JAKARTA - Inovasi pengelolaan sampah yang dilakukan warga Kampung Babakan Cisarua, Desa Sindanglaya, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mendapat apresiasi tinggi dari Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno. Program pengelolaan sampah yang dikembangkan oleh kelompok Tempat Pengelolaan Sampah Kawasan (TPSK) BBC dinilai sebagai contoh konkret pemanfaatan limbah menjadi energi terbarukan dan bernilai ekonomi.
Dalam kunjungannya pada Rabu, 4 Mei 2025, Eddy Soeparno secara langsung menyapa warga dan kelompok pengelola TPSK BBC yang dipimpin oleh Harry Trijoko. Menurutnya, program ini bukan hanya menyentuh isu lingkungan, tetapi juga menciptakan solusi untuk kebutuhan energi rumah tangga serta memperkuat ketahanan sosial dan ekonomi masyarakat di tingkat akar rumput.
"Kita tidak sedang berbicara soal pengelolaan limbah semata, ini tentang bagaimana warga membangun masa depan mereka sendiri. Dari sampah, mereka menciptakan energi, menyuburkan tanah, bahkan menciptakan peluang usaha," ujar Eddy kepada wartawan.
Biogas untuk 45 Rumah, Sampah Jadi Solusi
Program TPSK BBC di Kampung Babakan Cisarua telah berhasil mengalirkan biogas hasil olahan sampah organik ke 45 rumah warga. Proses pengelolaan dimulai dari pemilahan sampah oleh masyarakat, dilanjutkan dengan fermentasi dalam reaktor biogas yang ramah lingkungan. Hasilnya, gas metana yang terbentuk dapat digunakan sebagai energi alternatif pengganti LPG untuk memasak.
Tak hanya berhenti di situ, limbah plastik yang tidak dapat diurai diolah menjadi ecobrick balok bangunan ramah lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk konstruksi skala kecil, seperti bangku taman, pagar, hingga dinding rumah sederhana.
Dengan pendekatan ini, praktik pembakaran sampah yang selama ini merusak lingkungan dan menimbulkan polusi udara dapat dikurangi hingga lebih dari 70 persen. Selain itu, masyarakat juga mendapatkan penghasilan tambahan dari penjualan produk ecobrick dan penghematan biaya energi rumah tangga.
"Model seperti ini menyentuh tiga aspek sekaligus—lingkungan, energi, dan ekonomi rakyat. Ini seharusnya jadi prioritas dalam kebijakan pembangunan nasional," tegas Eddy.
Dukungan Pemerintah Diperlukan untuk Replikasi Nasional
Eddy yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini menegaskan bahwa gerakan kolektif warga seperti di TPSK BBC harus mendapatkan perhatian dan dukungan lebih luas dari negara. Ia melihat potensi besar jika program serupa direplikasi secara nasional dengan dukungan teknologi serta pendampingan dari pemerintah.
"Kalau satu komunitas bisa melakukan ini dengan sumber daya terbatas, bayangkan jika kita replikasi secara nasional dengan dukungan teknologi dan pendampingan dari pemerintah,” ucap Eddy.
Menurutnya, ini merupakan bukti nyata bahwa transisi energi tak selalu membutuhkan investasi besar atau teknologi canggih. Dengan pendekatan komunitas dan pemberdayaan lokal, solusi energi terbarukan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.
"Saya mendukung penuh pengembangan inisiatif ini untuk diikuti kelompok masyarakat lain sebagai komitmen bersama untuk lingkungan yang lebih baik. Apalagi ini di Dapil saya, Cianjur," tambahnya.
Dari Kampung untuk Indonesia: Ketahanan Sosial dan Ekonomi dari Sampah
Kepala TPSK BBC, Harry Trijoko, menyampaikan bahwa program ini lahir dari kesadaran warga terhadap dampak negatif sampah yang tidak dikelola dengan baik. Melalui pelatihan dan pendampingan selama beberapa tahun terakhir, warga berhasil membangun sistem terpadu yang mengolah sampah menjadi berbagai produk bernilai.
"Kami memulai dengan konsep sederhana: bagaimana sampah yang sebelumnya menjadi masalah, bisa menjadi solusi. Dengan dukungan warga dan semangat gotong royong, kini kami tidak hanya bebas dari tumpukan sampah, tetapi juga mendapatkan manfaat ekonomi dan energi," ujar Harry.
Selain menyediakan biogas, sisa hasil fermentasi juga dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk pertanian warga. Pupuk ini kemudian digunakan untuk membudidayakan tanaman hortikultura dan sayur-sayuran, yang hasilnya dapat dikonsumsi sendiri atau dijual ke pasar lokal.
Harry menambahkan bahwa perputaran ekonomi lokal dari program ini sangat terasa, terutama bagi warga yang sebelumnya kesulitan memenuhi kebutuhan energi rumah tangga atau penghasilan tambahan.
TPSK sebagai Pilar Green Economy dan Smart Village
Program TPSK BBC juga sejalan dengan visi nasional untuk membangun desa cerdas dan ekonomi hijau (green economy). Dalam konteks global yang menuntut pengurangan emisi karbon dan transisi energi, model seperti TPSK menjadi jawaban tepat dari tingkat lokal.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), timbulan sampah nasional mencapai lebih dari 67 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, lebih dari 40% masih belum tertangani secara optimal. Dengan mendorong model TPSK di berbagai daerah, Indonesia bisa mengurangi beban TPA (Tempat Pembuangan Akhir), menurunkan emisi metana, sekaligus meningkatkan kemandirian energi desa.
Tak hanya itu, program ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendukung agenda Sustainable Development Goals (SDGs), terutama pada poin-poin terkait energi bersih, kota dan komunitas berkelanjutan, serta aksi terhadap perubahan iklim.
Ajakan untuk Replikasi dan Kolaborasi
Menutup kunjungannya, Eddy Soeparno mengajak seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, daerah, swasta, hingga lembaga swadaya masyarakat, untuk bersinergi dalam memperluas model pengelolaan sampah berbasis komunitas seperti yang dilakukan di Kampung Babakan Cisarua.
"Semangat warga di sini luar biasa. Ini adalah bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari komunitas kecil. Kita harus dukung dengan regulasi, pendanaan, dan edukasi agar semakin banyak daerah yang mengikuti jejak ini," pungkas Eddy.