Kereta Api

Akhir Kereta Api Kerajaan Inggris karena Efisiensi Anggaran

Akhir Kereta Api Kerajaan Inggris karena Efisiensi Anggaran
Akhir Kereta Api Kerajaan Inggris karena Efisiensi Anggaran

JAKARTA - Di tengah upaya efisiensi anggaran Kerajaan Inggris, salah satu simbol kebanggaan dan tradisi panjang kerajaan harus mengakhiri masa tugasnya. Kereta Kerajaan Inggris transportasi yang lekat dengan jejak sejarah dan prestise monarki akan dinonaktifkan sebelum masa kontraknya berakhir. Keputusan ini muncul dalam laporan Sovereign Grant 2024–2025 yang baru-baru ini dirilis, menandai babak baru dalam pengelolaan keuangan keluarga kerajaan yang kini menghadapi tekanan ekonomi global.

Penghentian operasional Kereta Kerajaan bukan sekadar soal logistik, melainkan juga refleksi dari perubahan zaman, di mana efisiensi dan transparansi penggunaan dana publik menjadi isu utama. Transportasi kebesaran yang dahulu mengiringi perjalanan Ratu Elizabeth II kini dianggap tidak sejalan dengan semangat penghematan yang ingin diterapkan dalam administrasi Kerajaan Inggris di era Raja Charles III.

Salah satu pertimbangan utama penghentian layanan ini adalah biaya operasionalnya yang sangat tinggi. Sebagai ilustrasi, dua perjalanan Raja Charles III ke North Yorkshire pada tahun 2023 saja menghabiskan dana sebesar 71.340 dolar AS sekitar Rp1,15 miliar hanya untuk satu moda transportasi. Dibandingkan dengan 55 kali penerbangan carter yang secara total menghabiskan 819.000 dolar AS (sekitar Rp13,3 miliar), pilihan udara dianggap lebih efisien secara finansial.

Langkah ini sontak menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan, terutama dari dunia perkeretaapian Inggris yang selama ini merasa memiliki kedekatan emosional dengan moda transportasi bersejarah tersebut. Andrea Rossi, CEO DB Cargo UK—operator kereta tersebut selama lebih dari tiga dekade mengungkapkan kesedihannya.

“Ini berita yang sangat menyedihkan,” ujarnya. “Bukan hanya untuk DB Cargo UK, tetapi juga untuk keluarga besar perkeretaapian. Selalu ada rasa bangga yang mendalam ketika Kereta Kerajaan beroperasi. Para masinis kami sangat bangga diminta untuk mengendalikan kereta yang bisa dibilang paling bergengsi di Inggris dan merupakan bagian dari warisan nasional kami.”

Rossi menekankan bahwa kereta ini bukan hanya sekadar alat transportasi, melainkan bagian penting dari tradisi dan identitas nasional. Ia menyebutkan bahwa setiap kali kereta itu meluncur di rel-rel Inggris, para staf dan pengelola merasakan kehormatan besar yang tak tergantikan oleh bentuk transportasi lain.

James Chalmers, selaku Keepers of the Privy Purse jabatan yang bertanggung jawab atas keuangan kerajaan menguatkan pernyataan tersebut. Menurutnya, “Kereta kerajaan, tentu saja, telah menjadi bagian dari kehidupan nasional selama beberapa dekade, dicintai dan dirawat oleh semua pihak yang terlibat.”

Namun, fakta bahwa pengoperasiannya menelan biaya yang sangat besar, membuat keberlanjutan layanan ini semakin sulit dipertahankan dalam kerangka keuangan yang transparan dan efisien. Dalam kondisi dunia yang terus berubah, dengan tekanan inflasi dan krisis ekonomi pasca-pandemi yang masih membayangi, rumah tangga kerajaan dituntut untuk beradaptasi.

Laporan Sovereign Grant yang diterbitkan pada Juni 2025 menjadi penanda arah baru pengelolaan anggaran kerajaan. Dokumen itu tidak hanya mencatat alokasi dan penggunaan dana, tetapi juga menjelaskan berbagai keputusan strategis terkait penghematan dan efisiensi operasional.

Salah satu sorotan dalam laporan itu adalah keputusan untuk menghentikan operasional Kereta Kerajaan sebelum masa kontrak berakhir pada Mei 2027. Langkah ini secara simbolik juga menjadi cerminan pergeseran nilai dan prioritas dalam lingkup kerajaan modern.

Kereta ini sebelumnya menjadi simbol keanggunan dan kemewahan dalam setiap prosesi kerajaan. Dari kunjungan resmi hingga acara kenegaraan, kehadirannya di rel menjadi daya tarik tersendiri bagi publik. Namun kini, romantisme sejarah itu mesti berhadapan dengan logika anggaran yang lebih ketat.

Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa kereta tersebut telah menciptakan sejarah panjang dan meninggalkan warisan budaya yang mendalam. Generasi masinis, teknisi, dan kru pendukung telah memberikan dedikasi tinggi demi menjaga performa dan martabat transportasi ini selama puluhan tahun.

Dalam konteks ini, penonaktifan Kereta Kerajaan bukan semata-mata akhir dari sebuah kendaraan, melainkan akhir dari sebuah era. Di saat yang sama, ini juga menjadi awal dari pendekatan baru keluarga kerajaan dalam menyikapi tantangan zaman yang menuntut efisiensi, modernisasi, dan tanggung jawab publik yang lebih besar.

Dengan semua pertimbangan tersebut, tampaknya keputusan ini bukan sekadar soal hitung-hitungan biaya, melainkan juga soal narasi baru Kerajaan Inggris yang kini mencoba menyeimbangkan antara tradisi dan tuntutan transparansi modern.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index