JAKARTA - Pemerintah tengah menaruh perhatian besar pada kualitas pendidikan melalui pendekatan yang lebih menyeluruh. Tidak hanya fokus pada fasilitas dan kurikulum, tetapi juga pada aspek paling mendasar: kesehatan siswa dan tenaga pendidik. Menyusul peluncuran Sekolah Rakyat, pemerintah kembali menggulirkan program populis berupa pemeriksaan kesehatan gratis secara massal bagi semua komponen pendidikan di Indonesia.
Langkah ini menunjukkan bahwa kesehatan tak bisa dipisahkan dari pendidikan. "Cek kesehatan sangat penting untuk memastikan anak-anak siap secara fisik menjalani proses belajar. Kalau tubuh sehat, pikiran juga akan jernih. Kesehatan adalah harta sejati, dan pendidikan adalah kunci untuk membukanya," tegas Abdul Fikri Faqih, anggota Komisi X DPR RI, mengenai pelaksanaan program yang akan dimulai pada Agustus 2025 mendatang.
Program ini akan menyasar seluruh siswa, guru, dan tenaga kependidikan—tidak hanya di sekolah umum, tetapi juga termasuk Sekolah Rakyat, yang merupakan inisiatif dari Kementerian Sosial untuk membantu anak-anak dari keluarga miskin ekstrem dan anak jalanan.
Mengapa Kesehatan Penting dalam Dunia Pendidikan?
Upaya menyelaraskan dunia pendidikan dengan kesehatan bukanlah hal baru, namun program ini menjadi langkah sistematis pertama yang dilakukan dalam skala nasional. Tujuannya bukan hanya mengetahui kondisi kesehatan siswa saat ini, melainkan juga untuk membangun basis data nasional mengenai kesehatan anak usia sekolah.
Menurut Abdul Fikri, dengan adanya data kesehatan yang valid, pemerintah bisa lebih mudah mengarahkan kebijakan yang bersifat pencegahan, seperti program olahraga harian di sekolah atau kampanye makan sehat. Strategi ini dinilai dapat menghemat anggaran kesehatan dalam jangka panjang, karena fokus akan bergeser dari penanganan ke pencegahan.
Skema dan Target Program
Melalui koordinasi lintas kementerian, program pemeriksaan ini akan dijalankan secara bertahap. Kementerian Kesehatan menargetkan bahwa sebanyak 53 juta siswa dari jenjang SD hingga SMA akan menjalani pemeriksaan di lebih dari 282.000 sekolah dan madrasah di seluruh Indonesia.
Adapun untuk Sekolah Rakyat, pelaksanaan pemeriksaan sudah dimulai lebih awal pada 7 Juli 2025, mengingat sebagian besar siswa di sana berasal dari kelompok rentan dan belum pernah menerima layanan kesehatan yang memadai. Sementara itu, pemeriksaan di sekolah-sekolah reguler yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementerian Agama akan dimulai pada 1 Agustus 2025.
Pemeriksaan ini tidak hanya berupa cek fisik umum, tetapi juga menyasar penyakit menular dan kondisi kesehatan yang dapat mengganggu proses pembelajaran. Jika ditemukan siswa yang sakit, mereka akan mendapatkan pengobatan hingga dinyatakan sembuh sebelum mulai mengikuti proses belajar mengajar.
Sekolah Rakyat: Solusi untuk Anak Marginal
Dalam konteks program kesehatan ini, Sekolah Rakyat memegang peran penting. Digagas oleh Kementerian Sosial dan diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto, Sekolah Rakyat dirancang untuk memberikan pendidikan formal kepada anak-anak dari keluarga miskin ekstrem dan anak jalanan. Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp10 triliun untuk membuka 200 sekolah yang ditargetkan menampung 20.000 siswa.
“Program ini bukan hanya soal kesehatan, tapi juga membangun generasi cerdas yang siap belajar,” lanjut Abdul Fikri.
Perekrutan guru untuk Sekolah Rakyat sendiri sedang berlangsung, dengan proses seleksi yang dimulai sejak April 2025 dan akan dilaksanakan di 198 lokasi.
Langkah Strategis Menuju Generasi Sehat dan Cerdas
Program cek kesehatan ini juga menjadi bagian dari rangkaian kegiatan sebelum pembelajaran formal dimulai di Sekolah Rakyat. Setelah proses pemeriksaan, akan diadakan matrikulasi dan orientasi sebagai pengenalan lingkungan belajar dan penyesuaian mental serta fisik siswa sebelum mengikuti kegiatan akademik penuh.
Strategi ini mencerminkan paradigma baru dalam dunia pendidikan Indonesia: mengintegrasikan aspek kesehatan, sosial, dan akademik menjadi satu sistem yang saling mendukung. Ini sejalan dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 yang menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia masih hanya sampai kelas 9 atau setara SMP. Dengan memastikan kesehatan siswa sejak awal, diharapkan angka ini bisa meningkat seiring dengan daya tahan dan konsentrasi belajar yang lebih baik.
Menuju Sistem Pendidikan yang Lebih Humanis
Langkah pemerintah ini memberikan sinyal kuat bahwa sistem pendidikan Indonesia tengah bergerak ke arah yang lebih humanis dan berkelanjutan. Tidak cukup hanya membangun gedung atau memperbarui kurikulum, namun juga memastikan bahwa setiap siswa datang ke sekolah dalam kondisi siap secara fisik dan mental.
Dengan pemeriksaan kesehatan massal ini, serta dukungan program seperti Sekolah Rakyat, pemerintah membuka peluang besar untuk memperbaiki kesenjangan akses dan kualitas pendidikan, khususnya bagi kelompok marjinal.
Pendidikan dan kesehatan, dua pilar utama pembangunan sumber daya manusia, kini dijalankan secara terintegrasi demi mewujudkan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan tangguh menghadapi masa depan.