JAKARTA - Di era modern ini, prestasi olahraga hanyalah sebagian dari formula kesuksesan seorang atlet profesional. Popularitas, citra pribadi, dan kekuatan pemasaran menjadi sama pentingnya—bahkan kadang lebih dominan daripada performa di lapangan. Forbes 2025 menjadi saksi bagaimana gambaran tersebut semakin jelas, dengan Cristiano Ronaldo kembali menempati posisi teratas sebagai atlet berpenghasilan tertinggi di dunia.
Forbes mencatat bahwa pendapatan Ronaldo tahun ini melampaui angka fantastis—hasil dari campuran gaji, bonus, dan kontrak komersial yang begitu besar. Meskipun masih aktif sebagai pesepak bola, pendapatan utamanya justru datang dari luar lapangan: iklan global, sponsor besar, dan platform media sosial yang terus meningkat kekuatannya. Sosial media-nya, yang memiliki ratusan juta pengikut di semua platform, menjadikannya entitas bisnis mandiri, bukan hanya seorang atlet.
Pencapaian ini bukan kebetulan. Ronaldo selalu piawai membangun brand pribadi yang tak lekang oleh waktu. Nama “CR7” kini melekat tak hanya pada sepak bola, tetapi juga pada lini pakaian, parfum, dan produk gaya hidup. Setiap posting Instagram atau video TikTok-nya mampu menghasilkan jutaan impresi, sehingga brand endorsement bukan hanya penghasilan ekstra, tapi sumber pendapatan utama. Forbes mencatat lonjakan dalam kategori lisensi dan sponsor, yang menempatkan Ronaldo jauh di atas rekan-rekan atlet lain yang hanya mengandalkan gaji kontrak.
- Baca Juga Megawati Ukir Sejarah di Liga Voli Turki
Lebih dari sekadar angka, posisi teratas ini menunjukkan bagaimana Ronaldo berhasil memanfaatkan status globalnya. Dia bukan hanya seorang pemain sepak bola, melainkan ikon pop culture. Film dokumenter, kampanye sosial, serta kolaborasinya dengan brand fashion dan teknologi semakin memperluas sumber pemasukan. Bahkan ketika Ronaldo tidak bermain, engagement dan potensi bisnisnya tetap tinggi—indikator bahwa nama dan citranya kini bernilai komersial luar biasa.
Sementara banyak atlet lain berjuang menjaga performa agar tetap relevan, Ronaldo tampak unggul dalam dua arena sekaligus: di lapangan dan di meja negosiasi. Kontrak sepak bola yang terus ia perbarui, terakhir ke Al-Nassr di Arab Saudi, masih menghasilkan jutaan dolar per musim. Namun bukan gaji klub yang menahannya di daftar Forbes. Justru, kontrak endorsement—Volkswagen, Nike, Clear, Herbalife, hingga perusahaan teknologi—membawa penghasilan yang bahkan melebihi gaji sepak bolanya.
Di sisi media sosial dan digital, Ronaldo juga menjadi rujukan model ekonomi influencer olahraga. Ia menggandeng perusahaan kripto dan NFT, merilis koleksi digital, serta membentuk startup teknologi olahraga. Semua ini mencerminkan komitmennya untuk terus berada di depan dalam inovasi, menjaga relevansi dan pendapatan dalam lanskap olahraga dan bisnis.
Ronaldo bukan satu-satunya atlet dalam daftar Forbes. Masih banyak atlet lain—LeBron James, Lionel Messi, Naomi Osaka, dan Roger Federer—yang mendominasi pendapatan global. Namun trend yang menarik adalah, kesuksesan mereka di luar lapangan bervariasi. LeBron masih mengandalkan gaji NBA, sekaligus kolaborasi film dan usaha media. Messi baru mulai mengembangkan brand pribadinya setelah kepindahan ke liga Amerika Serikat. Federer sedang membangun usaha jam tangan dan brand fashion. Sementara Naomi Osaka memilih jalur yang lebih fokus pada sponsorship dan citra sosial ketimbang aksi lapangan.
Trend ini menggarisbawahi satu hal penting: olahraga profesional kini menuntut multi-peran. Atlet bukan lagi hanya bertugas mencetak gol atau mencetak poin. Mereka harus pandai berbicara di media, memilih mitra bisnis, dan membentuk narasi personal yang autentik. Ronaldo menjadi proyeksi sempurna dari hal tersebut—ia bermain di klub mana pun, tetap ditemukan di layar iklan, kampanye global, bahkan talk show.
Namun, muncul pertanyaan: apakah strategi seperti ini berkelanjutan? Apakah seorang Ronaldo nantinya bisa menjadi legenda komersial sepanjang masa, seperti Muhammad Ali atau Michael Jordan? Ali menolak iklan produk alkohol meski bisa membayar mahal, sementara Jordan membangun brand Air Jordan yang kini bernilai miliaran. Siapa yang tahu apakah Ronaldo akan menyiapkan brand lifestyle yang setara dan survive puluhan tahun? Jawabannya masih terbuka, tergantung ia mampu mempertahankan citra positif, serta terus berinovasi di dunia yang makin cepat berganti.
Tetapi jika melihat jejak karier dan strategi bisnisnya sejauh ini—akses ke brand papan atas, kehadiran digital unggul, serta kontrak sepak bola yang luar biasa besar—Ronaldo punya peluang besar untuk menjadi rujukan global tentang apa arti sukses sebagai atlet modern. Bersyukurlah dunia olahraga memiliki figur yang tidak hanya menghibur di lapangan, tetapi juga terlibat aktif dalam ekonomi global, merepresentasikan nilai-nilai profesionalisme, kerja keras, dan inovasi tanpa henti.
Secara keseluruhan, Forbes 2025 memperlihatkan bahwa kunci kekayaan atlet masa kini bukan hanya terletak di keahlian teknis olahraga. Skill personal branding, kepribadian yang menarik sponsor, dan kemampuan masuk ke model bisnis baru sama pentingnya—bahkan bisa menjadi penghasil utama. Ronaldo berada di puncak model ekonomi ini, memadukan tilikan legenda lapangan dengan daya tarik komersial yang nyata, dan mengajarkan bahwa era baru olahraga adalah era integrasi antara performa di lapangan dan tindakan bisnis nyata di panggung ekonomi global.