Tantangan Dokter Hewan Bukan di Meja Operasi

Senin, 14 Juli 2025 | 09:44:59 WIB
Tantangan Dokter Hewan Bukan di Meja Operasi

JAKARTA - Bagi sebagian orang, menjadi dokter hewan identik dengan keterampilan menangani penyakit atau melakukan tindakan operasi. Namun, bagi drh. Bella Krista Roman seorang dokter hewan berpengalaman realitas di lapangan justru memperlihatkan tantangan yang lebih pelik. Tantangan itu bukan berasal dari kompleksitas medis atau prosedur operasi, melainkan dari interaksi dengan manusia: para pemilik hewan peliharaan.

Pengalaman bertahun-tahun menangani berbagai kasus medis ternyata membentuk kesimpulan yang tegas bagi drh. Bella. Ia mengungkap bahwa prosedur medis, meskipun kompleks, dapat ditangani melalui keilmuan dan keahlian yang dimiliki. Tapi membangun kepercayaan dengan pemilik hewan justru menjadi bagian paling menantang dari profesinya.

"Kalau bagi saya sendiri tantangannya misalnya untuk operasi atau penanganan penyakit itu bukan merupakan satu tantangan," ujar drh. Bella kepada RRI.

Dalam praktik keseharian, dokter hewan seperti drh. Bella dihadapkan pada situasi di mana tindakan medis sudah jelas dan terukur. Dengan pedoman dan standar operasional prosedur yang ketat, tindakan seperti pembedahan, pengobatan, hingga penanganan kasus-kasus darurat bukanlah hal baru. Namun, kendala terbesar muncul ketika pemilik hewan merasa ragu terhadap keputusan medis yang diambil dokter.

"Tapi untuk meyakini pemiliknya bahwa tindakan ini yang terbaik itu memang sangat susah dan ribet," lanjutnya.

Apa yang diungkapkan drh. Bella membuka wacana lebih luas bahwa profesi dokter hewan tak hanya menuntut kompetensi klinis, tetapi juga kemampuan komunikasi dan pendekatan interpersonal. Sebab, dalam banyak kasus, keputusan medis tidak bisa dilaksanakan tanpa persetujuan dari pemilik hewan. Ketika keraguan muncul, penundaan pengambilan keputusan bisa berisiko pada keselamatan hewan itu sendiri.

"Jadi menurut saya itu tantangan tersulit sih untuk saya," ucap drh. Bella tegas.

Keraguan dari pemilik hewan kerap didasari oleh berbagai hal, mulai dari keterbatasan informasi medis, kekhawatiran akan risiko operasi, hingga persepsi negatif terhadap profesi dokter hewan. Tak jarang pula, pemilik hewan mengandalkan informasi dari media sosial atau pengalaman orang lain yang belum tentu sesuai dengan kasus spesifik hewan peliharaan mereka.

Dalam konteks ini, dokter hewan harus mengambil peran ganda: sebagai tenaga medis yang kompeten sekaligus sebagai edukator yang mampu membangun kepercayaan dan menjelaskan dengan empati. Komunikasi yang baik antara dokter dan pemilik hewan dapat menjadi kunci utama dalam keberhasilan penanganan medis.

Menanggapi situasi seperti ini, banyak dokter hewan termasuk drh. Bella berusaha mengembangkan pendekatan personal. Tidak hanya menjelaskan kondisi medis dengan bahasa awam yang mudah dipahami, tetapi juga menunjukkan kepedulian dan komitmen dalam merawat hewan seperti keluarga sendiri. Sayangnya, pendekatan seperti ini tak selalu berhasil karena perbedaan latar belakang dan tingkat pemahaman tiap individu berbeda.

Lebih jauh, drh. Bella menggarisbawahi bahwa membangun hubungan jangka panjang dengan pemilik hewan sangat membantu dalam memudahkan proses pengambilan keputusan. Ketika kepercayaan sudah terbentuk, dokter akan lebih leluasa dalam merekomendasikan tindakan medis yang tepat, dan pemilik hewan pun cenderung lebih tenang dalam mengambil keputusan.

Selain itu, tantangan lain juga muncul ketika pemilik hewan memiliki keterbatasan finansial. Situasi ini seringkali membuat dokter hewan harus berpikir lebih kreatif dalam menentukan langkah medis terbaik tanpa mengorbankan kualitas penanganan. Keputusan harus dicapai melalui dialog terbuka yang mempertimbangkan kondisi hewan sekaligus kemampuan pemiliknya.

Meski begitu, tantangan-tantangan ini bukan berarti menjadi hambatan yang membuat semangat profesi luntur. Justru bagi drh. Bella, semua ini menjadi bagian dari perjalanan yang memperkaya dan memperdalam makna dari profesi dokter hewan.

Pengalaman dalam menghadapi pemilik hewan yang skeptis, ragu, bahkan menolak tindakan medis tertentu, memberikan pelajaran penting bagi drh. Bella dan rekan sejawatnya: bahwa keberhasilan dalam dunia kedokteran hewan tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan prosedur medis, tetapi juga oleh sejauh mana seorang dokter mampu menjalin relasi dan membangun kepercayaan.

Profesi dokter hewan pada akhirnya memang sangat kompleks. Di satu sisi, mereka dituntut menguasai ilmu kedokteran hewan secara teknis dan mendalam. Di sisi lain, mereka harus mampu memahami dinamika emosional manusia yang menjadi pemilik hewan. Kolaborasi antara dokter dan pemilik inilah yang menjadi kunci utama dalam kesembuhan dan kesejahteraan hewan peliharaan.

Pernyataan drh. Bella menggambarkan bagaimana dunia kedokteran hewan memiliki lapisan-lapisan emosional dan psikologis yang tak kalah penting dibandingkan aspek medis. Hal ini patut menjadi refleksi bagi banyak pihak, termasuk masyarakat umum, bahwa menghormati profesionalisme dan mempercayai keahlian dokter hewan adalah bagian penting dalam menjaga kesehatan hewan kesayangan.

Dengan tantangan yang terus berkembang, profesi dokter hewan tetap menjadi profesi yang mulia. Di balik stetoskop dan jas putih, terdapat dedikasi dan perjuangan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi makhluk hidup yang tak bisa berbicara: hewan.

Terkini