JAKARTA - Pertumbuhan kredit perbankan menunjukkan tren positif, menandakan daya tahan sektor keuangan domestik dalam menghadapi dinamika ekonomi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga pertengahan tahun ini, kredit perbankan tumbuh 7,77 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp8.059,79 triliun. Kondisi ini sekaligus menunjukkan peran bank dalam mendukung aktivitas ekonomi, baik dari sisi konsumsi masyarakat maupun investasi korporasi.
Selain pertumbuhan kredit, kualitas aset perbankan juga tetap terjaga. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross tercatat 2,22 persen, sedangkan NPL net berada di level 0,84 persen. Angka ini menegaskan bahwa bank-bank di Indonesia mampu menjaga portofolio kredit tetap sehat, sekaligus meminimalkan risiko kerugian akibat kredit macet.
Pemantauan Berkelanjutan Menjadi Kunci
- Baca Juga KUR BRI 2025, Pinjaman UMKM Tanpa Ribet
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menekankan bahwa pemantauan kinerja perbankan dilakukan secara berkelanjutan melalui berbagai instrumen pengawasan. Salah satunya adalah evaluasi Rencana Bisnis Bank (RBB) dan revisinya, yang menjadi acuan dalam menilai strategi dan proyeksi bank.
Selain itu, OJK secara triwulanan rutin melaksanakan Survei Orientasi Bisnis Perbankan (SBPO) untuk memahami pandangan industri perbankan terhadap kondisi ekonomi, risiko, dan kecenderungan bisnis di masa mendatang. Survei ini membantu OJK menilai kesesuaian antara optimisme perbankan dengan kondisi fundamental ekonomi yang sebenarnya.
“OJK juga meminta perbankan untuk senantiasa memantau dampak kebijakan global maupun domestik terhadap kondisi ekonomi, khususnya kinerja debitur. Bank diminta rutin melakukan stress test agar mitigasi risiko dapat dilakukan tepat sasaran,” jelas Dian.
Faktor Penguatan Optimisme Perbankan
Optimisme perbankan terhadap perekonomian nasional didorong oleh sejumlah faktor eksternal dan domestik. Di antaranya, kesepakatan tarif impor Amerika Serikat terhadap produk Indonesia, penurunan BI Rate, percepatan belanja pemerintah, serta program-program yang diyakini mampu mendukung penyaluran kredit, menjaga stabilitas pangan, dan mempertahankan daya beli masyarakat.
Program pemerintah yang bisa dimanfaatkan bank, menurut Dian, termasuk Koperasi Merah Putih (KMP) yang disokong dana pemerintah, pembangunan tiga juta unit perumahan, serta program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program-program tersebut tidak hanya berdampak sosial, tetapi juga membuka peluang pengembangan usaha, memperkuat pertumbuhan kredit, dan meningkatkan pembiayaan.
Menghadapi Ketidakpastian Global
OJK menegaskan, meski prospek kredit menunjukkan tren positif, ketidakpastian global tetap menjadi perhatian. Dampak pergeseran kebijakan ekonomi dunia, fluktuasi suku bunga, maupun risiko geopolitik dimonitor secara intensif untuk menjaga stabilitas sistem perbankan. Pemantauan ini penting agar fungsi intermediasi perbankan tetap berjalan optimal dan mampu menopang perekonomian nasional.
Selain itu, pengawasan OJK juga memastikan bank melakukan mitigasi risiko secara tepat, baik melalui pemantauan kinerja debitur, diversifikasi portofolio kredit, maupun strategi pengelolaan likuiditas. Dengan demikian, sektor perbankan tidak hanya tumbuh, tetapi juga solid menghadapi berbagai guncangan ekonomi.
Peran Intermediasi Perbankan
Kredit yang tumbuh 7,77 persen menunjukkan peran bank sebagai penggerak ekonomi. Intermediasi perbankan yang sehat memungkinkan dana masyarakat tersalurkan ke sektor produktif, mendukung ekspansi usaha, serta memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Rasio NPL yang terkendali menegaskan kualitas manajemen risiko dan efektivitas pengawasan internal bank, sehingga sektor ini tetap menjadi pilar stabilitas ekonomi.
Selain itu, program pemerintah dan kebijakan fiskal yang mendukung turut menjadi katalis bagi pertumbuhan kredit. Keselarasan antara kebijakan makroekonomi dan strategi perbankan memperkuat ekosistem keuangan yang sehat, menciptakan ruang bagi bank untuk menyalurkan kredit secara aman dan efektif.
Strategi Bank dalam Memitigasi Risiko
Dalam menghadapi tantangan ekonomi, bank diminta untuk melakukan strategi mitigasi risiko yang menyeluruh. Dian Ediana Rae menekankan pentingnya stress test dan evaluasi berkala, agar potensi risiko dapat teridentifikasi lebih awal. Strategi ini mencakup pemantauan debitur, pengelolaan likuiditas, diversifikasi portofolio, dan pengawasan terhadap eksposur kredit yang sensitif terhadap kondisi eksternal maupun domestik.
Langkah-langkah tersebut memungkinkan bank mempertahankan keseimbangan antara pertumbuhan kredit dan kualitas aset, sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan.
Kinerja kredit perbankan yang tumbuh 7,77 persen hingga pertengahan tahun, disertai NPL yang terkendali, menunjukkan stabilitas sektor keuangan Indonesia. Pemantauan berkelanjutan, pengawasan risiko, dan sinergi dengan program pemerintah menjadi faktor penting dalam menjaga intermediasi perbankan tetap optimal.
OJK memastikan bank tetap sehat dan tangguh menghadapi dinamika ekonomi global maupun domestik. Dengan pertumbuhan kredit yang solid dan strategi mitigasi risiko yang matang, sektor perbankan siap terus mendukung perekonomian nasional, sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan.