Penerbangan Citilink dan Batik Air Dialihkan ke Soetta

Senin, 28 Juli 2025 | 13:58:50 WIB
Penerbangan Citilink dan Batik Air Dialihkan ke Soetta

JAKARTA - Upaya optimalisasi sistem transportasi udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya terus dilakukan, salah satunya melalui pengalihan sebagian penerbangan dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Langkah strategis ini dilakukan oleh PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) sebagai bagian dari pendekatan terpadu dalam meningkatkan efisiensi operasional dan pengalaman terbang bagi penumpang.

Regional CEO Kantor Regional I InJourney Airports, I Wayan Darma, menyampaikan bahwa pengalihan ini merupakan bagian dari kebijakan jangka menengah yang bertujuan untuk memaksimalkan kapasitas dan pelayanan di kedua bandara besar tersebut. Menurutnya, pengaturan ini bukan semata-mata relokasi, tetapi bagian dari upaya menciptakan sinergi yang lebih efisien antara dua infrastruktur penting dalam dunia penerbangan nasional.

"Kami pastikan seluruh proses pengalihan dilakukan secara bertahap dan sistematis agar tidak mengganggu jadwal penerbangan maupun kenyamanan penumpang. InJourney Airports telah mengantisipasi segala kemungkinan teknis bersama para stakeholder," ujar I Wayan Darma.

Koordinasi dengan maskapai seperti Citilink dan Batik Air pun telah dilakukan secara intensif. Kedua maskapai tersebut menjadi pihak yang paling terdampak karena sebagian jadwal penerbangannya akan berpindah ke Soekarno-Hatta. Meski demikian, proses peralihan dijalankan dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dan pelayanan.

Langkah pengalihan sebagian penerbangan ini sekaligus menegaskan komitmen InJourney Airports dalam menghadirkan efisiensi logistik udara dan membentuk sistem layanan transportasi terintegrasi di kawasan Jabodetabek. Hal ini tidak lepas dari tingginya tingkat mobilitas masyarakat, serta semakin meningkatnya permintaan akan layanan udara yang cepat, nyaman, dan aman.

I Wayan Darma juga menambahkan bahwa meskipun terjadi pengalihan, Bandara Halim Perdanakusuma akan tetap beroperasi dan melayani penerbangan komersial, militer, serta penerbangan untuk tamu-tamu negara atau VVIP. Ini berarti bahwa bandara tersebut tetap menjalankan fungsinya secara strategis, meskipun sebagian aktivitas maskapai komersial dialihkan.

"Bandara Halim Perdanakusuma dan Soekarno-Hatta akan beroperasi secara sinergis dengan pembagian fungsi yang jelas. Perlu kami sampaikan Bandara Halim Perdanakusuma tetap melayani penerbangan Citilink, Batik Air dan penerbangan komersial lainnya, serta militer dan VVIP," jelasnya.

Dengan pengalihan ini, Bandara Soekarno-Hatta sebagai bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia, akan memikul tambahan beban operasional. Namun, kapasitas dan fasilitas Soekarno-Hatta diyakini cukup untuk menampung penambahan frekuensi dari Bandara Halim. Infrastruktur dan teknologi yang tersedia di bandara ini juga memungkinkan proses peralihan berjalan lancar.

Tak hanya itu, langkah ini dianggap sebagai bagian dari strategi jangka panjang pemerintah dalam mengatur distribusi trafik udara secara lebih merata. Dengan demikian, beban yang selama ini tertumpu pada Halim, terutama di jam-jam sibuk, bisa dikurangi, sekaligus mendorong kualitas pelayanan meningkat.

Langkah ini sejalan pula dengan kebijakan Kementerian Perhubungan yang berupaya memperluas kapasitas layanan udara secara nasional, termasuk mengembangkan bandara-bandara alternatif sebagai penyangga bandara utama.

Terkait operasional harian dan dampak terhadap penumpang, I Wayan Darma menekankan bahwa semua skenario telah disiapkan. Mulai dari penyesuaian sistem informasi penerbangan, pemindahan slot penerbangan, hingga sosialisasi kepada pengguna jasa dilakukan secara simultan.

"Pengalihan ini akan mendukung distribusi frekuensi penerbangan secara lebih optimal dan efisien untuk meningkatkan mobilitas udara di Bandara Halim dan Soekarno-Hatta dengan komitmen penuh terhadap pemenuhan aspek keamanan, keselamatan, dan pelayanan kepada seluruh pengguna jasa," tegasnya.

Secara praktis, perubahan ini mengharuskan penumpang Citilink dan Batik Air untuk mengecek kembali jadwal dan lokasi keberangkatan mereka. Untuk itu, maskapai dan pengelola bandara sudah diminta menyediakan informasi yang jelas, termasuk petunjuk arah, informasi konter check-in baru, hingga petugas pendamping di lokasi.

Dalam jangka panjang, strategi seperti ini diperkirakan akan menjadi model pengelolaan bandara modern yang berbasis kolaborasi dan efisiensi. Dengan mengurangi tumpang tindih layanan serta mendistribusikan trafik secara merata, sistem transportasi udara nasional akan semakin andal dan berkelanjutan.

Terlebih, potensi pertumbuhan sektor penerbangan di Indonesia masih sangat besar. Seiring dengan pulihnya industri pariwisata dan meningkatnya mobilitas masyarakat, bandara-bandara utama dituntut untuk terus berinovasi dan mengembangkan kapasitas pelayanan mereka. Oleh karena itu, pengalihan sebagian jadwal penerbangan ini bisa menjadi titik awal dari pembenahan menyeluruh terhadap manajemen lalu lintas udara nasional.

Kesuksesan langkah ini juga sangat tergantung pada kerjasama lintas sektor mulai dari maskapai, pengelola bandara, otoritas penerbangan, hingga masyarakat pengguna jasa. Dengan adanya pemahaman bersama, pengalihan ini diharapkan tidak hanya menjawab tantangan jangka pendek, tetapi juga memperkuat fondasi penerbangan nasional ke depan.

Terkini