BMKG

BMKG Catat 5 Gempa Terbaru, Termasuk di Deiyai

BMKG Catat 5 Gempa Terbaru, Termasuk di Deiyai
BMKG Catat 5 Gempa Terbaru, Termasuk di Deiyai

JAKARTA - Wilayah Indonesia kembali menunjukkan dinamika aktivitas tektonik yang tinggi. Dalam laporan terkini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadinya lima gempa bumi terbaru, dengan salah satu gempa cukup signifikan berpusat di wilayah darat sekitar Kabupaten Deiyai, Papua Tengah.

Fenomena ini menjadi pengingat bahwa Indonesia memang berada di wilayah rawan gempa, mengingat posisinya yang dikelilingi oleh pertemuan tiga lempeng besar dunia, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik.

Salah satu gempa yang paling menonjol dalam catatan BMKG terjadi pada dini hari, tepatnya pukul 01:42:10 WIB. Gempa tersebut berkekuatan magnitude (M) 4,0 dan terletak di darat, berjarak sekitar 7 km ke arah tenggara dari pusat Kota Deiyai.

“Pusat gempa berada di darat 7 km tenggara Deiyai dan gempa ini dirasakan untuk diteruskan pada masyarakat,” tulis BMKG dalam situs resminya.

Gempa ini terjadi pada kedalaman 10 kilometer, yang tergolong sebagai gempa dangkal. Kendati demikian, berdasarkan data yang diterima, gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Ini menjadi kabar baik bagi masyarakat sekitar yang mungkin khawatir terhadap dampak lanjutan pascagempa.

Titik koordinat dari pusat gempa ditetapkan berada pada 4.10 Lintang Selatan (LS) dan 136.33 Bujur Timur (BT). Lokasi ini masuk dalam kawasan pegunungan tengah Papua yang memang dikenal sebagai wilayah aktif secara geologis.

Gempa tersebut dirasakan oleh masyarakat di Enarotali, yang merupakan wilayah administratif terdekat dari titik pusat gempa. Berdasarkan pengukuran skala MMI (Modified Mercalli Intensity), getaran gempa terdeteksi pada skala III MMI.

Skala III MMI mengindikasikan bahwa getaran dirasakan cukup jelas oleh orang-orang yang berada di dalam ruangan, terutama di lantai atas. Beberapa benda ringan yang tergantung bisa bergoyang, jendela kaca bergetar, namun belum cukup kuat untuk menimbulkan kerusakan struktural.

BMKG menjelaskan bahwa dalam sepekan terakhir saja, aktivitas kegempaan di wilayah Indonesia tergolong aktif. Tercatat sebanyak 22 kali gempa signifikan yang dirasakan oleh masyarakat, dengan variasi kekuatan dan kedalaman yang berbeda-beda.

Tingginya aktivitas gempa ini memperkuat pentingnya kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan. Dengan frekuensi yang cukup sering, masyarakat diharapkan tidak hanya sekadar mengetahui kejadian gempa, tetapi juga memahami langkah-langkah penyelamatan ketika bencana datang tiba-tiba.

BMKG juga rutin menyampaikan pembaruan informasi terkait aktivitas seismik melalui kanal digital mereka, termasuk peringatan dini gempa, analisis seismik, dan prakiraan potensi gempa susulan. Informasi ini sangat vital, terlebih bagi daerah-daerah seperti Papua yang sering mengalami aktivitas tektonik lokal maupun regional.

Di sisi lain, perkembangan teknologi pemantauan gempa telah berkembang signifikan di Indonesia. Kini, sistem monitoring BMKG sudah dilengkapi dengan jaringan sensor seismik yang tersebar di seluruh pelosok negeri, termasuk daerah-daerah yang sulit dijangkau secara geografis.

Hal ini memungkinkan BMKG untuk mendeteksi dan melaporkan gempa dalam waktu kurang dari lima menit setelah kejadian. Dengan demikian, masyarakat dan pemerintah daerah dapat segera merespons dan menilai tingkat risiko secara cepat dan tepat.

Meski gempa di Deiyai kali ini tidak menimbulkan kerusakan, keberadaan aktivitas gempa tersebut tak boleh diabaikan. Edukasi kebencanaan dan pelatihan evakuasi perlu terus dilakukan untuk mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian materi di masa depan. Terlebih, sejumlah wilayah di Indonesia seperti Papua, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan sebagian Sumatra memang termasuk ke dalam zona merah gempa bumi.

Selain kesiapsiagaan masyarakat, pemerintah daerah juga diharapkan meningkatkan sistem mitigasi bencana, mulai dari tata ruang yang memperhatikan potensi bencana, hingga penyediaan sarana evakuasi dan peringatan dini yang terintegrasi.

Di tengah meningkatnya intensitas aktivitas tektonik, BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak resmi, serta selalu mengikuti perkembangan dari kanal resmi BMKG. Penggunaan aplikasi resmi BMKG, akun media sosial institusi, serta situs web resminya menjadi rujukan utama dalam memperoleh informasi yang akurat dan real-time.

Mengingat gempa bumi tidak dapat diprediksi secara pasti, pendekatan terbaik dalam menghadapi potensi bencana adalah melalui kesiapan dan pengetahuan. Bencana tidak bisa dicegah, namun dampaknya bisa diminimalisir dengan perencanaan dan edukasi yang tepat.

Dengan adanya laporan lima gempa terakhir yang dicatat BMKG, termasuk yang terjadi di Deiyai, menjadi isyarat penting bagi semua pihak untuk tidak lengah. Meskipun kekuatan gempa relatif kecil dan tidak menyebabkan kerusakan, tetap diperlukan kewaspadaan tinggi.

Indonesia, sebagai negara dengan risiko gempa yang tinggi, dituntut untuk terus memperkuat infrastruktur mitigasi serta membudayakan literasi kebencanaan di setiap lapisan masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index