Kemenangan Spektakuler Ilia Topuria di UFC 317 Picu Tuntutan Baru di Kelas Ringan

Rabu, 02 Juli 2025 | 09:50:29 WIB
Kemenangan Spektakuler Ilia Topuria di UFC 317 Picu Tuntutan Baru di Kelas Ringan

JAKARTA - Sorotan dunia olahraga bela diri campuran kembali tertuju pada Oktagon UFC setelah petarung keturunan Spanyol-Georgia, Ilia Topuria, mencatatkan kemenangan sensasional yang mengguncang divisi ringan. Pertarungan yang berlangsung di T-Mobile Arena, Nevada, pada Minggu 29 JUNI 2025 itu tidak hanya mempertegas dominasi Topuria di arena pertarungan, tetapi juga memantik berbagai tuntutan dan ekspektasi baru terhadap dirinya.

Ilia Topuria berhasil mengalahkan mantan juara dunia Charles Oliveira lewat kemenangan knockout (KO) yang mengejutkan. Keberhasilannya itu membuat namanya kian bersinar dalam daftar elite Ultimate Fighting Championship (UFC), sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai pemegang sabuk juara dunia kelas ringan terbaru. Gelar ini tak hanya prestisius, tapi juga membawa dampak besar bagi masa depan karier Topuria dan dinamika divisi lightweight secara keseluruhan.

La Leyenda Resmi Menjadi Penguasa Baru Divisi Lightweight

Dikenal dengan julukan "La Leyenda", Ilia Topuria tampil sangat impresif di malam pertandingan. Dengan kombinasi teknik striking presisi, kecepatan, dan strategi yang matang, ia berhasil memukul jatuh Oliveira yang sejauh ini dikenal sebagai salah satu petarung paling berbahaya di divisi ringan.

Pertarungan yang banyak diprediksi berlangsung ketat justru berakhir lebih cepat dari perkiraan. Serangan bertubi-tubi dari Topuria di ronde kedua membuat Oliveira tak mampu bangkit, memaksa wasit menghentikan pertandingan dan menetapkan kemenangan KO mutlak bagi Topuria.

Dengan kemenangan tersebut, Topuria resmi menggenggam sabuk juara kelas ringan UFC, sebuah pencapaian yang memantapkannya di puncak karier sejauh ini. Seiring dengan gelar tersebut, tanggung jawab besar kini ada di pundaknya untuk mempertahankan posisi di tengah persaingan yang ketat.

Tuntutan Pertarungan Besar Mengemuka

Tak butuh waktu lama, kemenangan Topuria langsung memunculkan reaksi dari berbagai kalangan. Baik pengamat, petarung, maupun penggemar, mulai mengajukan nama-nama besar yang layak menjadi lawan berikutnya bagi sang juara baru. Di antaranya adalah Islam Makhachev, Justin Gaethje, hingga Dustin Poirier yang disebut-sebut masih memiliki hasrat untuk kembali bertarung memperebutkan sabuk.

Tuntutan-tuntutan itu tentu menjadi perhatian bagi Dana White, Presiden UFC, yang dipastikan akan mempertimbangkan berbagai skenario menarik demi menjaga dinamika dan nilai komersial divisi ringan.

Topuria sendiri tampak tenang menanggapi antusiasme besar ini. Dalam wawancara seusai pertandingan, ia menyatakan siap menghadapi siapa pun yang menjadi penantang berikutnya. “Saya tidak memilih lawan. Siapa pun yang terbaik, mari bertarung. Ini tentang warisan, tentang menjadi yang terbaik di antara yang terbaik,” tegas Topuria.

Kemenangan yang Mengubah Lanskap Divisi

Kemenangan Topuria juga dianggap sebagai pergeseran kekuatan dalam divisi lightweight UFC. Sebelumnya, nama-nama seperti Oliveira, Makhachev, dan Chandler mendominasi peta persaingan. Namun kini, dengan hadirnya Topuria sebagai wajah baru divisi ini, babak baru pun dimulai.

Para analis menilai gaya bertarung Topuria yang agresif namun disiplin adalah kombinasi ideal untuk menghadapi beragam gaya dari lawan-lawannya di masa mendatang. Ia juga dikenal sebagai petarung yang mampu tampil konsisten baik dalam pertarungan di darat (grappling) maupun berdiri (striking).

“Dia tidak hanya kuat secara fisik, tapi juga cerdas dalam membaca situasi di Oktagon. Ini yang membuat Topuria berbeda,” ujar analis UFC, Michael Bisping.

Respons Komunitas MMA dan Penggemar

Kemenangan Topuria langsung mendapat sambutan luas dari komunitas Mixed Martial Arts (MMA). Media sosial dipenuhi dengan ucapan selamat, analisis teknis, hingga prediksi-prediksi calon lawan berikutnya. Banyak penggemar menantikan kemungkinan pertarungan antara Topuria dan Makhachev, yang dianggap sebagai duel ideal antara kekuatan dan teknik gulat khas Dagestan versus striking cepat ala Topuria.

Tidak sedikit pula yang membandingkan gaya bertarung Topuria dengan legenda-legenda UFC sebelumnya. Beberapa menyebutnya sebagai gabungan antara teknik GSP (Georges St-Pierre) dengan insting membunuh ala Conor McGregor saat berada di masa keemasannya.

Apa Selanjutnya untuk La Leyenda?

Dengan sabuk juara di tangannya, Topuria kini berada dalam posisi strategis untuk menentukan arah kariernya. Selain mempertahankan gelar, banyak pihak juga mendorongnya untuk memperluas pengaruhnya di luar Oktagon. Tawaran sponsorship, undangan wawancara, hingga kemungkinan merambah dunia hiburan diperkirakan akan segera berdatangan.

Namun sang juara menegaskan, fokus utamanya tetap pada pertarungan. “Saya mencintai olahraga ini. Ini bukan hanya tentang menang, tapi tentang bagaimana saya bisa terus berkembang sebagai petarung dan manusia,” ungkap Topuria dalam sesi jumpa pers.

Kesimpulan: Era Baru Dimulai di UFC Lightweight

Kemenangan Ilia Topuria atas Charles Oliveira bukan sekadar kemenangan biasa. Ini adalah simbol bergantinya rezim di divisi lightweight UFC. La Leyenda kini mengemban beban harapan baru: membuktikan bahwa dirinya memang layak menjadi penguasa dan membawa divisi ini ke era yang lebih kompetitif.

Dengan tantangan yang mulai berdatangan, dan ekspektasi dari seluruh dunia MMA yang terus meningkat, menarik untuk ditunggu bagaimana Ilia Topuria menulis lembaran baru dalam sejarah UFC sebagai juara dunia kelas ringan.

Terkini