pengertian sistem ekonomi kapitalis

Pengertian Sistem Ekonomi Kapitalis, Ciri, dan Contohnya

Pengertian Sistem Ekonomi Kapitalis, Ciri, dan Contohnya
pengertian sistem ekonomi kapitalis

JAKARTA - Pengertian sistem ekonomi kapitalis adalah model ekonomi yang menekankan kepemilikan pribadi serta pasar bebas untuk mengatur harga dan sumber daya.

Setiap negara memiliki sistem ekonomi yang unik, yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitasnya untuk mengelola perekonomian. Sistem ekonomi yang diterapkan oleh suatu negara bisa sangat berbeda dengan negara lainnya.

Pengelolaan sistem ekonomi ini mencakup alokasi serta pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia (SDM). 

Dimulai dari produksi barang hingga distribusinya, kegiatan ini dapat dilakukan oleh pemerintah atau oleh masyarakat, tergantung pada jenis sistem ekonomi yang dianut.

Dalam hal ini, pengertian sistem ekonomi kapitalis sangat terkait dengan kebebasan individu dalam mengelola produksi dan distribusi barang serta jasa, dengan pemerintah memiliki peran yang lebih terbatas.

Mengenal Sistem Ekonomi Kapitalis

Sistem ekonomi kapitalis dikenal luas sebagai salah satu sistem ekonomi yang paling terkenal sekaligus menimbulkan banyak perdebatan. 

Sistem ini berasal dari pemikiran ekonomi klasik dan memiliki karakteristik utama berupa kepemilikan individu atas alat-alat produksi dan distribusi, yang kemudian digunakan untuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya.

Konsep dasar dari sistem ini berasal dari ide kapitalisme itu sendiri. Sistem ini menjadi sarana untuk mempertahankan dan memperkuat praktik kapitalisme, di mana para pelaku ekonomi diberi kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan aktivitas ekonomi demi keuntungan pribadi, baik dalam hal penggunaan faktor produksi maupun pemanfaatan sumber daya ekonomi.

Akar dari kapitalisme dapat ditelusuri dari pemikiran Adam Smith yang dituangkan dalam karya terkenalnya berjudul Wealth of Nations yang terbit pada tahun 1776. 

Dalam buku tersebut, ia mengemukakan bahwa setiap individu seharusnya memiliki kebebasan untuk bekerja dan berusaha dalam sistem persaingan yang sehat tanpa adanya campur tangan pemerintah.

Sistem ekonomi kapitalis juga memiliki pandangan tersendiri mengenai konsep keadilan, yaitu bahwa setiap individu berhak memperoleh balasan atau imbalan sesuai dengan hasil kerja atau prestasi yang telah dicapainya. 

Selain Adam Smith, sosok lain yang sering dikaitkan dengan pemikiran ekonomi kapitalis adalah Karl Marx, meskipun ia lebih dikenal sebagai kritikus sistem ini.

Di era modern seperti sekarang, kapitalisme dinilai semakin menunjukkan pengaruhnya terhadap ketimpangan sosial di masyarakat. 

Banyak pihak yang menyuarakan penolakan terhadap sistem ini karena dianggap tidak berpihak pada golongan ekonomi lemah yang kesulitan bersaing di tengah pasar yang kompetitif. 

Terlebih lagi, arus globalisasi telah memperbesar tantangan tersebut dengan membuka akses pasar internasional yang semakin sulit dikendalikan.

Pengertian Sistem Ekonomi Kapitalis

Sistem ekonomi kapitalis merupakan salah satu model ekonomi yang telah diterapkan sejak lama dan masih digunakan hingga saat ini. 

Pengertian sistem ekonomi kapitalis merujuk pada suatu mekanisme ekonomi yang memberikan keleluasaan penuh kepada individu atau kelompok masyarakat untuk mengelola aktivitas ekonomi mereka sesuai kebutuhan dan keinginan masing-masing.

Dengan kata lain, sistem ini bertolak belakang dengan sistem ekonomi komando atau terpusat. 

