Danantara

Danantara Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik Nasional

Danantara Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik Nasional
Danantara Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik Nasional

JAKARTA - Transformasi menuju transportasi ramah lingkungan semakin terasa di Indonesia. Salah satu pendorongnya adalah semakin meluasnya penggunaan kendaraan listrik (EV) yang kian menjadi pilihan masyarakat. Fenomena ini bukan hanya sekadar tren sesaat, tetapi juga sinyal bahwa arah industri otomotif tanah air mulai beralih ke teknologi rendah emisi.

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) melihat momentum ini sebagai peluang besar. Melalui berbagai inisiatif dan kolaborasi, Danantara mendorong percepatan ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Dalam unggahan resmi di akun Instagram @danantara.indonesia, perusahaan ini memaparkan bahwa jumlah kendaraan listrik di Indonesia mengalami lonjakan tajam dalam beberapa tahun terakhir. Data yang mereka rilis menunjukkan, pada tahun 2020 jumlah EV yang beroperasi di jalan raya Indonesia baru mencapai 125 unit. Namun, hanya empat tahun berselang, angka itu meroket menjadi lebih dari 43 ribu unit.

“Di Indonesia tren ini semakin nyata dari hanya 125 unit EV yang mengaspal pada 2020, melonjak jadi lebih dari 43.000 unit di 2024,” tulis Danantara dalam publikasinya.

Lonjakan tersebut sejalan dengan komitmen berbagai perusahaan pelat merah di bawah naungan Danantara. BUMN terlibat aktif dalam menciptakan ekosistem kendaraan listrik yang menyeluruh. Mulai dari penyediaan bahan baku, pengembangan teknologi baterai, hingga membangun infrastruktur pengisian daya, semuanya dikerjakan secara terintegrasi.

“Ini lah langkah menuju industri hijau dan masa depan rendah emisi,” lanjut Danantara dalam unggahannya.

Peran BUMN dari Hulu hingga Hilir

Pembangunan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tidak lepas dari kerja sama lintas sektor, termasuk kontribusi besar BUMN yang berperan di setiap rantai nilai.

Di sektor hulu, MIND ID menjadi garda depan dalam mengelola cadangan mineral strategis. Nikel, alumina, dan tembaga yang dikelola perusahaan ini merupakan bahan baku utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Melalui anak usaha PT Antam Tbk dan Indonesia Battery Corporation (IBC), MIND ID terlibat dalam proyek besar Ekosistem Baterai Listrik bersama mitra internasional, salah satunya perusahaan asal China, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL).

Sementara di sektor hilir, PLN menjadi tulang punggung penyediaan infrastruktur pengisian daya. Hingga kini, PLN telah membangun 4.062 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang tersebar di 2.702 lokasi. Jangkauannya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, hingga Papua. Keberadaan SPKLU ini memudahkan pemilik EV untuk melakukan pengisian daya di berbagai titik strategis.

Tak ketinggalan, Pertamina juga memiliki peran dalam pengembangan energi yang mendukung operasional kendaraan listrik, baik melalui riset energi bersih maupun pengelolaan rantai pasok yang efisien.

Menuju Industri Hijau dan Rendah Emisi

Ekspansi ekosistem EV ini bukan sekadar pengembangan teknologi otomotif, tetapi juga bagian dari upaya mencapai target lingkungan nasional. Dengan semakin banyaknya kendaraan listrik, potensi pengurangan emisi gas buang kendaraan bermotor akan semakin besar.

Langkah ini sejalan dengan visi pemerintah untuk membentuk industri hijau yang berkelanjutan. Keterlibatan BUMN dalam proyek ini mempercepat proses transisi energi sekaligus membuka peluang investasi baru di bidang teknologi bersih.

Bagi Danantara, keterpaduan dari seluruh sektor mulai dari pengelolaan sumber daya alam hingga penyediaan fasilitas pengguna merupakan kunci agar kendaraan listrik bisa diterima luas oleh masyarakat. Infrastruktur yang memadai, harga yang terjangkau, dan ketersediaan teknologi yang andal akan menentukan keberhasilan jangka panjang.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski perkembangan pesat sudah terlihat, perjalanan menuju ekosistem kendaraan listrik yang matang di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Biaya produksi baterai yang masih tinggi, keterbatasan jumlah SPKLU di beberapa daerah, serta kebutuhan akan kebijakan insentif yang konsisten menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Namun, Danantara optimistis bahwa dengan sinergi antara pemerintah, BUMN, swasta, dan masyarakat, hambatan tersebut dapat diatasi. Setiap pihak memiliki peran penting, baik dalam riset dan inovasi, pembangunan infrastruktur, maupun edukasi publik tentang manfaat dan keunggulan kendaraan listrik.

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan juga menjadi faktor pendukung. Semakin banyak orang yang peduli pada jejak karbon pribadi, semakin besar pula peluang kendaraan listrik untuk menjadi pilihan utama di masa depan.

Sinergi Menuju Masa Depan

Data yang dipaparkan Danantara bukan hanya sekadar catatan statistik, melainkan bukti nyata bahwa Indonesia tengah berada di jalur percepatan transformasi transportasi. Lonjakan jumlah kendaraan listrik dalam waktu singkat menunjukkan adanya potensi pasar yang besar, dan ekosistem yang sedang dibangun akan menjadi pondasi kuat bagi pertumbuhan berikutnya.

Dengan langkah terencana dan kolaborasi yang solid, Indonesia berpeluang menjadi salah satu pemain utama dalam industri kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara. Ekosistem yang kokoh, didukung sumber daya alam melimpah, teknologi yang terus berkembang, serta komitmen kuat dari BUMN, menjadi modal besar untuk mencapai target tersebut.

Danantara menegaskan, perjalanan ini tidak akan berhenti pada sekadar peningkatan jumlah kendaraan listrik di jalan raya. Tujuan besarnya adalah membangun masa depan transportasi yang bersih, efisien, dan ramah lingkungan, demi generasi mendatang yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index