Petani Gunungkidul Hadapi Tantangan Harga Singkong

Selasa, 12 Agustus 2025 | 10:14:50 WIB
Petani Gunungkidul Hadapi Tantangan Harga Singkong

JAKARTA - Musim panen singkong di Gunungkidul tahun ini seharusnya menjadi waktu yang dinanti-nanti para petani. Namun kenyataannya, kebahagiaan tersebut tertutup oleh penurunan harga jual yang drastis, membuat petani harus menahan kekecewaan. Harga singkong basah yang hanya Rp500 per kilogram memukul pendapatan mereka di tengah hasil panen yang sebenarnya cukup menggembirakan.

Hasil Panen yang Baik, Harga Justru Jatuh

Menurut Lurah Petir, Kapanewon Rongkop, Sarju, kondisi tanaman singkong selama musim panen sangat bagus. Tanaman tumbuh dengan sehat, perawatan dilakukan dengan telaten, dan cuaca pun mendukung sehingga hasil panen cukup melimpah.

Namun, ada satu persoalan besar yang tidak bisa diabaikan: harga jual yang anjlok tajam tepat pada musim panen raya. Sarju mengungkapkan ketidaktahuan mengenai penyebab pasti penurunan harga tersebut, tetapi ia menduga stok singkong yang melimpah menyebabkan nilai jual menurun drastis.

“Saya kurang paham kenapa harganya anjlok, mungkin karena stok melimpah sehingga berpengaruh terhadap nilai jual,” ujar Sarju.

Ia berharap pemerintah bisa turun tangan untuk membantu menstabilkan harga agar petani bisa mendapatkan hasil yang layak dari jerih payah mereka.

Harga Singkong Basah dan Gaplek yang Tidak Menguntungkan

Harga singkong basah di Gunungkidul saat ini berada di kisaran Rp500 per kilogram. Sementara itu, gaplek atau singkong kering dihargai sedikit lebih tinggi, yakni Rp1.500 per kilogram.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono, membenarkan harga singkong memang sedang rendah dibandingkan sebelumnya. Ia menyebutkan bahwa beberapa waktu lalu harga singkong basah sempat mencapai Rp2.000 per kilogram, namun kini ada yang dijual hanya Rp600 bahkan Rp500 di beberapa tempat.

Untuk gaplek, kualitas menjadi faktor penentu harga. Gaplek yang berwarna hitam akibat jamur saat proses pengeringan dihargai Rp1.500 per kilogram, sedangkan yang berwarna putih bersih dapat mencapai harga Rp2.000 per kilogram.

“Yang hitam karena jamur saat dijemur terkena hujan sehingga berpengaruh terhadap harga jual,” jelas Raharjo.

Luas Tanam dan Wilayah Panen Singkong

Data dari Dinas Pertanian mencatat bahwa luas tanam singkong di Gunungkidul mencapai 41.612 hektare. Panen sudah dimulai sejak Juli di area seluas 6.801 hektare, sementara sisanya akan dipanen bertahap sampai September.

Wilayah yang menjadi sentra panen meliputi Kapanewon Girisubo, Semin, Paliyan, Saptosari, Tanjungsari, hingga Karangmojo. Daerah lainnya dijadwalkan menyusul dalam waktu dekat.

Singkong sebagai Komoditas Unggulan dan Ketahanan Pangan

Raharjo menegaskan bahwa singkong merupakan salah satu komoditas unggulan di Gunungkidul dan masuk dalam program ketahanan pangan daerah. Meskipun harga sedang mengalami tekanan, harapan tetap melekat bahwa hasil panen singkong dapat membantu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara luas.

Meningkatkan kestabilan harga dan kualitas produksi menjadi kunci agar petani tidak hanya mendapatkan keuntungan yang layak, tetapi juga agar komoditas ini dapat berperan optimal dalam ketahanan pangan nasional.

Tantangan dan Harapan bagi Petani Singkong

Anjloknya harga singkong menjadi peringatan penting bagi semua pihak, baik pemerintah, pelaku pasar, maupun masyarakat luas, agar lebih memperhatikan keberlangsungan sektor pertanian khususnya tanaman singkong.

Upaya stabilisasi harga perlu dilakukan agar petani tidak mengalami kerugian yang berlarut-larut, mengingat singkong adalah sumber penghasilan utama bagi banyak keluarga di Gunungkidul.

Mendorong sinergi antara produksi, distribusi, dan penyerapan pasar menjadi langkah strategis agar hasil panen tidak hanya melimpah di lahan, tetapi juga bernilai di pasar. Hal ini penting agar petani tetap termotivasi mengelola lahan dan meningkatkan produktivitas di masa mendatang.

Harga singkong di Gunungkidul yang saat ini sangat rendah menjadi tantangan berat di tengah musim panen yang sebenarnya menggembirakan dari sisi hasil. Dengan kondisi stok melimpah, harga jual pun ikut tertekan, membuat petani harus menerima keuntungan yang minim.

Dukungan pemerintah dalam menstabilkan harga dan menjaga kualitas produksi sangat dibutuhkan agar petani dapat menikmati hasil jerih payahnya secara adil. Singkong, sebagai komoditas penting untuk ketahanan pangan, harus mendapat perhatian serius agar manfaatnya bisa dirasakan secara berkelanjutan oleh masyarakat luas.

Terkini

Sentimen Positif Dorong Harga Minyak

Selasa, 12 Agustus 2025 | 15:41:13 WIB

BBM Turun, Konsumen Diuntungkan

Selasa, 12 Agustus 2025 | 15:49:19 WIB

Tren Konsumsi Listrik Nasional Meningkat

Selasa, 12 Agustus 2025 | 15:53:52 WIB

Produksi Batu Bara Indonesia Semester I 2025

Selasa, 12 Agustus 2025 | 15:56:36 WIB