Jika dalam sistem komando negara berperan dominan dalam mengatur kegiatan ekonomi rakyatnya, maka kapitalisme justru mendorong masyarakat untuk menjalankan dan mengembangkan kegiatan ekonominya secara mandiri, memungkinkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang ditentukan oleh inisiatif individu.

Pandangan Para Ahli tentang Sistem Ekonomi Kapitalis

Sistem ekonomi memainkan peran penting dalam mengarahkan arah pembangunan dan pengelolaan sumber daya dalam suatu negara. 

Tanpa sistem yang jelas, kegiatan ekonomi dapat berjalan tanpa arah dan berpotensi menyia-nyiakan potensi sumber daya manusia maupun alam yang dimiliki. Berikut ini adalah beberapa pendapat para tokoh mengenai sistem ekonomi kapitalis:

  • Tom G. Palmer

Menurut Palmer, kapitalisme adalah suatu sistem yang mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya, dan hukum yang mendukung penghargaan terhadap hak individu, meritokrasi, pembelajaran berkelanjutan, dan inovasi yang tersebar melalui interaksi sukarela dalam pasar bebas.

  • Ir. Soekarno

Ia berpendapat bahwa kapitalisme muncul sebagai sistem sosial yang berkembang dari metode produksi yang ada, di mana terjadi pemisahan antara tenaga kerja dengan alat-alat produksi.

  • Ebenstein William

Menurutnya, kapitalisme bukan sekadar sistem ekonomi, melainkan merupakan sistem sosial yang komprehensif dan memiliki cakupan lebih luas dibandingkan sistem ekonomi lainnya.

  • Adam Smith

Smith melihat kapitalisme sebagai sistem yang mampu menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat karena tidak adanya intervensi pemerintah dalam pengambilan keputusan ekonomi maupun dalam pengaturan pasar.

  • Max Weber

Weber menjelaskan bahwa kapitalisme adalah mekanisme ekonomi yang berfokus pada kegiatan pasar, dengan tujuan utama memperoleh keuntungan melalui proses pertukaran.

Dalam praktiknya, sistem kapitalis mendorong dominasi sektor swasta dalam mengendalikan arah dan kebijakan ekonomi, berdasarkan prinsip keuntungan dan efisiensi pasar. 

Negara Penganut Sistem Ekonomi Kapitalis

Amerika (Utara, Tengah, dan Selatan)

  • Amerika Serikat
  • Argentina
  • Bolivia
  • Brasil
  • Chili
  • Ekuador
  • Greenland
  • Honduras
  • Kanada
  • Kolombia
  • Kosta Rika
  • Kuba
  • Meksiko
  • Nikaragua
  • Panama
  • Paraguay
  • Peru
  • Puerto Riko
  • Suriname
  • Uruguay
  • Venezuela

Eropa

  • Austria
  • Belgia
  • Ceko
  • Denmark
  • Finlandia
  • Hungaria
  • Islandia
  • Italia
  • Jerman
  • Kroasia
  • Luxembourg
  • Belanda
  • Norwegia
  • Polandia
  • Rusia
  • Serbia
  • Spanyol
  • Swiss
  • Swedia
  • Ukraina
  • Inggris
  • Perancis
  • Yunani

Asia dan Oseania

  • Australia
  • Filipina
  • Hong Kong
  • India
  • Iran
  • Israel
  • Jepang
  • Korea Selatan
  • Myanmar
  • Selandia Baru
  • Siangapura
  • Taiwan
  • Thailand

Afrika

  • Afrika Selatan
  • Ghana
  • Kenya
  • Malawi
  • Maroko
  • Mesir
  • Mozambik
  • Senegal
  • Tunisia

Sejarah Sistem Ekonomi Kapitalis

Pada kenyataannya, gagasan kapitalisme telah muncul lebih awal dibandingkan dengan publikasi karya Adam Smith. 

Akar dari pemikiran ini dapat ditelusuri kembali ke tahun 1648, bertepatan dengan disepakatinya Perjanjian Westphalia yang menjadi penanda berakhirnya konflik berkepanjangan selama 30 tahun antara umat Katolik dan Protestan di Eropa.

