JAKARTA - Minyak nilam, atau dikenal juga sebagai minyak atsiri, semakin menunjukkan potensi besar sebagai salah satu komoditas unggulan dari Sulawesi Utara. Melihat tren tersebut, Rumah BUMN Minahasa Selatan yang merupakan bagian dari PT Pertamina mengambil inisiatif menggelar seminar kecil tentang penyulingan nilam di Desa Lopana, Kecamatan Amurang Timur.
Seminar ini tidak hanya ditujukan untuk memberikan pemahaman teknis kepada petani dan pelaku usaha lokal, tetapi juga untuk memperkuat posisi minyak nilam sebagai produk berkualitas tinggi yang mampu bersaing di pasar ekspor.
Lucky Mingkid, Supervisor Rumah BUMN Minahasa Selatan, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan mengenalkan metode penyulingan nilam yang efektif dan menghasilkan kualitas terbaik.
- Baca Juga Laba Jasa Marga Naik di Semester I 2025
“Ya, seminar kecil tentang penyulingan Nilam di Desa Lopana Kecamatan Amurang Timur dalam rangka metode dan cara lainnya. Maksudnya, bagaimana menjadi minyak Aksiri dengan baik serta berkualitas,” ujar Lucky Mingkid.
Meski skalanya terbatas, ia optimistis seminar ini akan berdampak besar terhadap pengembangan industri nilam lokal. Peserta yang hadir terdiri dari para petani nilam, pelaku usaha, hingga mahasiswa program kerja lapangan dari Universitas Sam Ratulangi Manado.
“Ya, pengusaha dan petani Nilam serta mahasiswa PKL Unsrat Manado bisa melihat sendiri apa dan maksud penyulingan Nilam tersebut. Melalui Rumah BUMN Minahasa Selatan, tentunya yang mengetahui serta cara kerja agar bisa dengan cepat mensukseskan penyulingan tersebut,” lanjutnya.
Rumah BUMN Minahasa Selatan, menurut Lucky, memiliki peran strategis dalam memfasilitasi pelaku usaha kecil agar mampu naik kelas. Dukungan yang diberikan tidak hanya terbatas pada pelatihan teknis, tetapi juga mencakup akses promosi, pameran, dan peluang ekspor.
“Bahkan, Rumah BUMN Minahasa Selatan adalah anak dari PT Pertamina Ltd menjelaskan, keikutsertaan pelaku usaha bisa naik kelas. Kami di sini, melalui Rumah BUMN Minahasa Selatan siap membantu agar supaya bisa diekspor,” tegasnya.
Lebih lanjut, Lucky menjelaskan bahwa pihaknya terus mendorong pelaku usaha untuk memperluas jangkauan pasar. Hal ini termasuk mempersiapkan legalitas usaha, mengikuti pameran lokal hingga internasional, serta menyesuaikan standar produk agar dapat diterima di pasar global.
“Olehnya, bahwa melalui Rumah BUMN Minahasa Selatan akan kembangkan agar perusahaan bisa lolos. Tentunya, langkah tersebut akan berjalan seiring keinginan dan kerinduan kita melalui usaha mendapatkan legitimasi produksi,” tambahnya.
Salah satu narasumber yang hadir dalam seminar, Edwin Lonteng, turut memberikan penekanan pada pentingnya kualitas dalam proses pascapanen. Ia menyoroti bagaimana waktu panen, pengeringan, serta proses penyulingan sangat memengaruhi hasil akhir dari minyak nilam.
“Yaitu, mulai dari penjumuram dan pengepakan. Jadi, dalam 30 kg gabah kering menghasilkan 1 kg minyak Nilam. Tetapi, 15 kg gabah kering bisa menghasilkan 1 kg minyak Nilam lagi. Dengan demikian, bahwa ini bukan dibuat-buat saja. Namun, hal tersebut adalah bagaimana kita mencoba guna mendapatkan hasilnya dengan baik,” ungkap Lonteng.
Pemaparan teknis ini menjadi bagian penting dari upaya menyamakan pemahaman antara pelaku industri dan petani dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Salah satu peserta seminar, Tonny Rengkung, petani asal Buyungon Kecamatan Amurang, mengaku mendapat banyak wawasan baru dari kegiatan tersebut. Meski masih baru dalam budidaya nilam, ia optimistis dengan adanya dukungan dari Rumah BUMN, petani kecil bisa lebih sejahtera.
“Sejujurnya kita harus menerima Supervisor Rumah BUMN Minahasa Selatan Lucky Mingkid biar kiranya membuka jalur hingga keluar,” ucap Tonny.
Ia berharap agar harga nilam ke depan bisa lebih tinggi dan kompetitif di pasar lokal maupun internasional, sehingga usaha tani menjadi lebih menjanjikan secara ekonomi.
“Agar supaya, kita petani kecil akan tahu bagaimana mengangkat harga Nilam lebih tinggi dari sekarang. Tentunya, Rumah BUMN Minahasa Selatan mampu mengfasitasi usaha Nilam hingga keluar,” tambahnya.
Inisiatif seminar kecil ini menunjukkan bahwa upaya memberdayakan petani dan pelaku UMKM tidak harus selalu dalam skala besar. Pendekatan langsung dan kontekstual yang dilakukan Rumah BUMN Minahasa Selatan terbukti mampu menjembatani kebutuhan teknis dan peluang usaha secara praktis.
Dengan semakin banyaknya perhatian terhadap komoditas minyak nilam, diharapkan daerah seperti Minahasa Selatan dapat menjadi sentra produksi yang kompetitif. Langkah-langkah pembinaan dan fasilitasi yang konsisten akan menjadi fondasi penting dalam membangun ekosistem pertanian nilam yang berkelanjutan dan berdampak luas bagi ekonomi lokal.