Diskon

Inggris Pacu Kendaraan Listrik Lewat Skema Diskon

Inggris Pacu Kendaraan Listrik Lewat Skema Diskon
Inggris Pacu Kendaraan Listrik Lewat Skema Diskon

JAKARTA - Di tengah perlambatan penjualan mobil listrik dan meningkatnya tekanan terhadap target iklim nasional, pemerintah Inggris meluncurkan langkah strategis untuk mempercepat transisi menuju kendaraan berbasis listrik. Salah satu bentuk intervensi yang dianggap sangat krusial adalah pemberian insentif langsung kepada konsumen, berupa diskon hingga £3.750 bagi pembelian mobil listrik dengan harga maksimal £37.000.

Kebijakan ini dinilai sebagai respons langsung atas kekhawatiran publik terhadap harga kendaraan listrik yang dinilai masih terlalu tinggi dibandingkan kendaraan konvensional. Pemerintah pun mengalokasikan anggaran sebesar £650 juta untuk mendukung skema ini, yang akan berlaku setelah produsen otomotif resmi bergabung ke dalam program.

Upaya ini sekaligus menjadi bagian penting dari strategi jangka panjang Inggris untuk menghapus penjualan mobil berbahan bakar bensin dan diesel pada tahun 2030, serta mencapai emisi nol bersih (net zero) pada 2050. Namun jalan menuju ke sana tidak selalu mulus. Salah satu tantangan terbesarnya adalah biaya awal kepemilikan mobil listrik yang relatif mahal, dan inilah yang coba dijawab pemerintah melalui skema subsidi baru ini.

“Subsidi EV ini tidak hanya membuat masyarakat bisa menyimpan lebih banyak uang, tapi juga membantu sektor otomotif Inggris meraih peluang besar abad ke-21,” ujar Menteri Transportasi Heidi Alexander.

Dari perspektif industri, insentif ini datang pada waktu yang sangat tepat. Selama beberapa bulan terakhir, para produsen otomotif mengeluhkan beratnya beban target emisi tahunan. Jika target ini gagal dicapai, mereka bisa menghadapi denda yang tidak kecil. Dengan insentif pembelian langsung, produsen diharapkan bisa mempercepat penjualan EV dan menjaga kinerja finansial mereka tetap sehat.

Sejatinya, ini bukan kali pertama Inggris memberikan insentif EV. Pemerintah sebelumnya pernah menerapkan subsidi serupa, namun dihapus pada tahun 2022, dengan alasan ingin memprioritaskan pengembangan jaringan pengisian daya publik. Namun, tanpa insentif langsung, permintaan EV tidak berkembang sesuai ekspektasi, dan akhirnya tekanan dari sektor industri kembali meningkat.

Menariknya, pendekatan insentif langsung ini telah lama diadopsi oleh sejumlah negara Eropa lainnya. Norwegia, Prancis, dan Jerman, misalnya, secara konsisten mendukung pembelian kendaraan listrik dengan subsidi dan pembebasan pajak. Tak mengherankan jika ketiga negara tersebut menjadi pasar EV terbesar dan paling progresif di Eropa.

Sebagai catatan, Inggris sempat melonggarkan target penjualan EV pada awal tahun, menyusul tekanan yang muncul akibat pengenaan tarif ekspor baru ke Amerika Serikat yang merupakan pasar ekspor mobil terbesar kedua Inggris setelah Uni Eropa. Kelonggaran ini dianggap sebagai bentuk penyesuaian terhadap tantangan global dan ketegangan perdagangan internasional.

Langkah pemerintah Inggris mendapat sambutan positif dari pelaku industri otomotif dan komunitas konsumen. Ginny Buckley, CEO platform penjualan mobil listrik Electrifying.com, menyebut program ini sebagai langkah yang “sudah lama ditunggu”. Ia bahkan memperkirakan bahwa hampir separuh model EV yang beredar saat ini akan menjadi lebih terjangkau berkat skema baru ini.

“Insentif ini akan membantu memperluas akses terhadap kendaraan listrik bagi lebih banyak orang, terutama kelas menengah,” tambahnya.

Senada dengan itu, Mike Hawes, CEO dari Society of Motor Manufacturers and Traders (SMMT), menyambut baik insentif baru tersebut. Ia menyebutnya sebagai “sinyal jelas” bahwa sekarang adalah waktu terbaik bagi konsumen untuk beralih ke kendaraan listrik. Menurutnya, sejak target penjualan EV diberlakukan awal tahun ini, produsen mobil telah mengeluarkan sekitar £6,5 miliar untuk memberikan diskon kendaraan listrik. Ini menunjukkan bahwa beban promosi EV tidak bisa hanya ditanggung industri, melainkan harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah.

Dengan kucuran dana yang direncanakan hingga tahun anggaran 2028/2029, pemerintah Inggris berharap skema ini tidak hanya mendorong penjualan, tetapi juga meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap EV, mempercepat pembaruan armada kendaraan nasional, dan sekaligus membuka peluang pertumbuhan baru bagi sektor manufaktur otomotif lokal.

Skema ini juga diperkirakan akan memberi pengaruh pada strategi produsen otomotif global, termasuk merek-merek asal Asia seperti BYD, Chery, dan Hyundai, yang kini aktif mengembangkan lini kendaraan listrik untuk pasar Eropa. Dengan insentif yang menarik dan pasar yang semakin terbuka, Inggris bisa menjadi hub penting dalam peta industri EV global.

Namun, keberhasilan program ini juga bergantung pada kesiapan infrastruktur pendukung seperti ketersediaan stasiun pengisian daya, kapasitas listrik nasional, dan edukasi publik. Pemerintah diharapkan tidak hanya fokus pada pemberian subsidi, tetapi juga mempercepat pembangunan ekosistem EV yang lengkap dan inklusif.

Pada akhirnya, insentif pembelian langsung ini menjadi sinyal kuat bahwa Inggris serius dalam mengejar target emisi nol bersih. Dengan dukungan dari semua pemangku kepentingan, langkah ini bukan hanya soal mengganti mesin bensin menjadi baterai, melainkan transformasi besar menuju masa depan mobilitas yang berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index