Dalam kesepakatan tersebut, ditegaskan bahwa negara-negara yang telah memperoleh kemerdekaan memiliki kedaulatan politik yang sepenuhnya terlepas dari campur tangan otoritas gereja. 

Sejak saat itu, kekuasaan Paus pun dibatasi hanya dalam konteks keagamaan, bukan dalam urusan kenegaraan.

Pemikiran tersebut kemudian semakin kuat berkat pengaruh rasionalisme, yang menekankan pentingnya akal dan logika dalam kehidupan sosial dan politik. 

Dari sini, muncul pandangan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas nasibnya sendiri, dan karena itu mereka berhak untuk memiliki serta mengelola kepemilikan pribadi secara bebas. 

Keyakinan ini menjadi landasan awal tumbuhnya sistem ekonomi kapitalis, yang terus berkembang hingga masa kini.

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Kapitalis

Kapitalisme dapat dipahami sebagai suatu bentuk peradaban yang melahirkan sebuah ideologi, yang kemudian berkembang menjadi pola hidup masyarakat. 

Dalam sistem ini, individu diberi kebebasan untuk menguasai dan mengelola sumber daya secara pribadi. 

Contohnya, persaingan antarmanusia dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari atau kompetisi antarperusahaan dalam memperoleh keuntungan. Berikut ini merupakan sejumlah karakteristik utama dari sistem ekonomi kapitalis:

Berorientasi pada Kepentingan Pribadi

Dalam sistem ini, setiap individu bebas berkompetisi di bidang usaha dengan menggunakan berbagai cara yang sah demi meraih keuntungan sebesar mungkin. 

Aktivitas ekonomi dan sosial yang terjadi biasanya berpusat pada pencapaian tujuan masing-masing individu.

Pengakuan atas Kepemilikan Pribadi

Negara yang menganut sistem kapitalis memberikan ruang bagi warganya untuk mengumpulkan kekayaan secara pribadi tanpa batasan yang mempertimbangkan kondisi atau kemampuan individu lain yang mungkin tidak setara dalam hal akses terhadap sumber daya atau peluang.

Kebebasan dalam Aktivitas Ekonomi

Sistem kapitalis menekankan kebebasan total dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Keterlibatan pemerintah sangat minim, hanya terbatas sebagai pihak yang menyediakan sarana atau infrastruktur. 

Dengan demikian, para pelaku usaha maupun masyarakat umum bisa menjalankan aktivitas ekonomi mereka secara leluasa tanpa banyak intervensi.

Persaingan Terbuka

Dalam sistem ini, pelaku usaha memiliki keleluasaan untuk bersaing di pasar. Persaingan bisa terjadi dalam bentuk inovasi produk, peningkatan kualitas, hingga strategi harga. 

Konsumen pun bisa berperan aktif dalam persaingan ini dengan memilih produk atau jasa yang terbaik dan paling menguntungkan bagi mereka.

Harga Ditentukan oleh Mekanisme Pasar

Harga suatu barang atau jasa dalam sistem kapitalis ditetapkan melalui interaksi antara permintaan dan penawaran. 

Pemerintah tidak diharapkan untuk turun tangan jika terjadi fluktuasi harga, karena sistem pasar dianggap mampu menyesuaikan diri dan menciptakan keseimbangan harga secara otomatis.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam sistem ekonomi kapitalis, peran pemerintah sangat terbatas. 

Fungsi negara lebih kepada menjaga stabilitas, melindungi hak kepemilikan individu, serta memastikan bahwa kompetisi berlangsung secara adil dan tidak terganggu oleh hambatan buatan. 

Contoh Sistem Ekonomi Kapitalis

Ketika membahas mengenai penerapan sistem ekonomi kapitalis dalam kehidupan nyata, kita bisa menemukan banyak contohnya di sekitar kita. 

Salah satu contoh nyata yang cukup mencolok adalah aktivitas eksploitasi sumber daya alam di wilayah Papua. Sayangnya, proses ini dijalankan oleh perusahaan-perusahaan besar dari luar negeri, dan salah satu yang paling dikenal adalah Freeport. 

