JAKARTA - Pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak Seksi 1 yang sekaligus berfungsi sebagai tanggul laut raksasa (giant sea wall) ditargetkan rampung pada tahun 2027. Proyek strategis nasional dengan nilai mencapai Rp10,9 triliun ini tak hanya menghubungkan wilayah Semarang dan Demak, tetapi juga difungsikan sebagai solusi permanen terhadap rob dan banjir yang selama ini kerap melanda kawasan pesisir, khususnya Kaligawe hingga Sayung.
Tantangan Rob dan Banjir di Pesisir Utara Jawa Tengah
Kawasan pesisir utara Jawa Tengah, khususnya di sekitar Kaligawe dan Sayung, sering kali menjadi langganan rob dan banjir. Fenomena rob yang terjadi akibat naiknya permukaan air laut menyebabkan genangan air yang merendam lahan pertanian, permukiman, dan infrastruktur vital. Hal ini tidak hanya mengganggu aktivitas ekonomi masyarakat, tetapi juga meningkatkan kerentanannya terhadap bencana alam.
Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) meluncurkan proyek Jalan Tol Semarang–Demak Seksi 1. Proyek ini dirancang sebagai infrastruktur ganda yang tidak hanya berfungsi sebagai jalan tol, tetapi juga sebagai tanggul laut permanen untuk melindungi kawasan pesisir dari ancaman rob dan banjir.
Proyek Strategis Nasional dengan Investasi Besar
Jalan Tol Semarang–Demak memiliki total panjang 26,95 km yang dibangun dalam dua seksi. Seksi 1, yang membentang sepanjang 10,64 km dari Kaligawe hingga Sayung, berada di atas laut dan merupakan bagian dari proyek strategis nasional. Seksi 2, yang membentang sepanjang 16,31 km dari Sayung hingga Demak, telah beroperasi sejak 25 Februari 2023.
Proyek Seksi 1 didanai dengan total investasi mencapai Rp10,9 triliun, yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan pinjaman luar negeri. Pembangunan Seksi 1 dilakukan oleh pemerintah, sementara Seksi 2 dikerjakan oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).
Teknologi Inovatif dalam Konstruksi
Pembangunan Seksi 1 menggunakan teknologi konstruksi inovatif untuk membangun jalan tol di atas laut. Salah satu teknologi yang digunakan adalah penggunaan cerucuk bambu sebagai struktur dasar jalan tol. Selain itu, digunakan juga matras bambu dan prefabricated vertical drain (PVD) untuk meningkatkan daya dukung tanah. Penggunaan bambu sebagai material konstruksi merupakan yang pertama kali di Indonesia dan dirancang untuk menghadapi tekanan air laut dengan tinggi timbunan mencapai 13,5 meter.
Proses pemasangan struktur bambu memerlukan ketelitian tinggi dan waktu pengerjaan hingga 425 hari. Hingga saat ini, pengerjaan struktur bambu telah mencapai 5,2 km, dengan target penyelesaian sepanjang 10,64 km pada tahun 2027.
Dampak Sosial dan Ekonomi bagi Masyarakat
Selain sebagai infrastruktur transportasi, Jalan Tol Semarang–Demak Seksi 1 juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat pesisir. Dengan adanya tanggul laut permanen, diharapkan rob dan banjir yang selama ini merendam lahan pertanian dan permukiman dapat teratasi. Hal ini akan meningkatkan produktivitas pertanian dan kualitas hidup masyarakat.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, menyebutkan bahwa keberadaan tol ini diharapkan mampu melindungi 576 hektare lahan dari banjir dan rob. Ia juga berharap dengan kolam retensi dan tanggul laut, banjir rob dapat teratasi dan lahan yang sebelumnya tergenang dapat diubah menjadi kawasan ekonomi produktif.
Progres Pembangunan dan Target Penyelesaian
Hingga akhir 2024, progres pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak Seksi 1 telah mencapai 32,67%. Pembangunan dilakukan dalam tiga paket, yaitu Paket 1A yang mencakup pekerjaan jalan layang, Paket 1B yang mencakup pembangunan tanggul laut, rest area, dan gerbang tol, serta Paket 1C yang berfokus pada pembangunan kolam retensi Terboyo seluas ±189 hektare dan kolam retensi Sriwulan seluas ±28 hektare, serta fasilitas rumah pompa sebagai pengendali banjir.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dody Hanggodo, menargetkan bahwa proyek ini akan selesai pada tahun 2027. Ia berharap dengan selesainya proyek ini, jarak tempuh antara Semarang dan Demak yang sebelumnya mencapai 30-60 menit dapat dipangkas menjadi 10 menit, serta permasalahan banjir rob dapat teratasi.
Pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak Seksi 1 bukan hanya sekadar proyek infrastruktur transportasi, tetapi juga merupakan solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan rob dan banjir yang selama ini mengancam kawasan pesisir utara Jawa Tengah. Dengan teknologi konstruksi yang ramah lingkungan dan dampak sosial ekonomi yang positif, proyek ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan memperkuat ketahanan terhadap bencana alam.
Dengan target penyelesaian pada tahun 2027, Jalan Tol Semarang–Demak Seksi 1 diharapkan dapat menjadi model pembangunan infrastruktur yang terintegrasi dengan upaya mitigasi bencana dan pemberdayaan masyarakat.