Kemenkes Pastikan Pelayanan Kesehatan Haji 2025 Berjalan Optimal

Senin, 14 Juli 2025 | 09:49:12 WIB
Kemenkes Pastikan Pelayanan Kesehatan Haji 2025 Berjalan Optimal

JAKARTA - Kepulangan Kloter KJT 28 ke Tanah Air menjadi penanda akhir dari operasional layanan kesehatan haji Indonesia tahun 1446 H/2025 M di Arab Saudi. Penutupan ini sekaligus menandai selesainya operasional Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Daerah Kerja Madinah, sebagai fase akhir pelayanan medis selama musim haji.

Momentum penutupan layanan ini bukan sekadar simbol administratif, melainkan juga titik refleksi atas berbagai capaian dan tantangan yang dihadapi. Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi, Mohammad Imran, dalam sambutannya menegaskan bahwa seluruh pelayanan kesehatan haji Indonesia di Arab Saudi telah resmi berhenti beroperasi.

Salah satu pencapaian utama dari operasional layanan kesehatan tahun ini adalah menurunnya jumlah jemaah wafat dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan data Siskohatkes, tercatat 446 jemaah wafat. Angka ini menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan 2024 yang mencapai 461 orang. Imran menyatakan bahwa hal ini merupakan indikasi positif dari efektivitas upaya preventif dan penanganan medis yang dilakukan selama musim haji.

"Artinya, upaya preventif dan penanganan yang dilakukan selama haji menunjukkan hasil yang baik,” imbuhnya.

Dalam 70 hari masa operasional, sebanyak 1.710 jemaah sempat dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Tiga diagnosis terbanyak meliputi pneumonia, diabetes melitus, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Di sisi lain, pelayanan kefarmasian juga mencapai angka signifikan, dengan 12.396 layanan diberikan. Obat yang paling banyak digunakan tercatat sebagai tablet kombinasi flu dan batuk.

Di Madinah, KKHI melayani 241 jemaah baik untuk perawatan rawat jalan maupun rawat inap. Jenis penyakit yang paling banyak ditangani serupa dengan temuan di RSAS: pneumonia, hipertensi, dan diabetes melitus.

Meski layanan KKHI secara resmi telah ditutup, tim Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Bidang Kesehatan tetap melanjutkan tugas mereka untuk memantau dan melakukan visitasi terhadap 43 jemaah yang masih menjalani perawatan di RSAS hingga keseluruhan tim kembali ke Indonesia.

Namun, keberhasilan layanan tahun ini bukan tanpa tantangan. Salah satu yang cukup signifikan adalah penyesuaian terhadap kebijakan baru dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi. Imran mengungkapkan bahwa keterbatasan izin operasional KKHI yang hanya mengakomodasi layanan rawat jalan serta pembatasan jumlah klinik sektor menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas.

“Informasi tentang kebijakan tersebut kurang jelas sejak awal, sehingga sempat menghambat pelaksanaan tugas. Bahkan, kami kerap mengalami inspeksi mendadak saat layanan sudah berjalan,” ujar Imran.

Meskipun demikian, KKHI di Makkah, Madinah, dan pos kesehatan satelit di pemondokan tetap dapat memberikan layanan dengan optimal. Salah satu keberhasilan signifikan adalah pelaksanaan program tanazul yaitu pemulangan dini jemaah karena alasan kesehatan. Program ini terlaksana dengan lancar dan seluruh jemaah yang dipulangkan selamat sampai di Tanah Air, meskipun beberapa di antaranya masih membutuhkan perawatan lanjutan.

“Saya melihat program tanazul berjalan sangat baik. Tidak ada yang berhenti di tengah jalan. Ini buah dari koordinasi yang baik antara Daker Makkah, Madinah, dan Bandara,” tambahnya.

Sebagai bentuk apresiasi dan refleksi, Imran menyampaikan penghargaan kepada seluruh petugas kesehatan yang telah mengemban amanah dalam memberikan pelayanan terbaik bagi para jemaah. Ia juga mengajak seluruh tenaga kesehatan untuk terus bersyukur dan mengambil pelajaran dari proses yang telah dijalani.

“Jika dalam tugas masih ada kekurangan dalam pelayanan, mari kita perbanyak istighfar. Kita belajar dari setiap proses dan momen pelayanan ini,” ujarnya.

Menatap pelaksanaan haji tahun depan, evaluasi terhadap penyelenggaraan tahun ini menjadi krusial. Salah satu langkah konkret yang direncanakan adalah membangun komunikasi yang lebih baik dan intensif dengan Kementerian Kesehatan Arab Saudi. Imran menyebutkan bahwa perwakilan Kemenkes Arab Saudi dijadwalkan akan berkunjung ke Indonesia pada bulan Agustus untuk membahas persiapan pelayanan haji 2026 secara lebih rinci.

“Kami akan menyampaikan semua catatan dan evaluasi 2025 agar menjadi masukan yang konstruktif untuk kebijakan pelayanan kesehatan yang lebih baik,” pungkas Imran.

Dengan refleksi menyeluruh dan koordinasi lintas pihak yang lebih matang, layanan kesehatan haji ke depan diharapkan semakin adaptif dan responsif terhadap tantangan global maupun lokal. Para petugas kesehatan yang telah berjuang di garda depan pelayanan haji tahun ini membawa serta pengalaman penting untuk mematangkan sistem pelayanan di tahun-tahun mendatang.

Terkini