Ramah Lingkungan

Australia menempati posisi kedua dengan cadangan sekitar 24 juta ton, terutama berlokasi di negara bagian Australia Barat. Berbeda dari Indonesia, Australia lebih banyak memiliki nikel sulfidik, yang dikenal memiliki kualitas tinggi dan efisiensi ekstraksi yang lebih baik.

Produksi nikel Australia berkisar antara 110 ribu hingga 160 ribu ton per tahun dalam dua tahun terakhir. Meskipun skalanya lebih kecil, pendekatan pertambangan yang konservatif dan berfokus pada keberlanjutan membuat Australia menjadi pemasok yang stabil bagi pasar global.

3. Brasil: Raksasa Amerika Latin dengan Cadangan Strategis

Brasil menempati posisi ketiga dengan perkiraan cadangan sebesar 16 juta ton, atau sekitar 12–17% dari total cadangan dunia. Wilayah kaya nikel di Brasil termasuk negara bagian Goiás serta lokasi-lokasi besar seperti tambang Onça Puma dan Alto.

Brasil terus memperkuat kapasitas produksinya melalui pengembangan proyek-proyek eksplorasi seperti Jaguar dan Centaurus Metals.

4. Rusia: Pemain Lama dengan Kualitas Premium

Rusia menyimpan cadangan sekitar 8,3 juta ton, sebagian besar di daerah Norilsk dan Semenanjung Kola. Kedua wilayah ini memiliki deposit sulfidik ultramafik yang menghasilkan nikel berkualitas tinggi.

Perusahaan tambang Norilsk Nickel menyumbang sekitar 14% dari total produksi nikel global. Meskipun begitu, produksi tahunan Rusia tetap dalam skala moderat, sekitar 200 ribu ton.

5. Caledonia Baru: Surga Tropis dengan Cadangan Besar

Caledonia Baru, wilayah seberang laut milik Prancis di Pasifik Selatan, memiliki cadangan sekitar 7,1 juta ton, sebagian besar berupa nikel laterit hasil pelapukan batuan di iklim tropis.

Industri nikel menjadi tulang punggung ekonomi lokal melalui perusahaan seperti SLN dan Koniambo Nickel, meski sering kali menghadapi tantangan sosial dan lingkungan.

6. Kuba: Kecil namun Strategis

Dengan cadangan sekitar 5,5 juta ton, Kuba berada di posisi keenam. Lokasi cadangan utama termasuk Moa, Mayari, dan San Velove di bagian timur pulau tersebut.

Produksi nikel Kuba tergolong kecil, sekitar 49 ribu ton per tahun, namun sangat penting bagi perekonomian negara. Kuba mengandalkan kerja sama internasional seperti joint venture dengan perusahaan Kanada, Sherritt International.

7. Filipina: Pesaing Asia Tenggara dengan Potensi Ekspor

Filipina memiliki cadangan sekitar 4,8 juta ton. Deposit lateritnya tersebar di wilayah Zambales, Surigao del Norte, Agusan del Norte, dan Dinagat Island.

Surigao sendiri menyumbang sekitar 60% ekspor nikel nasional. Namun, keterbatasan fasilitas pengolahan lokal membuat Filipina masih tergantung pada mitra luar negeri seperti Sumitomo dalam pengembangan fasilitas HPAL.

8. Tiongkok: Ketergantungan Impor Meski Punya Cadangan

Tiongkok memiliki cadangan sekitar 4,4 juta ton, tersebar di provinsi Gansu, Xinjiang, Yunnan, dan Sichuan. Namun, kebutuhan industri baja tahan karat dan baterai EV di negara ini jauh melampaui kapasitas produksi dalam negeri.

Akibatnya, Tiongkok tetap menjadi salah satu importir nikel terbesar di dunia.

9. Kanada: Kualitas Tinggi untuk Baterai Kelas Dunia

Kanada memiliki cadangan sekitar 2,2 juta ton, dengan deposit utama di Sudbury Basin dan Thomson Belt. Kedua wilayah ini dikenal menghasilkan nikel kelas satu (high-grade) yang ideal untuk industri baterai.

Proyek baru seperti "Ring of Fire" sedang dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing Kanada dalam rantai pasok global.

10. Amerika Serikat: Minim Produksi, Tinggi Ketergantungan

AS berada di posisi ke-10 dengan cadangan sekitar 310 ribu ton, atau hanya 0,2–0,3% dari cadangan global. Satu-satunya sumber utama adalah tambang Eagle Mine di Michigan, yang dikelola oleh Lundin Mining.

Dengan produksi tahunan hanya sekitar 17 ribu ton, AS sangat bergantung pada pasokan nikel dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industrinya.

Arah Masa Depan Ditentukan dari Cadangan Tanah

Daftar ini menggambarkan pentingnya nikel dalam geopolitik global. Negara-negara dengan cadangan besar tidak hanya memiliki keunggulan ekonomi, tetapi juga posisi strategis dalam peta transisi energi bersih. Indonesia, sebagai pemimpin cadangan global, kini memiliki peluang besar untuk memainkan peran kunci dalam masa depan teknologi dunia.

Namun, potensi itu juga datang dengan tantangan: menjaga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya dan keberlanjutan lingkungan serta kesejahteraan masyarakat sekitar tambang. Dalam konteks ini, pengelolaan yang cermat dan adil menjadi kunci untuk memastikan bahwa kekayaan alam ini benar-benar menjadi anugerah, bukan beban.

Terkini