UFC

Holloway Incar KO di UFC, Abaikan Perpisahan Poirier

Holloway Incar KO di UFC, Abaikan Perpisahan Poirier
Holloway Incar KO di UFC, Abaikan Perpisahan Poirier

JAKARTA - Ketika para penggemar UFC menantikan pertarungan emosional yang menjadi penutup karier Dustin Poirier, Max Holloway justru menghadirkan pendekatan berbeda. Bukannya memberi penghormatan, Holloway menegaskan bahwa ia akan tampil habis-habisan dan menargetkan kemenangan KO spektakuler atas Poirier. Baginya, ini bukan sekadar laga biasa, melainkan panggung besar untuk kembali memantapkan posisinya di peta persaingan sabuk juara kelas ringan.

Momen sentimental yang menyelimuti UFC 318 tampaknya tidak menyentuh sisi empati Holloway. Sebaliknya, petarung berjuluk "The Blessed" ini menyampaikan ambisinya secara lugas: kemenangan KO adalah tujuan utama, bukan perpisahan manis untuk Poirier.

“Seratus persen (ingin mengulangi kemenangan KO atas Justin Gaethje saat lawan Poirier),” ujar Holloway seperti dikutip dari MMA Fighting. Pernyataan itu merujuk pada kemenangan briliannya atas Gaethje di UFC 300, di mana ia berhasil menutup laga dengan KO dramatis di akhir ronde kelima.

Pernyataan Holloway ini menunjukkan bahwa ia tak akan mengendorkan serangan meski tahu laga tersebut adalah yang terakhir bagi lawannya. “Dengan Dustin, dia juga jago poin (pertarungan penghitungan poin). Jadi, saya tidak akan terkejut kalau dia yang memulainya. Pada akhirnya, maksud saya, kita harus melakukannya,” jelas Holloway.

Sebagai mantan juara kelas bulu UFC, Holloway memang dikenal sebagai petarung yang penuh determinasi dan atraktif di dalam oktagon. Kemenangannya atas Gaethje sebelumnya telah membuka kembali peluang menuju perebutan sabuk kelas ringan. Kini, pertarungan melawan Poirier dilihat sebagai batu loncatan berikutnya.

"Kalau kita sampai ronde kelima dengan sisa 10 detik, saya rasa dia bisa mengalahkan saya dan langsung menunjuk ke bawah. Yang pasti, saya akan dengan senang hati menerimanya kapan pun," lanjut Holloway, menyinggung gaya bertarung penuh semangat yang sering kali menghiasi penampilan keduanya.

Namun, Holloway bukan hanya mencari kemenangan; ia membidik momentum. “Anda dan saya tahu kita hidup dalam olahraga di mana momen adalah rajanya. Jika saya bisa tampil di sana dan bisa kembali merasakan momen UFC 300, datang ke sini 19 Juli, siapa bilang saya tidak akan berada di sana untuk perebutan gelar juara tak terbantahkan lagi?” tegasnya.

Kemenangan KO atas Poirier akan memberi dampak signifikan bagi perjalanan Holloway. Apalagi, saat ini kursi penantang utama di kelas ringan masih terbuka lebar. Dengan tampil dominan, Holloway berharap bisa menantang Ilia Topuria yang sebelumnya mengalahkannya di UFC 308.

"Jika saya bisa tampil di luar sana dan menciptakan momen, menciptakan momen mendekati (UFC) 300, KO dalam 10 detik, saya akan kembali ke sana dengan kesempatan meraih gelar," ungkap Holloway penuh keyakinan.

Sikapnya yang keras terhadap pertandingan perpisahan Poirier juga menyoroti realitas dunia pertarungan profesional. Tak ada ruang untuk kelembutan di dalam oktagon, bahkan saat menghadapi sosok yang akan segera gantung sarung tangan. "Saya tidak peduli dengan frasa penghormatan terakhir untuk Dustin Poirier. Menjadi pengganggu memang menyebalkan, tetapi itu harus dilakukan," ujarnya.

Holloway menambahkan bahwa walaupun Poirier akan segera pensiun, ia masih akan terus berada di arena, memperjuangkan mimpinya menjadi juara ganda UFC. “Saat dia (Poirier) pensiun, saya akan tetap di sini berjuang keras, berusaha mendapatkan kesempatan meraih gelar atau berusaha menjadi juara ganda dan mengukir sejarah. Pada akhirnya, aku harus keluar dan melakukan tugasku.”

Meski demikian, pertarungan ini menyimpan nilai historis tersendiri bagi Holloway. Ia masih menyimpan kekalahan dari Poirier di UFC 236. Saat itu, ia kalah lewat keputusan mutlak dengan skor tiga juri yang identik, 49-46. Maka, laga di UFC 318 juga menjadi ajang pembalasan dendam yang telah lama dinantikan oleh Holloway.

Dari perspektif Dustin Poirier, pertarungan ini adalah penutup karier yang telah ia jalani dengan penuh warna. Namun dari sisi Max Holloway, inilah panggung besar untuk membuktikan dirinya kembali sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Sebuah benturan dua ambisi yang bertolak belakang namun sama kuatnya.

Holloway tak ingin terjebak dalam nostalgia. Sebaliknya, ia mengincar momen ikonik untuk membangun jalannya kembali menuju kejayaan. Dalam dunia UFC yang kejam dan penuh persaingan, hanya satu hal yang diingat: kemenangan.

Dan bagi Holloway, kemenangan atas Dustin Poirier bukan hanya soal angka di papan skor, tetapi tentang warisan, pembuktian, dan langkah pasti menuju perebutan sabuk juara kelas ringan yang selama ini menjadi obsesinya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index