JAKARTA - Di tengah maraknya kampanye penyelamatan lingkungan yang sering terjebak dalam retorika dan formalitas, sebuah grup musik anak-anak bernama Ibu Sud Hari Ini menunjukkan cara berbeda dalam menyuarakan pesan keberlanjutan. Tak lagi sekadar lewat lagu, kelompok ini kini merambah dunia literasi dengan merilis buku cerita anak berjudul Pohon Terakhir Leda, sebagai bentuk lanjutan dari misi edukatif mereka lewat seni.
Buku tersebut resmi diluncurkan dalam sebuah acara yang berlangsung di Gedung Nasional Indonesia Gresik, menjadi langkah konkret grup musik tersebut dalam memperluas jangkauan pesan cinta lingkungan kepada generasi muda Indonesia.
Dari Panggung Musik ke Dunia Literasi Anak
Grup Ibu Sud Hari Ini sebelumnya telah dikenal melalui karya mereka yang bertajuk “Nyanyian Alam”—sebuah lagu anak-anak yang mengangkat tema pelestarian lingkungan dengan nada ceria dan lirik yang sederhana namun penuh makna. Lagu itu mendapat sambutan luas, bukan hanya dari anak-anak dan orang tua, tetapi juga dari para pemerhati lingkungan dan pendidik.
Melanjutkan semangat yang sama, peluncuran buku “Pohon Terakhir Leda” menjadi bagian dari pendekatan baru mereka untuk menyampaikan pesan cinta alam melalui medium cerita. Dalam dunia yang kini dikuasai oleh layar digital dan permainan instan, kehadiran buku fisik dengan narasi lingkungan hidup dianggap sebagai intervensi yang relevan dan penting.
Cerita Pohon dan Harapan Masa Depan
Buku “Pohon Terakhir Leda” bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Leda yang tinggal di sebuah desa yang dulunya hijau dan rimbun, namun kini mulai gersang karena pembalakan liar dan pembangunan yang tidak terkendali. Leda menemukan satu pohon terakhir yang masih bertahan, dan dari situlah petualangan dimulai. Ia berusaha keras menjaga pohon tersebut dari kerusakan, sambil mengajak teman-teman dan orang dewasa di desanya untuk kembali menghargai alam.
Cerita dalam buku ini ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak, namun menyimpan pesan mendalam mengenai tanggung jawab kolektif dalam menjaga bumi. Ilustrasi berwarna-warni yang menghiasi setiap halaman juga membuat buku ini menarik secara visual dan mudah melekat di ingatan.
Seni sebagai Jembatan Edukasi Ekologis
Menurut perwakilan dari grup Ibu Sud Hari Ini, peluncuran buku ini bukan sekadar proyek satu kali, melainkan bagian dari strategi jangka panjang mereka untuk membentuk kesadaran lingkungan pada anak-anak sejak usia dini. Mereka percaya bahwa seni, dalam bentuk lagu dan cerita, adalah media yang paling efektif untuk menyentuh hati dan pikiran anak-anak.
“Anak-anak menyukai cerita dan lagu. Jika pesan penting tentang lingkungan disisipkan dalam bentuk ini, mereka akan lebih mudah memahami dan menginternalisasi nilai-nilainya,” ujar salah satu anggota tim kreatif grup dalam sambutannya di acara peluncuran.
Kolaborasi Kreatif di Balik Buku Ini
Proyek buku ini juga melibatkan berbagai pihak, mulai dari ilustrator lokal, pendidik anak, hingga aktivis lingkungan. Mereka bersama-sama menyusun naskah, menggambar karakter, serta merancang cara agar pesan buku dapat dimanfaatkan oleh guru maupun orang tua sebagai bahan ajar di rumah dan sekolah.
Tidak hanya diluncurkan dalam bentuk cetak, “Pohon Terakhir Leda” juga akan tersedia dalam versi digital dan audiobook yang bisa diakses secara gratis oleh masyarakat melalui situs resmi grup Ibu Sud Hari Ini.
Dukungan dari Pemerintah Daerah dan Komunitas Seni
Peluncuran buku ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, termasuk pemerintah daerah setempat. Dalam acara di Gedung Nasional Indonesia Gresik, sejumlah tokoh pendidikan dan lingkungan turut hadir dan menyampaikan apresiasi mereka.
“Ini adalah contoh nyata bagaimana anak-anak dapat diedukasi secara menyenangkan namun bermakna. Kami mendukung penuh upaya ini agar bisa diadopsi oleh sekolah-sekolah di Gresik,” ujar salah satu pejabat Dinas Pendidikan dalam acara tersebut.
Selain itu, komunitas seni lokal juga ikut memeriahkan peluncuran dengan pertunjukan musik, pembacaan cerita, dan diskusi interaktif bersama anak-anak. Suasana menjadi sangat hangat dan penuh semangat kolaborasi lintas bidang.
Langkah Strategis dalam Membangun Literasi Hijau Anak
Langkah grup musik Ibu Sud Hari Ini mengembangkan pesan lagu ke dalam bentuk buku cerita dinilai sebagai upaya strategis dalam membangun apa yang disebut sebagai “literasi hijau”—kemampuan anak-anak untuk memahami konsep keberlanjutan, lingkungan, dan ekologi sejak dini.
Dengan memperkenalkan tokoh seperti Leda yang kuat, peduli, dan proaktif dalam menjaga alam, anak-anak Indonesia diharapkan dapat meneladani karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Rencana Jangka Panjang: Seri Buku dan Program Sekolah Hijau
Tak berhenti di satu buku, grup ini telah menyiapkan rencana jangka panjang untuk mengembangkan seri literasi lingkungan. Buku-buku selanjutnya akan mengangkat isu-isu lain seperti sampah plastik, polusi air, hingga pentingnya konservasi satwa liar, semuanya disampaikan dengan pendekatan yang ramah anak.
Selain itu, grup Ibu Sud Hari Ini juga akan meluncurkan program Sekolah Hijau Ceria, yakni program edukasi berbasis seni dan permainan yang akan digelar di berbagai sekolah dasar di Indonesia, bekerja sama dengan komunitas guru dan lembaga pendidikan non-formal.
Harapan Hijau dari Sebuah Cerita
Peluncuran buku Pohon Terakhir Leda menandai fase baru dalam perjuangan seni untuk lingkungan. Dalam dunia yang serba cepat dan digital, kisah sederhana tentang seorang anak dan satu pohon menjadi simbol harapan—bahwa masa depan bumi bisa dijaga, dimulai dari halaman buku, lantunan lagu, dan hati anak-anak.
Melalui langkah ini, Ibu Sud Hari Ini bukan hanya menghibur, tetapi juga mendidik. Mereka membuktikan bahwa seni tidak hanya bisa menyentuh, tetapi juga mampu mengubah.