Nikel

Proyek Nikel Dongkrak Laba Huayou Cobalt

Proyek Nikel Dongkrak Laba Huayou Cobalt
Proyek Nikel Dongkrak Laba Huayou Cobalt

JAKARTA - Keberhasilan ekspansi proyek nikel dan kobalt di Indonesia menjadi pendorong utama peningkatan kinerja Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd., salah satu perusahaan tambang dan pemrosesan logam terbesar asal Tiongkok. Dengan performa produksi yang meningkat serta efisiensi operasional yang membaik, Huayou mencetak pertumbuhan laba signifikan pada semester pertama 2025.

Faktor pendorong utama dalam lonjakan tersebut adalah hasil produksi dari dua proyek utama Huayou di Indonesia Huafei dan Huayue yang melaporkan output di atas ekspektasi. Khusus proyek Huafei, kapasitas produksinya bahkan mampu melampaui target yang ditetapkan sejak awal pembangunan.

Tak hanya dari sisi volume, perusahaan juga berhasil menekan biaya produksi dan mengurangi ketergantungan pada bahan baku dari pemasok eksternal. Hal ini memberikan keuntungan kompetitif dalam rantai pasok logam baterai, terutama pada komoditas strategis seperti kobalt dan nikel yang semakin dibutuhkan dalam industri kendaraan listrik global.

Kinerja membaik ini turut didukung oleh pemulihan harga kobalt di pasar internasional. Sejak Februari 2025, harga kobalt mengalami reli akibat keputusan Republik Demokratik Kongo untuk memberlakukan larangan ekspor, yang memicu penurunan pasokan global dari salah satu produsen kobalt utama dunia.

Pulihnya pasar kobalt memberikan efek berantai yang positif terhadap prospek pendapatan Huayou Cobalt. Ketika perusahaan mengumumkan proyeksi keuangannya untuk semester pertama 2025, harga sahamnya langsung melonjak tajam. Dikutip dari laporan Bloomberg, investor merespons dengan antusias hasil positif yang diperoleh dari operasi pertambangan di Indonesia, serta kenaikan harga kobalt global yang memperkuat profitabilitas perusahaan.

Huayou memperkirakan laba bersih antara 2,6 miliar hingga 2,8 miliar yuan (sekitar US$360 juta) untuk periode Januari hingga Juni 2025. Angka ini menunjukkan lonjakan sekitar 56% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, sebuah pencapaian signifikan di tengah volatilitas harga komoditas global yang masih berlangsung.

Atas proyeksi positif tersebut, saham Huayou di Bursa Shanghai melonjak hingga 5,8% dan menyentuh angka 39,5 yuan per lembar saham dalam sesi perdagangan awal pekan ini.

Namun, meski di sisi kobalt mengalami penguatan, situasi berbeda terjadi pada komoditas nikel. Harga nikel global sempat menyentuh titik terendah sejak tahun 2020 pada awal 2025. Penurunan ini dipengaruhi oleh melimpahnya pasokan nikel dan melemahnya permintaan dari sektor industri berat.

Berdasarkan data Harga Mineral Acuan (HMA) yang dirilis Juni 2025, harga kobalt tercatat sebesar US$33.235,33 per dmt, sedikit lebih tinggi dari harga pada 1 Juni 2025 yang tercatat US$33.256,79 per dmt. Fluktuasi ini menjadi perhatian penting bagi pelaku industri tambang dan produsen material baterai dalam menyusun strategi bisnis jangka menengah.

Meski demikian, posisi strategis proyek-proyek Huayou di Indonesia tetap menjadi kekuatan utama perusahaan dalam menjaga ketahanan pasok bahan baku untuk industri kendaraan listrik dan penyimpanan energi. Sebagaimana diketahui, Indonesia saat ini memegang peran penting dalam peta produksi nikel dunia, dengan cadangan melimpah dan iklim investasi yang proaktif bagi sektor hilirisasi pertambangan.

Proyek Huafei dan Huayue sendiri merupakan bagian dari gelombang investasi besar perusahaan-perusahaan China di sektor nikel-kobalt Indonesia, menyusul kebijakan pemerintah yang mendorong pembangunan smelter dan fasilitas pemrosesan dalam negeri. Proyek-proyek ini didesain untuk mengolah bijih nikel lokal menjadi material baterai berkualitas tinggi, yang kemudian dipasok ke industri kendaraan listrik global.

Huayou, sebagai salah satu pelaku utama dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik dunia, memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat basis produksi di Asia Tenggara. Perusahaan juga memanfaatkan peningkatan permintaan terhadap logam kritis, seperti kobalt dan nikel, yang menjadi komponen esensial dalam baterai lithium-ion.

Dari sisi strategi bisnis, Huayou telah menyusun pendekatan komprehensif yang mencakup optimalisasi aset tambang, efisiensi biaya, dan diversifikasi rantai pasok. Keberhasilan menurunkan ketergantungan pada pihak ketiga dan memperkuat kendali atas sumber daya hulu menjadi faktor kunci dalam pencapaian laba tahun ini.

Dengan tren kendaraan listrik yang terus tumbuh secara global, permintaan akan kobalt dan nikel diperkirakan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang. Keberadaan proyek strategis di Indonesia memberikan jaminan keberlanjutan pasokan sekaligus membuka peluang ekspansi bisnis Huayou di kawasan Asia.

Secara keseluruhan, kinerja positif Huayou Cobalt pada semester pertama 2025 mencerminkan sinergi antara pemulihan harga global dan keberhasilan strategi investasi di Indonesia. Proyek-proyek nikel dan kobalt yang efisien, ditambah pemanfaatan situasi pasar secara cermat, menjadi kombinasi yang mendorong perusahaan menuju rekor pendapatan baru.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index