JAKARTA - Di tengah dinamika perekonomian dan tantangan cuaca yang tidak menentu, stabilitas harga sembako di Jawa Timur menjadi kabar yang cukup melegakan bagi masyarakat. Meski tidak mengalami lonjakan tajam, sejumlah komoditas bahan pokok tetap mengalami fluktuasi ringan, yang tetap perlu dicermati oleh konsumen secara cermat dan berkala.
Kondisi pasar sembako saat ini mencerminkan tren yang relatif tenang, dengan perubahan harga hanya terjadi pada selisih yang sangat kecil umumnya di bawah Rp500,00 untuk komoditas tertentu seperti tomat dan cabai. Meskipun demikian, konsumen diimbau untuk tetap waspada dan memperbarui informasi harga secara rutin, agar dapat merencanakan anggaran belanja dengan lebih bijak dan efisien.
Salah satu komoditas yang menjadi perhatian adalah beras, yang masih menunjukkan perbedaan harga antar daerah di Jawa Timur. Kabupaten Sidoarjo mencatat harga beras medium tertinggi sebesar Rp14.000 per kilogram, diikuti oleh Kota Probolinggo yang mencapai Rp13.666, dan Surabaya sebesar Rp13.500. Perbedaan harga ini mencerminkan dinamika distribusi dan permintaan lokal yang bisa berubah sewaktu-waktu.
Menurut pengamatan, beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan harga sembako mencakup kondisi cuaca ekstrem, yang sering mengakibatkan gagal panen, serta kenaikan harga bahan bakar yang berdampak langsung pada biaya distribusi. Selain itu, kebijakan pemerintah pusat maupun daerah, seperti pengendalian harga atau distribusi stok melalui program intervensi pangan, juga berpengaruh besar terhadap fluktuasi harga di lapangan.
Berikut adalah daftar harga sembako terbaru di Jawa Timur, yang diperoleh dari data Siskaperbapo Jatim per pukul 12.20 WIB:
Beras premium: Rp14.866 per kg
Beras medium: Rp12.829 per kg
Gula kristal putih: Rp16.666 per kg
Minyak goreng curah: Rp18.439 per liter
Minyak goreng kemasan premium: Rp20.053 per liter
Minyak goreng kemasan sederhana: Rp17.325 per liter
Minyakita: Rp16.536 per liter
Daging sapi paha belakang: Rp118.793 per kg
Daging ayam ras: Rp31.682 per kg
Daging ayam kampung: Rp67.875 per kg
Telur ayam ras: Rp27.203 per kg
Telur ayam kampung: Rp46.631 per kg
Cabai merah keriting: Rp34.165 per kg
Cabai merah besar: Rp32.821 per kg
Cabai rawit merah: Rp61.023 per kg
Bawang merah: Rp39.502 per kg
Bawang putih: Rp30.871 per kg
Ikan teri: Rp76.161 per kg
Tomat: Rp24.432 per kg
Meskipun sebagian besar harga cenderung stabil, sejumlah komoditas strategis seperti cabai rawit merah dan bawang merah tetap berada di kisaran yang cukup tinggi. Cabai rawit merah, misalnya, menyentuh harga di atas Rp61 ribu per kilogram, sementara bawang merah mencapai Rp39 ribu per kilogram. Kedua komoditas ini diketahui sangat sensitif terhadap perubahan cuaca dan ketersediaan pasokan dari petani lokal.
Sementara itu, harga minyak goreng, baik dalam bentuk curah maupun kemasan, juga terus menjadi perhatian. Minyak goreng curah saat ini dijual seharga Rp18.439 per liter, sedangkan minyak goreng kemasan premium mencapai Rp20.053 per liter. Produk Minyakita, sebagai alternatif pemerintah yang disubsidi, berada di kisaran Rp16.536 per liter, masih relatif lebih murah namun tidak tersedia merata di seluruh pasar.
Dari segi protein hewani, daging sapi masih menjadi komoditas dengan harga tertinggi, yakni di angka Rp118.793 per kilogram. Di sisi lain, daging ayam ras dan ayam kampung bertengger di kisaran Rp30 hingga Rp67 ribu per kilogram, dan menjadi pilihan utama masyarakat kelas menengah sebagai sumber gizi yang lebih terjangkau.
Telur ayam, baik ras maupun kampung, juga mengalami sedikit penyesuaian harga, namun masih dalam batas wajar. Telur ayam ras dihargai Rp27.203 per kilogram, sedangkan telur ayam kampung mencapai Rp46.631 per kilogram.
Dengan rincian harga tersebut, para pelaku rumah tangga maupun pelaku usaha kuliner diimbau untuk lebih cermat dalam menyusun perencanaan pengeluaran. Konsumen perlu aktif mengakses informasi harga harian, baik melalui laman resmi pemerintah seperti Siskaperbapo Jatim maupun dari sumber lain yang kredibel.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui dinas terkait juga terus melakukan pemantauan dan intervensi jika diperlukan, untuk menjaga stabilitas harga dan menghindari gejolak yang dapat berdampak pada daya beli masyarakat. Upaya stabilisasi ini penting, terutama menjelang masa-masa kritis seperti hari besar keagamaan atau musim panen yang tidak menentu.
Selain itu, kolaborasi antara petani, distributor, dan pemerintah juga terus ditingkatkan untuk menjaga ketersediaan pasokan, memperbaiki rantai distribusi, dan menekan biaya logistik yang sering kali menjadi biang keladi tingginya harga di tingkat konsumen.
Kesadaran konsumen dalam mengikuti perkembangan harga menjadi bagian penting dari ekosistem pasar yang sehat. Dengan informasi yang akurat dan akses yang terbuka, masyarakat bisa membuat keputusan belanja yang lebih cerdas dan menyesuaikan anggaran tanpa mengorbankan kualitas konsumsi.