JAKARTA - Pergerakan harga minyak mentah dunia menunjukkan stabilitas di tengah ketidakpastian geopolitik yang terus membayangi pasar energi global. Investor dan pelaku pasar kini mengalihkan perhatian pada pertemuan penting antara Amerika Serikat dan Rusia, yang dijadwalkan akan membahas penyelesaian konflik di Ukraina sebuah faktor yang dinilai krusial dalam menentukan arah harga minyak ke depan.
Minyak Brent, salah satu patokan utama harga minyak internasional, menunjukkan kenaikan tipis sebesar 0,06% ke level US$66,63 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) juga menguat 0,13% menjadi US$63,96 per barel. Pergerakan harga yang relatif mendatar ini mencerminkan sikap pasar yang cenderung berhati-hati, menunggu hasil dialog antara Presiden Donald Trump dari Amerika Serikat dan Presiden Vladimir Putin dari Rusia.
Trump mengonfirmasi bahwa pertemuan bilateral tersebut akan berlangsung pada pertengahan Agustus, tepatnya tanggal 15, dengan agenda utama merundingkan akhir perang di Ukraina. Dalam beberapa pernyataannya, Trump mengisyaratkan kemungkinan adanya kompromi wilayah sebagai bagian dari solusi perdamaian. Hal ini menandai langkah diplomasi yang dinanti-nantikan pasar, karena konflik yang berlangsung selama ini telah memberikan dampak signifikan pada pasokan dan harga minyak dunia.
- Baca Juga Sentimen Positif Dorong Harga Minyak
Sementara itu, tekanan terhadap Rusia terus meningkat, terutama dalam bentuk ancaman sanksi yang lebih keras. Sanksi ini tidak hanya mengarah pada sektor ekonomi secara umum, tetapi juga menargetkan harga minyak Rusia sebagai bagian dari strategi global untuk mendorong resolusi damai. Pasar energi menyikapi hal ini dengan kewaspadaan, sebab sanksi yang diperketat bisa berpotensi mengganggu pasokan minyak global.
Analis StoneX, Alex Hodes, mengungkapkan bahwa pelemahan harga minyak yang sempat terjadi dalam beberapa waktu terakhir berhasil tertahan karena pasar tengah menantikan hasil pertemuan penting ini. "Pelemahan harga minyak baru-baru ini tertahan karena pasar menunggu pertemuan penting pada Jumat," ujarnya.
Selain faktor geopolitik, dinamika permintaan minyak dari negara-negara besar turut menjadi perhatian. Misalnya, India yang baru-baru ini menunjukkan tingkat permintaan minyak di bawah ekspektasi pasar. Kondisi ini berkontribusi pada sentimen hati-hati pelaku pasar, terutama di tengah spekulasi terkait kebijakan produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Sekutunya (OPEC+).
OPEC+ sejauh ini diperkirakan akan tetap mempertahankan kebijakan produksi saat ini dan menunda rencana kenaikan produksi kecuali terjadi gangguan pasokan yang tidak terduga. Kenaikan produksi pada periode sebelumnya memang telah dilakukan, namun peningkatan tersebut dibatasi oleh langkah pemangkasan tambahan yang diterapkan Irak serta gangguan akibat serangan drone di ladang minyak Kurdi.
Di sisi lain, perusahaan-perusahaan minyak global juga mencatat perkembangan signifikan. Exxon Mobil, misalnya, bersama konsorsium terkait, telah mempercepat produksi minyak mentahnya di kapal produksi, penyimpanan, dan pembongkaran (FPSO) keempat yang beroperasi di Guyana. Proyek tersebut dimulai lebih cepat sekitar empat bulan dari jadwal semula, yang bisa menjadi faktor positif bagi pasokan minyak dunia.
Sementara itu, dari sisi ekonomi makro, data dari China juga turut memberikan pengaruh terhadap sentimen pasar minyak. Biro Statistik Nasional China baru-baru ini melaporkan bahwa harga produsen (Producer Price Index/PPI) turun lebih besar dari perkiraan pada Juli. Penurunan PPI ini dapat mengindikasikan tekanan deflasi di sektor produksi, yang berpotensi menekan permintaan energi di negara dengan konsumsi minyak terbesar kedua di dunia tersebut.
Gabungan faktor geopolitik, dinamika permintaan dari negara-negara besar, serta perkembangan produksi minyak global, menjadikan pasar energi dunia saat ini berada dalam posisi waspada dan menunggu momentum penting. Hasil dari pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Putin diprediksi akan menjadi titik balik dalam menentukan tren harga minyak jangka pendek dan menengah.
Dengan berbagai ketidakpastian yang masih mengemuka, para pelaku pasar disarankan untuk terus memantau perkembangan diplomasi dan kondisi produksi minyak, agar dapat mengambil keputusan investasi dan perdagangan yang tepat.