BBM

Persaingan SPBU Makin Ketat di Tengah Kenaikan Harga BBM

Persaingan SPBU Makin Ketat di Tengah Kenaikan Harga BBM
Persaingan SPBU Makin Ketat di Tengah Kenaikan Harga BBM

JAKARTA - Di tengah tren kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi yang terjadi secara serentak di berbagai stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) pada bulan Juli ini, berbagai penyedia BBM berlomba menawarkan strategi terbaik agar tetap kompetitif di mata konsumen. Dari penyesuaian harga hingga program promosi, persaingan antar SPBU semakin terasa, terutama di wilayah padat kendaraan seperti Jakarta, Jawa Barat, hingga Bali.

Salah satu bentuk strategi yang cukup menarik perhatian adalah pemberian promo BBM gratis yang dilakukan oleh SPBU BP AKR. Di tengah situasi harga yang mengalami penyesuaian ke atas, BP AKR justru memberikan kesempatan kepada konsumen mobil untuk mendapatkan BBM secara cuma-cuma sebanyak satu liter, setelah melakukan pembelian minimal 25 liter. Skema ini tentu menjadi angin segar bagi pengemudi, sekaligus mencerminkan langkah taktis dalam mempertahankan loyalitas pelanggan.

Sementara itu, SPBU Pertamina sebagai pemain dominan dalam pasar energi nasional juga melakukan penyesuaian harga yang berlaku sejak 1 Juli. Berdasarkan penyesuaian tersebut, harga BBM non-subsidi Pertamax Series dan Dex Series kembali mengalami kenaikan, meski sebelumnya pada Mei sempat diturunkan.

Langkah Pertamina tersebut didasarkan pada Keputusan Menteri ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022, yang merupakan perubahan dari Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020. Kebijakan ini menetapkan formula harga dasar dalam perhitungan harga jual eceran untuk jenis bensin dan minyak solar, yang disalurkan melalui SPBU.

Berikut adalah rincian harga terbaru BBM non-subsidi di SPBU Pertamina:

Pertamax (RON 92): Rp 12.500 per liter

Pertamax Green (RON 95): Rp 13.250 per liter

Pertamax Turbo (RON 98): Rp 13.500 per liter

Dexlite (CN 51): Rp 13.320 per liter

Pertamina Dex (CN 53): Rp 13.650 per liter

Pertamax di Pertashop: Rp 12.400 per liter

Harga ini berlaku untuk wilayah-wilayah utama seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara.

Kenaikan harga BBM tidak hanya terjadi di Pertamina. Shell Indonesia juga turut menyesuaikan harga jual bahan bakarnya. Mengutip data dari situs resmi perusahaan, Shell mencatat kenaikan sekitar Rp 400 hingga Rp 500 per liter untuk beberapa produknya.

Adapun rincian harga BBM Shell mulai 1 Juli adalah sebagai berikut:

Shell Super: Rp 12.810 per liter

Shell V-Power: Rp 13.300 per liter

Shell V-Power Diesel: Rp 13.830 per liter

Shell V-Power Nitro+: Rp 13.540 per liter

Penyesuaian ini berlaku di berbagai wilayah seperti Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.

Selain itu, SPBU Vivo juga mengikuti tren dengan menetapkan harga terbaru untuk produk BBM mereka. Harga BBM Revvo series per Juli adalah:

Revvo 90: Rp 12.730 per liter

Revvo 92: Rp 12.810 per liter

Revvo 95: Rp 13.300 per liter

Diesel Primus Plus: Rp 13.800 per liter

SPBU BP AKR pun tak tertinggal dalam menetapkan harga barunya:

BP Ultimate: Rp 13.300 per liter

BP 92: Rp 12.600 per liter

BP Ultimate Diesel: Rp 13.800 per liter

Yang menarik dari BP AKR adalah keberadaan program diskon satu liter gratis, yang berlaku untuk pembelian BBM sebanyak 25 liter. Penawaran ini hanya berlaku untuk kendaraan roda empat, dan menjadi bentuk kompensasi yang cukup kompetitif di tengah fluktuasi harga.

Perbedaan strategi yang diambil masing-masing SPBU dalam merespons kenaikan harga menunjukkan bagaimana sektor hilir industri energi di Indonesia mulai semakin dinamis. Ketika penyesuaian harga menjadi keniscayaan akibat pengaruh global dan formula perhitungan pemerintah, maka inovasi dalam pelayanan menjadi pembeda utama.

Promo-promo seperti BBM gratis atau potongan harga langsung menjadi alat pemasaran yang efektif, terutama dalam membangun persepsi positif dan memperkuat daya tarik di tengah persaingan.

Namun demikian, konsumen tetap dihadapkan pada dilema klasik: memilih harga termurah atau layanan terbaik? Bagi sebagian pengguna, terutama yang sensitif terhadap pengeluaran bahan bakar harian, promo diskon meski kecil tetap menjadi nilai tambah yang signifikan. Sedangkan untuk pengguna kendaraan yang mengutamakan performa mesin, produk dengan RON atau CN lebih tinggi meski lebih mahal sering kali jadi pilihan utama.

Tingginya fluktuasi harga BBM ini juga memberikan sinyal kuat bahwa masyarakat perlu semakin adaptif dalam merencanakan anggaran transportasi, serta mulai mempertimbangkan alternatif lain seperti kendaraan listrik atau transportasi umum jika tren harga terus bergerak naik dalam jangka panjang.

Pada akhirnya, dinamika pasar BBM non-subsidi di Indonesia bukan hanya soal angka rupiah per liter, tetapi juga menjadi cerminan bagaimana industri energi nasional menyeimbangkan antara regulasi, kompetisi bisnis, dan kebutuhan konsumen yang semakin cerdas serta selektif.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index