JAKARTA - Meskipun tengah berada dalam fase koreksi yang cukup dalam, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tetap menyimpan peluang pemulihan yang menjanjikan. Bagi investor jangka panjang, kondisi pasar saat ini bisa jadi momentum untuk mengakumulasi saham berfundamental kuat seperti BBCA yang sempat terkoreksi cukup dalam sejak awal tahun.
Saham BBCA mengalami penurunan sebesar 1,45% ke level Rp8.500 per saham. Volume transaksi tercatat mencapai 215,61 juta lembar dengan nilai transaksi hingga Rp1,83 triliun. Frekuensi transaksi pun tergolong tinggi, yakni sebanyak 46.529 kali, mencerminkan tingginya minat pelaku pasar terhadap saham unggulan di sektor perbankan ini.
Namun, tekanan terhadap harga saham BBCA tidak terlepas dari aksi jual investor asing yang cukup masif. Nilai net sell asing mencapai Rp907 miliar, angka yang menjadi salah satu yang tertinggi dibandingkan saham-saham lainnya pada hari yang sama. Aksi jual tersebut memberikan tekanan psikologis tambahan terhadap pergerakan harga BBCA di pasar reguler.
Selama satu bulan terakhir, BBCA mencatatkan pelemahan sebesar 4,76%. Jika dihitung sejak awal tahun, penurunan saham ini sudah menyentuh 12,14%. Koreksi tersebut tentu menjadi sorotan mengingat BBCA merupakan salah satu saham blue chip yang biasanya menjadi andalan para investor institusional dan ritel.
Meski demikian, koreksi harga tersebut tidak serta-merta mencerminkan kondisi fundamental perusahaan yang justru tetap menunjukkan kinerja positif. Sejumlah analis bahkan menilai, pelemahan saat ini membuka peluang akumulasi bagi investor yang percaya terhadap prospek jangka panjang BBCA.
Laporan terbaru yang memantau kinerja bank ini mencatatkan bahwa laba entitas bank only BBCA berhasil tumbuh sebesar 16% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada lima bulan pertama tahun ini. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan kredit sebesar 12% serta stabilnya biaya kredit di angka 0,4%, menandakan efisiensi dan pengelolaan risiko yang tetap terjaga.
“Laba bank only BBCA naik 16% yoy pada 5M25, didorong oleh pertumbuhan pinjaman yang sehat sebesar 12% dan biaya kredit yang stabil pada 0,4%,” demikian kutipan dalam laporan riset tersebut.
Dengan capaian tersebut, BBCA masih memegang posisi kuat sebagai salah satu bank dengan tingkat efisiensi dan daya saing tertinggi di Indonesia. Tidak hanya dari sisi keuangan, struktur operasional yang efisien serta kemampuan menjaga kualitas aset menjadi keunggulan utama BBCA yang dihargai oleh pasar.
Sejumlah analis pasar modal memperkirakan bahwa dalam jangka menengah, harga saham BBCA berpotensi kembali menembus level Rp11.000 per saham. Proyeksi ini didasarkan pada asumsi bahwa sentimen negatif eksternal akan mereda dan pasar kembali fokus pada kekuatan fundamental perusahaan.
Tekanan yang terjadi belakangan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor makroekonomi global, dinamika arus modal asing, dan kondisi pasar keuangan secara keseluruhan. Dalam situasi ini, banyak investor institusional melakukan rotasi portofolio ke sektor yang dianggap lebih stabil atau defensif.
Namun, bagi investor ritel yang bersikap jangka panjang, penurunan harga BBCA justru bisa menjadi peluang. Strategi akumulasi secara bertahap sangat mungkin dilakukan, mengingat fundamental perusahaan masih sangat kuat dan peluang rebound dalam jangka menengah cukup terbuka.
Apalagi, BBCA terus menunjukkan komitmen pada transformasi digital, memperkuat layanan digital banking, serta menjaga basis nasabah yang loyal dan luas. Ekspansi digital juga turut memperkuat efisiensi operasional dan memberikan kemudahan layanan di tengah persaingan ketat industri perbankan.
Dalam jangka panjang, faktor-faktor ini diperkirakan akan tetap menjadi penggerak utama pertumbuhan laba BBCA. Kemampuan menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) di bawah rata-rata industri juga menjadi cermin keberhasilan manajemen dalam menjaga kualitas aset.
Sementara dari sisi struktur pendanaan, BBCA memiliki basis dana murah (CASA) yang sangat besar. Struktur dana yang efisien ini menjadi keunggulan tersendiri dalam menjaga marjin keuntungan, terlebih di tengah tren suku bunga global yang masih fluktuatif.
Di tengah volatilitas pasar saham yang kerap kali dipengaruhi oleh faktor psikologis, BBCA tetap tampil sebagai saham yang menjanjikan secara fundamental. Investor yang mampu melihat peluang di balik gejolak harga saat ini bisa mendapatkan valuasi menarik dari saham unggulan ini.
Sebagai penutup, koreksi harga saham BBCA belakangan ini lebih mencerminkan dinamika eksternal daripada pelemahan kinerja perusahaan. Dengan kinerja keuangan yang terus tumbuh, pengelolaan risiko yang solid, serta strategi digitalisasi yang progresif, BBCA tetap menjadi saham yang layak dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang.