Langkah Kementerian ESDM Kurangi Jejak Karbon Tambang

Rabu, 06 Agustus 2025 | 09:17:33 WIB
Langkah Kementerian ESDM Kurangi Jejak Karbon Tambang

JAKARTA - Di tengah upaya nasional menurunkan emisi karbon, sektor pertambangan menjadi sorotan utama. Sebagai salah satu kontributor emisi terbesar di Indonesia, industri tambang dituntut untuk lebih bertanggung jawab terhadap dampak lingkungannya. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun tidak tinggal diam. Melalui berbagai strategi dan kebijakan, ESDM kini semakin serius mengarahkan sektor ini menuju praktik yang lebih berkelanjutan.

Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba), Siti Sumilah Rita Susilawati, menyoroti sejumlah penyebab utama tingginya emisi karbon dari industri tambang. Aktivitas pembukaan lahan, penggunaan energi fosil dalam operasional, dan kendaraan tambang yang belum ramah lingkungan merupakan faktor dominan yang memberi kontribusi signifikan terhadap jejak karbon sektor ini.

“Kami menyadari bahwa sektor pertambangan, khususnya pada tahapan kegiatan operasional, memang masih memiliki jejak karbon yang signifikan. Baik dari aktivitas pembukaan lahan, penggunaan alat berat berbasis bahan bakar fosil maupun konsumsi lainnya,” ujar Siti dalam keterangannya.

Kesadaran akan besarnya dampak tersebut mendorong Ditjen Minerba untuk mempercepat transisi menuju operasional yang lebih rendah emisi. Apalagi, Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mencapai net zero emission (NZE) paling lambat tahun 2060. Komitmen ini menuntut kontribusi nyata dari seluruh sektor, tak terkecuali pertambangan.

Dalam mendorong dekarbonisasi, ESDM mengembangkan serangkaian langkah strategis. Salah satu upaya konkret adalah penerapan co-firing di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan memanfaatkan biomassa sebagai campuran bahan bakar batu bara. Strategi ini dinilai sebagai solusi jangka pendek hingga menengah untuk menekan emisi dari sektor ketenagalistrikan yang masih dominan menggunakan batu bara.

Di sisi lain, ESDM juga mendorong pengembangan teknologi carbon capture, utilization and storage (CCUS). Teknologi ini dianggap sebagai langkah revolusioner dalam pengurangan emisi industri, termasuk di sektor pertambangan dan pengolahan mineral. Implementasi CCUS tidak hanya dapat menyerap karbon dari aktivitas industri, tapi juga memungkinkan pemanfaatan kembali emisi untuk kebutuhan lain, seperti injeksi minyak atau produksi bahan baku industri.

Menurut Siti, “teknologi ini dipandang sebagai game changer dalam strategi dekarbonisasi industri.” Artinya, CCUS bukan sekadar solusi tambahan, tetapi potensi pengubah arah industri agar lebih ramah lingkungan secara signifikan.

Tak hanya di aspek teknologi, ESDM turut menekankan pentingnya praktik revegetasi dan reklamasi pascatambang. Upaya ini tidak sekadar untuk memenuhi kewajiban regulasi, melainkan juga sebagai strategi ekologis untuk pemulihan fungsi lahan dan penyerapan karbon. Dengan merehabilitasi kawasan bekas tambang melalui penghijauan, perusahaan turut membantu menyeimbangkan emisi yang mereka hasilkan.

Transformasi sektor pertambangan juga menyasar penggunaan energi bersih dalam kegiatan operasional. Siti menjelaskan bahwa pemanfaatan bahan bakar nabati seperti biodiesel B20 atau B30, serta integrasi panel surya untuk kebutuhan listrik di area tambang, menjadi langkah konkret yang terus didorong. Di samping itu, efisiensi energi juga menjadi fokus dalam setiap tahapan operasional.

Tak kalah penting, penggantian kendaraan operasional konvensional dengan kendaraan listrik menjadi prioritas ke depan. ESDM melalui Ditjen Minerba tengah menggalakkan adopsi kendaraan listrik dan alat berat berbasis listrik dalam skema green and smart mining. Konsep ini tidak hanya menyangkut pengurangan emisi, tapi juga efisiensi teknologi dan peningkatan daya saing industri tambang Indonesia secara global.

Menurut Siti, keberhasilan dari seluruh strategi tersebut bergantung pada sinergi multipihak. Pemerintah, pelaku usaha, penyedia teknologi, investor, serta lembaga riset harus bekerja sama agar transisi berjalan efektif dan terukur.

“Dalam hal ini, peran investor, penyedia teknologi, dan lembaga riset juga sangat penting dalam mempercepat transisi yang berkelanjutan dan terukur,” pungkasnya.

Langkah-langkah yang ditempuh ESDM tersebut mencerminkan upaya serius untuk mengarahkan industri tambang Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau. Meski tantangan yang dihadapi tidak ringan, tetapi dengan kolaborasi dan inovasi, sektor ini memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada agenda pengurangan emisi nasional.

Ke depan, pendekatan berkelanjutan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Dengan dorongan regulasi, pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, sektor tambang dapat menjelma menjadi industri yang tidak hanya kuat secara ekonomi, tetapi juga bertanggung jawab secara lingkungan.

Terkini

Artis Global Jackson Wang Pecahkan Rekor Billboard

Rabu, 06 Agustus 2025 | 12:44:43 WIB

Indonesia Siap Pimpin Industri Baterai Dunia

Rabu, 06 Agustus 2025 | 12:49:39 WIB

Dahlia Poland, Sosok Ibu yang Inspiratif

Rabu, 06 Agustus 2025 | 12:53:20 WIB

Harga Global BYD Seagull Terungkap

Rabu, 06 Agustus 2025 | 12:56:10 WIB

Boya Magic Tekno: Mikrofon AI Multifungsi 4-in-1

Rabu, 06 Agustus 2025 | 13:01:18 WIB