Kegiatan tersebut terjadi sebagai hasil dari kesepakatan kerja sama antara pihak perusahaan dengan pemerintah Indonesia pada masa pemerintahan orde baru.

Contoh lain dari penerapan kapitalisme di Indonesia tampak jelas dalam menjamurnya berbagai pusat perbelanjaan modern, seperti mall, supermarket, minimarket, dan pasar modern lainnya. 

Saat ini, hampir di setiap kota besar di Indonesia dapat ditemukan pusat perbelanjaan yang megah. 

Keberadaan tempat-tempat tersebut secara perlahan mengurangi peran dan keberlangsungan pasar tradisional yang dulu menjadi tempat utama masyarakat untuk berdagang.

Salah satu alasan mengapa masyarakat lebih tertarik pada pusat perbelanjaan modern dibanding pasar tradisional adalah karena kenyamanan yang ditawarkan. 

Di pusat perbelanjaan, konsumen bisa menikmati suasana yang bersih, ber-AC, dengan banyak pilihan produk serta layanan yang lebih praktis dan cepat. 

Faktor-faktor inilah yang membuat masyarakat lebih cenderung berbelanja di tempat modern.

Dari kondisi ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa sistem ini cenderung menguntungkan kelompok yang memiliki kekuatan modal besar. 

Para pelaku usaha bermodal besar akan semakin mudah memperoleh keuntungan dan memperluas usahanya. 

Sementara itu, mereka yang berasal dari kalangan ekonomi lemah semakin kesulitan bersaing, bahkan kehilangan ruang untuk menjual produk atau jasa mereka sendiri.

Dampak Sistem Ekonomi Kapitalis

Seperti telah diuraikan sebelumnya, sistem ekonomi kapitalis menekankan pada pencapaian keuntungan dan pengelolaan alat produksi yang bersifat individu atau kepemilikan pribadi. 

Dengan prinsip ini, pasar bebas menjadi elemen utama dalam menentukan harga barang serta layanan yang tersedia.

Umumnya, masyarakat di negara-negara barat memiliki pandangan hidup yang dipengaruhi oleh nilai-nilai rasionalitas, materialisme, dan liberalisme. 

Karena alasan inilah, banyak negara di kawasan barat memilih menerapkan sistem ekonomi kapitalis, sebab prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan ideologi yang mendasari sistem ini.

Dalam sistem kapitalis, individu dituntut untuk menjadi pribadi yang mandiri, inovatif, kreatif, serta mampu membentuk jalan hidupnya sendiri. 

Mereka dituntut untuk berpikir secara bebas, meskipun pada kenyataannya, kebebasan yang mereka yakini terkadang hanyalah bentuk ilusi yang menutupi kenyataan bahwa sistem ini tetap menekan sebagian pihak.

Sistem kapitalis memang memiliki sisi positif yang tidak bisa diabaikan. Salah satunya adalah dorongan terhadap peningkatan aktivitas ekonomi secara optimal. 

Persaingan yang terbuka akan menghasilkan efisiensi dalam produksi dan harga yang lebih seimbang sesuai dengan mekanisme pasar. 

Selain itu, sistem ini juga memberikan motivasi kepada pelaku usaha untuk terus berinovasi dan meningkatkan pencapaian bisnis mereka.

Namun, di balik keuntungan tersebut, terdapat pula sisi negatif dari penerapan kapitalisme. Salah satunya adalah terjadinya akumulasi kekayaan di tangan segelintir orang, yang berujung pada berkembangnya sikap individualisme secara ekstrem. 

Dalam lingkungan yang sepenuhnya kompetitif, setiap orang dituntut untuk terus bersaing demi keuntungan pribadi. Mereka yang tidak memiliki semangat kompetitif ini berisiko tersingkir secara sosial dan ekonomi.

Kondisi semacam ini lambat laun mengikis rasa kebersamaan dalam masyarakat. Ketika setiap orang lebih fokus mengejar kepentingan pribadi, semangat kolektif atau kerja sama sosial akan memudar. 

