JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan bahwa proses pengalihan kepemilikan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) dari PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) ke Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) tengah berjalan sesuai rencana. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya menjadikan BSI sebagai bank BUMN kelima di lingkungan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara).
“Saya kira sudah aman, kan memang sesuai rencana saja, saya kira sedang dalam proses,” tegas Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, saat ditemui di sela acara Opening BSI International Expo 2025 di Jakarta Convention Center (JCC).
Dian menyampaikan bahwa skema pengambilalihan BSI oleh Danantara masih dikaji secara menyeluruh. Salah satu opsi yang tengah dipertimbangkan adalah kepemilikan melalui saham Merah Putih atau Dwiwarna, meski rencana teknis detailnya akan diumumkan kemudian.
“Ya, mudah-mudahan (tahun ini). Enggak ada masalah itu, kan,” ujar Dian optimistis terkait target penyelesaian pemisahan BSI dari Bank Mandiri.
Masih Proses Kajian di Danantara
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir juga menegaskan bahwa proses spin off BSI dari induknya, Bank Mandiri, masih dalam tahap kajian oleh Danantara. Erick menekankan pentingnya prosedur yang matang agar keputusan yang diambil tepat dan berkelanjutan.
“Belum, masih proses. Kan nanti dari Danantara akan mengajukan ke kami, baru kita lihat seperti apa prospeknya,” ungkap Erick beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, posisi Kementerian BUMN saat ini hanya sebagai regulator yang menunggu hasil kajian dari Danantara. “Iya, nanti ada kajian dari mereka, kan sekarang posisi saya sebagai regulator,” pungkasnya.
BSI Fokus pada Target Bisnis
Terpisah, Senior Vice President (SVP) Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar memastikan bahwa manajemen tetap fokus menjalankan target bisnis yang telah ditetapkan pasca-merger. Wisnu menyebut penggabungan BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan BNI Syariah yang melahirkan BSI memiliki tujuan utama membangun ekosistem keuangan syariah nasional yang kuat.
“Ya, kita tetap on the track ya, sebagaimana amanah merger dulu, kan kita ingin melakukan Islamic ecosystem bisa tumbuh kembangkan karena kan pangsa pasarnya ada. Sementara kalau bicara supply demand, banyak supply-nya yang kurang. Salah satunya bank syariah,” jelas Wisnu.
Ia menegaskan bahwa fokus BSI saat ini sepenuhnya pada upaya memperluas akses keuangan syariah di Indonesia, bukan pada isu kepemilikan yang menjadi domain para pemegang saham. “No comment. Itu ranah pemegang saham. Kalau ranahnya kita, kita terus memikirkan kinerja yang bagus selama ini,” tegas Wisnu.
BSI di Panggung Global
Sebagai informasi, BSI saat ini merupakan bank syariah terbesar di Indonesia dan telah masuk jajaran 10 bank syariah terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Pencapaian ini tak lepas dari strategi ekspansi agresif pasca-merger yang memfokuskan layanan pada segmen ritel, UMKM, hingga korporasi berbasis prinsip syariah.
BSI juga tercatat konsisten mencetak kinerja positif. Pada kuartal I 2025, BSI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,6 triliun, tumbuh 15% secara tahunan. Dana pihak ketiga (DPK) naik 11% menjadi Rp290 triliun, sedangkan pembiayaan tumbuh 12% ke level Rp230 triliun.
“Kami akan terus mendorong pembiayaan yang inklusif sesuai prinsip syariah, mendukung pembiayaan produktif, serta memperkuat digitalisasi layanan,” tambah Wisnu dalam pernyataan sebelumnya.
Potensi Besar Bank Syariah
Sementara itu, Kepala Eksekutif OJK Dian Ediana Rae juga sebelumnya menyebut bahwa BSI adalah contoh nyata bank syariah yang berhasil menumbuhkan kepercayaan masyarakat melalui skala usaha yang besar. Dian optimistis langkah konsolidasi seperti BSI dapat diadopsi bank syariah lain agar ekosistem perbankan syariah di Tanah Air tumbuh lebih pesat.
“Kalau bank syariah itu besar, itu memang bisa menimbulkan keyakinan yang sangat luar biasa dari masyarakat dan bisa berkembang secara lebih besar lagi,” kata Dian pada acara yang sama.
OJK juga mendorong percepatan transformasi digital di industri perbankan syariah untuk meningkatkan kapasitas layanan, efisiensi operasional, dan inklusi keuangan syariah di seluruh wilayah Indonesia.
BSI International Expo 2025
BSI International Expo 2025 sendiri digelar sebagai bagian dari strategi BSI memperkuat peran ekosistem keuangan syariah nasional. Kegiatan ini menargetkan nilai transaksi business matching untuk UMKM tembus Rp290 miliar dan diikuti lebih dari 300 pelaku usaha.
Ajang ini juga menjadi momentum BSI mengenalkan berbagai layanan digital, seperti BSI Mobile, serta produk pembiayaan untuk mendukung sektor produktif berbasis syariah.
Dengan proses spin off yang tengah berjalan dan fokus bisnis yang tetap terjaga, BSI diyakini akan semakin memperkuat posisinya sebagai motor penggerak industri keuangan syariah Indonesia.