Erick Thohir

Erick Thohir: Juli Jadi Bulan Emas Sepak Bola Indonesia Berkat Presiden

Erick Thohir: Juli Jadi Bulan Emas Sepak Bola Indonesia Berkat Presiden
Erick Thohir: Juli Jadi Bulan Emas Sepak Bola Indonesia Berkat Presiden

JAKARTA - Indonesia tengah memasuki periode emas dalam kalender sepak bola nasional, dan Juli menjadi bulan yang mencerminkan semangat dan kebangkitan olahraga paling populer di Tanah Air ini. Berbagai kompetisi sepak bola digelar sepanjang bulan, mulai dari turnamen prestisius hingga laga internasional yang mempertemukan tim-tim terbaik dari Asia Tenggara dan Asia secara keseluruhan.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyebut bahwa capaian ini tidak lepas dari peran besar Presiden Republik Indonesia sekaligus Dewan Kehormatan PSSI, Prabowo Subianto, yang terus memberikan dorongan nyata dalam setiap langkah transformasi sepak bola nasional. Dukungan tersebut menjadi energi utama dalam memastikan kelangsungan dan kualitas penyelenggaraan berbagai turnamen besar di Indonesia.

Tiga ajang besar yang mewarnai bulan ini adalah Piala Presiden 2025, Turnamen Kualifikasi AFC Putri, dan Piala ASEAN U-23. Ketiganya bukan hanya soal kompetisi semata, melainkan juga menjadi simbol hiburan dan kebanggaan yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Momentum ini memperlihatkan bagaimana sepak bola telah menjadi instrumen sosial yang memperkuat semangat persatuan dan optimisme di tengah dinamika kehidupan bangsa.

Erick Thohir pun menegaskan, dukungan penuh dari Presiden Prabowo sangat terasa dan terbukti berdampak besar terhadap kualitas penyelenggaraan turnamen-turnamen tersebut. Menurutnya, perhatian dari kepala negara mencerminkan keinginan kuat agar sepak bola Indonesia terus bergerak maju dan mampu meraih prestasi lebih tinggi di level internasional.

"Pak Prabowo telah menjadi bagian penting dalam perjalanan transformasi sepak bola kita. Dukungan beliau sebagai Presiden dan Dewan Kehormatan PSSI begitu nyata, terutama dalam memastikan setiap event berlangsung dengan lancar dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat," ungkap Erick dalam pernyataannya.

PSSI meyakini bahwa penyelenggaraan turnamen besar di bulan Juli tidak hanya menghidupkan atmosfer kompetisi, tetapi juga menjadi sarana bagi rakyat untuk mengekspresikan kebanggaan terhadap bangsa. Sepak bola, dalam perspektif ini, telah bertransformasi menjadi ruang bersama yang menyatukan perbedaan dan menjadi sumber energi positif.

Lebih dari sekadar pertandingan, atmosfer yang tercipta di stadion, dukungan para suporter, dan partisipasi masyarakat dalam menyambut gelaran olahraga ini membuktikan bahwa sepak bola mampu menjadi perekat sosial yang efektif. Antusiasme yang ditunjukkan masyarakat dari berbagai penjuru daerah memperlihatkan bagaimana olahraga dapat menghidupkan semangat nasionalisme secara kolektif.

"Juli adalah bulan sepak bola Indonesia. Ini bukan hanya tentang pertandingan, tetapi tentang semangat, optimisme, dan kebersamaan. Terima kasih kepada Presiden Prabowo atas komitmen luar biasa yang beliau tunjukkan. Dukungan ini sangat berarti bagi kami dan seluruh pencinta sepak bola nasional," ujar Erick menutup pernyataannya.

Di sisi lain, persaingan di lapangan juga menyuguhkan cerita menarik, salah satunya dari gelaran Piala AFF U-23. Pelatih Timnas U-23, Gerald Vanenburg, menggambarkan bahwa laga antara Indonesia dan Malaysia di ajang ini memiliki atmosfer yang tidak kalah panas dari derbi klasik Eropa. Bagi Vanenburg, rivalitas antara negara bertetangga selalu menghadirkan tensi tinggi dan daya tarik tersendiri.

Pertandingan antara Indonesia dan Malaysia menjadi penentu di fase grup A, di mana kedua tim bersaing memperebutkan tiket ke babak semifinal. Dengan Timnas Indonesia U-23 memimpin klasemen sementara dengan enam poin dari dua pertandingan, cukup satu hasil imbang untuk memastikan langkah mereka ke fase berikutnya.

"Ya, saya pikir Anda tahu bahwa negara-negara yang bertetangga itu selalu seperti derbi," ujar Vanenburg ketika dimintai pendapatnya mengenai tensi laga melawan Malaysia.

Vanenburg sendiri bukan sosok asing dalam atmosfer pertandingan sarat gengsi. Sebagai mantan pemain Timnas Belanda, ia sudah terbiasa menghadapi rival berat seperti Jerman dan Belgia. Pengalaman tersebut membuatnya paham betul bagaimana membangun mental dan strategi dalam pertandingan yang penuh tekanan seperti ini.

"Saya juga pernah bermain melawan Jerman dan Belgia, jadi saya tahu bahwa ini juga pertandingan penting," lanjutnya.

Namun, meski menyadari pentingnya rivalitas, Vanenburg tetap menekankan pentingnya menghormati lawan dan menjaga sportivitas dalam bertanding. Ia berharap Timnas Indonesia U-23 bisa menunjukkan performa terbaiknya dan meraih hasil sesuai harapan publik.

"Tapi menurut saya yang paling penting adalah kami punya rasa hormat kepada Malaysia U-23 dan kami mencoba mengalahkan mereka dengan cara yang kami inginkan," pungkasnya.

Keberhasilan Timnas Indonesia U-23 dalam mengamankan posisi puncak klasemen memperkuat keyakinan bahwa Indonesia kini berada pada jalur yang tepat dalam pembinaan sepak bola usia muda. Dengan fondasi yang kuat dan dukungan pemerintah, impian untuk membawa sepak bola nasional ke level yang lebih tinggi bukan lagi sekadar wacana.

Momentum besar ini juga mempertegas bahwa transformasi sepak bola bukan hanya tanggung jawab federasi atau pelatih semata, melainkan membutuhkan sinergi dari semua pihak, mulai dari pemerintah, swasta, hingga dukungan nyata masyarakat sebagai suporter setia.

Dengan semangat kebersamaan dan semarak kompetisi yang ditunjukkan selama bulan Juli, Indonesia memperlihatkan bahwa sepak bola lebih dari sekadar permainan. Ia telah menjadi bagian dari identitas dan harapan bangsa untuk terus maju dan bersinar di pentas dunia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index