Amman dan Freeport Indonesia Buka Opsi Ekspor ke AS

Senin, 11 Agustus 2025 | 08:10:42 WIB
Amman dan Freeport Indonesia Buka Opsi Ekspor ke AS

JAKARTA - Langkah Amerika Serikat (AS) yang menetapkan tarif 0% untuk impor tembaga dan produk turunannya dari Indonesia membuka potensi pasar baru bagi industri pertambangan nasional. Dua perusahaan besar penghasil tembaga, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Freeport Indonesia (PTFI), menyatakan siap mempertimbangkan peluang ekspor ke Negeri Paman Sam, meski saat ini fokus utama mereka masih tertuju pada pasar Asia dan kebutuhan domestik.

Vice President Corporate Communications Amman Mineral, Kartika Octaviana, menjelaskan bahwa hingga kini perusahaan belum mengekspor produk tembaganya ke AS. Selama ini, pasar utama AMMN berada di kawasan Asia, mencakup Korea Selatan, Jepang, India, dan Tiongkok.

"Produk kami biasanya diekspor ke pasar Asia seperti Korea Selatan, Jepang, India, dan Tiongkok," ujar Kartika.

Meski demikian, ia mengakui terbuka peluang untuk memperluas pasar ke wilayah lain, termasuk Amerika. “Namun peluang untuk memperluas pasar tentu selalu ada,” tambahnya.

Freeport Indonesia: Prioritas Domestik, Pantau Peluang Global

Sementara itu, VP Corporate Communications Freeport Indonesia, Katri Krisnati, menegaskan bahwa produk tembaga PTFI saat ini dipasarkan di dalam negeri dan di sejumlah negara Asia. Fokus utama perusahaan tetap pada pemenuhan kebutuhan industri nasional yang masih terbatas pasokannya.

"Prioritas utama perusahaan tetap pada pemenuhan kebutuhan industri dalam negeri yang memang masih terbatas," katanya.

Meski demikian, PTFI tetap memantau dinamika pasar global, termasuk kemungkinan melakukan ekspor ke AS. “Tapi PTFI juga akan memonitor dan mempertimbangkan melakukan pemasaran ke AS,” ujarnya.

Kebijakan Tarif 0%: Hasil Negosiasi Strategis

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Investasi dan Hilirisasi berhasil mencapai kesepakatan dengan AS untuk menetapkan tarif 0% terhadap komoditas tembaga dan turunannya. Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani, menjelaskan bahwa keputusan ini merupakan bagian dari negosiasi lanjutan yang bertujuan mengurangi tarif resiprokal atas sejumlah komoditas strategis Indonesia.

"Kebetulan untuk copper (tembaga) kita 0 persen sudah disetujui. Copper 0 persen, nikel sudah kita mintakan juga," ungkap Rosan dalam sebuah forum bisnis.

Langkah ini diharapkan memberi keuntungan kompetitif bagi Indonesia di pasar global, terutama dalam mengakses pasar AS yang memiliki permintaan besar terhadap produk berbasis tembaga.

Tantangan Biaya Logistik

Namun, di balik peluang tersebut, masih ada hambatan yang perlu diatasi. Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan (Pushep), Bisman Bakhtiar, menilai bahwa biaya logistik dan pengiriman komoditas ke AS relatif tinggi jika dibandingkan dengan pengiriman ke negara-negara Asia.

"Tarif 0% ini lumayan untuk memangkas cost ke AS. Namun kalau hanya tarif 0%, memang ekspor ke AS masih belum ekonomis karena memang biaya logistik dan pengiriman yang sangat tinggi," kata Bisman.

Ia menambahkan, agar kebijakan ini efektif mendorong ekspor, perlu upaya tambahan seperti penurunan biaya logistik dan efisiensi pengiriman, terutama untuk produk hilir bernilai ekonomi tinggi. Dengan demikian, Indonesia dapat memaksimalkan peluang dari pasar AS yang potensial.

Posisi Ekspor Tembaga Indonesia Saat Ini

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, ekspor turunan tembaga Indonesia ke AS tergolong minim, dengan nilai sekitar US$ 5 juta. Angka ini hanya mencakup kurang dari 1% dari total ekspor tembaga tahunan Indonesia.

Sebaliknya, China masih menjadi tujuan utama ekspor tembaga Indonesia, diikuti oleh Jepang, Korea Selatan, Filipina, dan India. Besarnya pangsa pasar di Asia mencerminkan efisiensi biaya pengiriman serta kedekatan geografis yang memberikan keuntungan logistik bagi produsen di dalam negeri.

Potensi Hilirisasi dan Diversifikasi Pasar

Kebijakan tarif 0% AS terhadap tembaga asal Indonesia dapat menjadi momentum bagi pelaku industri untuk melakukan diversifikasi pasar. Bagi AMMN dan PTFI, peluang ini bukan sekadar menambah destinasi ekspor, tetapi juga mendorong pengembangan produk bernilai tambah tinggi yang mampu bersaing secara global.

Penguatan sektor hilirisasi juga menjadi faktor penting. Dengan mengolah tembaga menjadi produk turunan berkualitas tinggi sebelum diekspor, Indonesia dapat memperoleh nilai ekspor yang lebih besar, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pasar tertentu.

Meski jalan menuju pasar AS masih dipenuhi tantangan, sinyal positif dari kebijakan tarif 0% memberi alasan kuat bagi perusahaan tambang nasional untuk menyiapkan strategi jangka menengah. Dengan dukungan infrastruktur logistik yang lebih efisien dan kebijakan pemerintah yang tepat, peluang memperluas ekspor ke Amerika Serikat semakin terbuka lebar.

Terkini

Shio Puncak Keberuntungan

Senin, 11 Agustus 2025 | 15:58:53 WIB

Drama Korea Rating Tertinggi 2025

Senin, 11 Agustus 2025 | 16:06:47 WIB

Produk Xiaomi 8.8 Sale

Senin, 11 Agustus 2025 | 16:10:07 WIB