Akibatnya, sistem yang terlalu bergantung pada paradigma pasar bebas dapat memperbesar ketimpangan dan menciptakan kemiskinan struktural di tengah masyarakat kapitalistik.
Pilar-pilar yang Digunakan dalam Sistem Ekonomi Kapitalis

Sistem ekonomi kapitalis dibangun di atas beberapa prinsip dasar yang menjadi fondasi utama dalam penerapannya. Di bawah ini adalah pilar-pilar penting yang menopang sistem ekonomi tersebut:

Kepemilikan Pribadi

Kepemilikan individu atas aset atau properti merupakan elemen sentral dalam sistem ekonomi ini. Dalam kerangka kapitalisme, setiap orang memiliki hak untuk memanfaatkan sumber daya secara sah guna memenuhi kebutuhan ekonominya. 

Selain itu, individu juga dapat membuat perjanjian yang menyangkut hak-hak dasar mereka, tanpa keterlibatan langsung dari pemerintah.

Pemberian hak atas kepemilikan harta dalam sistem ini bertujuan untuk mendorong setiap individu memperoleh imbal hasil dari upaya dan kerja keras yang mereka lakukan. 

Konsep ini secara langsung berpengaruh terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat, karena setiap orang bebas mengelola hasil keuntungan yang diperoleh dan mewariskannya kepada keturunannya setelah mereka meninggal dunia.

Hak kepemilikan juga menciptakan dinamika perdagangan yang sangat aktif, karena sebelum suatu barang berpindah tangan, hak atas kepemilikan tersebut berada sepenuhnya di tangan pemilik awal.

Kemandirian Ekonomi Individu

Konsep ini menegaskan bahwa peran pemerintah dalam sektor ekonomi sangat terbatas. Ketidakterlibatan negara justru memperkuat kecenderungan masyarakat untuk bergerak secara individual dalam menjalankan aktivitas ekonomi. 

Pemerintah hanya mengawasi atau mengatur hal-hal tertentu yang dianggap penting, sementara mayoritas kegiatan ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada individu atau sektor swasta.

Kompetisi dalam Pasar Bebas

Salah satu prinsip utama dalam sistem kapitalis adalah adanya persaingan terbuka di pasar. Kompetisi ini terjadi ketika beberapa pelaku usaha menawarkan produk serupa, atau ketika dua pihak bersaing untuk mendapatkan barang yang sama. 

Hal serupa juga berlaku di dunia kerja, di mana sejumlah pekerja mungkin memperebutkan posisi yang sama dalam suatu perusahaan. 

Persaingan ini dianggap sebagai mekanisme alami yang dapat mendorong efisiensi, inovasi, dan produktivitas dalam sistem kapitalis.

Kerangka Dasar Sistem Ekonomi Kapitalis

a. Keterbatasan Sumber Daya Ekonomi

Kondisi kelangkaan muncul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dan ketersediaan sumber daya atau barang yang terbatas. 

Fenomena ini mendorong para pelaku usaha untuk terus meningkatkan volume produksi barang maupun jasa, dengan tujuan memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang.

b. Persepsi terhadap Nilai Produk

Nilai atau value menjadi elemen penting dalam menilai manfaat dari suatu barang atau layanan. 

Selain itu, konsep nilai juga digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan konsumen dalam mengakses barang tersebut dan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh produsen.

Secara umum, nilai suatu barang atau jasa dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, nilai guna (utility value), yaitu nilai yang didasarkan pada sejauh mana barang tersebut bermanfaat bagi individu tertentu. 

Kedua, nilai tukar (exchange value), yakni nilai yang mencerminkan kemampuan suatu barang untuk dipertukarkan dengan barang lain. Nilai tukar ini sering kali digunakan dalam sistem pasar untuk menilai perbandingan antarbarang dalam transaksi.

Sebagai penutup, berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa pengertian sistem ekonomi kapitalis mencerminkan kebebasan individu dalam mengelola sumber daya demi keuntungan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index