BANK INDONESIA

Bank Indonesia Dorong Pemberdayaan UMKM di Festival Tampo Lore

Bank Indonesia Dorong Pemberdayaan UMKM di Festival Tampo Lore
Bank Indonesia Dorong Pemberdayaan UMKM di Festival Tampo Lore

JAKARTA - Di tengah semaraknya warna-warni budaya dan atraksi seni yang memukau dalam rangkaian Festival Tampo Lore IV, ada satu benang merah yang membedakan gelaran tahun ini dari festival serupa lainnya. Bukan hanya sebatas pertunjukan budaya, festival ini berhasil menggabungkan misi pelestarian budaya dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui literasi keuangan dan penguatan UMKM.

Festival Tampo Lore IV yang berlangsung meriah itu rupanya menyimpan dimensi strategis yang lebih dalam: menjadikan panggung budaya sebagai kanal edukasi ekonomi yang menjangkau langsung masyarakat di tingkat akar rumput. Sejumlah lembaga, mulai dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hannah Asa Indonesia, hingga Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Tengah, secara aktif memanfaatkan momen ini untuk menyampaikan berbagai informasi krusial terkait keuangan dan pemberdayaan ekonomi mikro.

Edukasi Finansial Lewat Panggung Festival

Selama ini, literasi keuangan kerap dipandang sebagai materi yang sulit dicerna masyarakat umum, apalagi di wilayah yang masih terbatas aksesnya terhadap layanan keuangan formal. Namun, Festival Tampo Lore IV membuktikan bahwa edukasi keuangan bisa dikemas secara inklusif, ringan, dan menarik — terutama bila disampaikan dalam konteks acara budaya yang dekat dengan kehidupan masyarakat.

Dalam sesi khusus yang digelar selama festival berlangsung, OJK bersama Hannah Asa Indonesia memberikan edukasi mengenai pengelolaan keuangan, bahaya pinjaman online ilegal, pentingnya menabung di lembaga keuangan resmi, serta perlindungan konsumen jasa keuangan. Materi ini disampaikan melalui pendekatan interaktif, termasuk permainan edukatif, diskusi kelompok, hingga simulasi transaksi keuangan sehari-hari.

Tujuannya sederhana, namun sangat penting: menanamkan pemahaman dasar tentang cara mengelola uang, membedakan lembaga keuangan legal dan ilegal, serta membekali masyarakat agar tidak mudah terjebak pada praktik keuangan yang merugikan.

BI Fokus pada UMKM sebagai Pilar Ekonomi Lokal

Sesi berikutnya menjadi momentum Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Tengah untuk turut hadir memberikan kontribusi nyata. Dalam paparan yang disampaikan oleh perwakilan BI, ditekankan bahwa penguatan UMKM merupakan pilar penting dalam menjaga ketahanan ekonomi lokal, terlebih dalam konteks pemulihan ekonomi pascapandemi dan peningkatan daya saing wilayah pedesaan.

Melalui festival ini, BI memanfaatkan kesempatan untuk memperkenalkan berbagai program pemberdayaan UMKM, termasuk pelatihan manajemen usaha, fasilitasi akses permodalan, serta pembinaan dalam pengemasan dan pemasaran produk.

“UMKM adalah tulang punggung perekonomian daerah. Oleh karena itu, kami ingin memastikan mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan naik kelas,” ujar salah satu perwakilan BI Sulawesi Tengah saat menyampaikan sambutannya di hadapan masyarakat Tampo Lore.

BI juga menyosialisasikan pentingnya digitalisasi UMKM, mulai dari penggunaan QRIS untuk pembayaran digital, pencatatan keuangan digital, hingga akses ke platform e-commerce untuk memperluas jangkauan pasar. Dengan strategi ini, diharapkan pelaku UMKM di wilayah Tampo Lore tidak hanya melayani pasar lokal, tetapi juga memiliki peluang untuk menembus pasar regional bahkan nasional.

Budaya sebagai Jembatan Efektif Literasi Ekonomi

Yang menarik dari Festival Tampo Lore IV adalah cara penyelenggara merancang sinergi antara budaya dan ekonomi. Parade seni dan pertunjukan tradisional tetap menjadi daya tarik utama, namun tidak berdiri sendiri. Setiap sesi budaya selalu disisipkan dengan pesan-pesan edukatif, baik secara eksplisit maupun simbolik, agar pengunjung tidak hanya terhibur, tetapi juga tercerahkan secara pengetahuan.

Misalnya, dalam sesi pementasan tarian rakyat, narator menyisipkan pesan moral tentang pentingnya hidup hemat dan saling membantu dalam komunitas. Begitu pula saat peragaan busana etnik UMKM, panitia menyertakan informasi tentang nilai jual, proses produksi, hingga strategi pemasaran yang dilakukan oleh para pelaku usaha lokal.

Pendekatan ini menjadi bukti bahwa budaya bukan sekadar warisan, melainkan alat yang efektif untuk menyampaikan pesan transformatif, termasuk dalam bidang ekonomi dan keuangan.

Antusiasme Masyarakat dan Efek Multiplikasi

Respons masyarakat terhadap kehadiran berbagai institusi ini terbilang sangat positif. Tak hanya menghadiri pertunjukan budaya, warga Tampo Lore dan sekitarnya juga terlihat aktif mengikuti sesi-sesi edukatif yang digelar. Banyak yang datang membawa pertanyaan seputar cara mengakses modal usaha, membuka rekening bank, hingga mencari tahu tentang legalitas koperasi atau lembaga pinjaman di daerah mereka.

Salah satu warga, Sitti Maemunah, mengaku baru tahu bahwa tidak semua aplikasi pinjaman online itu legal.

“Saya pikir semua pinjol itu aman, ternyata banyak yang ilegal. Alhamdulillah tadi dijelaskan bagaimana cara mengeceknya lewat situs OJK. Ini sangat membantu,” ujarnya.

Efek dari edukasi ini diharapkan tidak hanya berhenti di festival, tetapi membentuk kebiasaan baru dalam masyarakat untuk lebih waspada, teliti, dan cermat dalam mengambil keputusan finansial.

Harapan Jangka Panjang: Festival sebagai Model Edukasi Komunitas

Melihat keberhasilan pendekatan ini, banyak pihak berharap bahwa model integratif antara festival budaya dan edukasi ekonomi bisa direplikasi di daerah lain. Literasi finansial bukan hanya tanggung jawab lembaga keuangan, tapi menjadi bagian dari pembangunan karakter dan kemandirian masyarakat secara menyeluruh.

Bagi penyelenggara Festival Tampo Lore, keberhasilan acara tahun ini bukan hanya diukur dari jumlah pengunjung, tapi dari seberapa besar masyarakat memperoleh pengetahuan baru dan terinspirasi untuk memperbaiki kondisi ekonominya.

Di tengah tantangan ekonomi global dan derasnya arus informasi digital, keseimbangan antara identitas budaya dan kecakapan finansial adalah kunci bagi masyarakat lokal untuk bertahan dan berkembang. Dan Festival Tampo Lore IV telah menunjukkan bahwa keduanya bisa berjalan seiring — indah, relevan, dan berdampak nyata.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index