JAKARTA - Dalam ekosistem akademik modern, publikasi ilmiah di jurnal terakreditasi tak hanya menjadi tolok ukur keberhasilan seorang peneliti, tetapi juga menjadi bagian penting dari perjalanan karier akademik dosen, mahasiswa pascasarjana, dan peneliti profesional. Tak bisa dimungkiri, eksistensi seseorang dalam dunia keilmuan kini sangat erat kaitannya dengan jejak publikasinya.
Namun, menembus jurnal terakreditasi bukanlah perkara mudah. Artikel ini mengupas tuntas pentingnya publikasi di jurnal terakreditasi, memahami apa yang dimaksud dengan jurnal tersebut, serta strategi dan tahapan yang dapat ditempuh oleh akademisi Indonesia untuk bisa sukses memublikasikan karya ilmiahnya.
Mengapa Publikasi Ilmiah Dianggap Krusial?
Publikasi ilmiah bukan sekadar proses “menerbitkan” tulisan. Di baliknya, ada makna lebih dalam: penyebarluasan ilmu pengetahuan, validasi ide, kontribusi terhadap pembangunan ilmu, serta peningkatan reputasi institusi dan individu. Dalam konteks dosen dan peneliti, keberhasilan publikasi di jurnal terakreditasi sering kali berkorelasi langsung dengan:
Kenaikan jabatan fungsional (lektor, lektor kepala, guru besar),
Penilaian angka kredit,
Persyaratan hibah penelitian,
Akreditasi program studi,
Hingga daya saing institusi di tingkat nasional dan global.
Bagi mahasiswa, terutama yang sedang menempuh studi pascasarjana, publikasi ilmiah kerap menjadi syarat kelulusan dan sekaligus pembuktian kompetensi dalam meneliti.
Apa Itu Jurnal Terakreditasi?
Istilah jurnal terakreditasi merujuk pada jurnal ilmiah yang telah diakui kualitas dan konsistensi editorialnya oleh lembaga resmi, baik nasional maupun internasional. Di Indonesia, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (sekarang BRIN dan Kemendikbudristek) memberikan akreditasi terhadap jurnal ilmiah melalui sistem Science and Technology Index (SINTA).
Jurnal-jurnal ini diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan (SINTA 1 hingga SINTA 6), dengan SINTA 1 sebagai level tertinggi. Akreditasi diberikan berdasarkan penilaian atas kualitas editorial, keberlanjutan penerbitan, kontribusi penulis, kualitas artikel, dan aspek teknis lainnya seperti peer-review, etika publikasi, hingga sistem manajemen jurnal.
Selain jurnal nasional, ada juga jurnal internasional bereputasi yang masuk dalam database bereputasi tinggi seperti Scopus, Web of Science (WoS), dan DOAJ (untuk open access). Publikasi di jurnal-jurnal ini bahkan memiliki bobot yang lebih besar dan diakui di kancah global.
Langkah-Langkah Publikasi di Jurnal Terakreditasi
Proses publikasi ilmiah secara umum melibatkan tahapan berikut:
Penentuan topik dan fokus penelitian
Penelitian yang baik dimulai dari rumusan masalah yang jelas, relevan, dan memiliki kontribusi nyata terhadap bidang keilmuan tertentu.
Penulisan artikel ilmiah
Artikel ditulis dengan format yang sesuai dengan panduan jurnal (author guidelines). Umumnya meliputi: abstrak, pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, serta daftar pustaka.
Pemilihan jurnal yang sesuai
Pemilihan jurnal sangat menentukan keberhasilan publikasi. Penulis harus memperhatikan scope (cakupan bidang), tingkat akreditasi, dan persyaratan editorial.
Pengiriman artikel (submission)
Umumnya dilakukan melalui sistem manajemen jurnal online (OJS). Penulis akan diminta membuat akun dan mengunggah naskah serta dokumen pendukung lainnya.
Proses peer-review
Ini merupakan tahapan krusial. Artikel akan ditelaah oleh para reviewer yang kompeten di bidangnya. Mereka akan memberi komentar, kritik, dan saran perbaikan.
Revisi dan resubmisi
Penulis harus menanggapi komentar reviewer secara serius dan melakukan perbaikan artikel sebelum diterima untuk dipublikasikan.
Penerbitan dan diseminasi
Setelah artikel diterima, ia akan dimuat dalam edisi terbitan dan dapat diakses oleh publik sesuai model akses jurnal (open access atau berbayar).
Tantangan yang Dihadapi Peneliti Indonesia
Meski tampak sistematis, praktik di lapangan tak selalu semudah teori. Banyak akademisi—terutama pemula—mengalami kesulitan dalam menyesuaikan gaya penulisan ilmiah, membangun argumen, menggunakan metodologi yang kuat, serta mengutip pustaka yang relevan dan terkini.
Di sisi lain, kendala teknis seperti minimnya bimbingan, keterbatasan akses jurnal referensi, tidak tersedianya pelatihan publikasi, serta kurangnya motivasi akademik juga menjadi hambatan signifikan.
Ada pula tantangan etis seperti plagiarisme, manipulasi data, dan publikasi ganda yang masih menjadi isu serius di dunia pendidikan tinggi Indonesia.
Pentingnya Budaya Meneliti dan Menulis Sejak Dini
Untuk menciptakan ekosistem akademik yang sehat, penting bagi kampus dan lembaga riset untuk menumbuhkan budaya meneliti dan menulis sejak jenjang sarjana. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai strategi:
Mewajibkan penulisan artikel ilmiah berbasis skripsi atau proyek akhir.
Mengadakan workshop penulisan artikel dan publikasi.
Menyediakan dana bantuan publikasi atau insentif bagi mahasiswa dan dosen.
Membangun pusat penelitian yang proaktif dalam mentoring publikasi.
Dosen pun diharapkan menjadi teladan aktif dalam menghasilkan karya tulis ilmiah, sekaligus mendampingi mahasiswa dalam proses publikasi.
Publikasi Sebagai Bentuk Dedikasi Ilmiah
Pada akhirnya, publikasi di jurnal terakreditasi bukan hanya tentang memenuhi kewajiban administratif, melainkan tentang menyumbangkan pengetahuan kepada masyarakat ilmiah dan publik secara luas. Melalui tulisan, seorang peneliti meninggalkan warisan intelektual yang akan terus hidup dan berdampak.
Di tengah tuntutan zaman yang kian kompetitif, kemampuan memublikasikan karya ilmiah menjadi kompetensi wajib yang harus dimiliki setiap akademisi. Karena hanya dengan itulah, ilmu pengetahuan bisa terus tumbuh, berkembang, dan memberikan solusi nyata bagi berbagai persoalan bangsa.