JAKARTA - Langkah konkret menuju hilirisasi industri logam nasional kembali diwujudkan melalui kolaborasi antara dua pelaku industri strategis di Indonesia. PT Freeport Indonesia (PTFI), sebagai salah satu perusahaan tambang logam terbesar di tanah air, resmi menandatangani Heads of Agreement (HoA) dengan PT Solder Tin Andalan Indonesia (Stania) pada Kamis, 10 Juli 2025.
Kesepakatan ini tidak hanya mencerminkan sinergi antarsektor dalam mendukung agenda industrialisasi nasional, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya keterhubungan antara hulu dan hilir dalam rantai pasok logam. Melalui perjanjian tersebut, PTFI akan memasok logam hasil pemurnian berupa perak dan timbal dari fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) miliknya untuk dijadikan bahan baku produksi solder tin oleh Stania.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya besar pemerintah dan industri untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor dan sekaligus meningkatkan nilai tambah dari sumber daya mineral yang dimiliki Indonesia.
Bukan Sekadar Ekspor: Mendorong Pemanfaatan Dalam Negeri
Selama ini, sebagian besar hasil tambang logam Indonesia dikirim dalam bentuk bahan mentah atau semi-mentah ke luar negeri. Namun sejak program hilirisasi digaungkan beberapa tahun terakhir, fokus pemerintah beralih pada upaya pengolahan dan pemurnian dalam negeri agar hasil tambang memberikan kontribusi maksimal bagi perekonomian nasional.
Dalam konteks ini, kerja sama antara PTFI dan Stania menjadi bukti nyata dari visi tersebut. Dengan memanfaatkan hasil pemurnian dari PMR PTFI—yang merupakan fasilitas pengolahan logam mulia modern di Indonesia—sebagai bahan baku industri manufaktur solder tin, maka siklus nilai tambah mineral akan tertanam di dalam negeri.
Stania, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang produksi solder tin, akan memperoleh pasokan perak dan timbal dari sumber domestik yang terpercaya. Ini tentu saja memperkuat ketahanan industri nasional, terutama dalam menghadapi volatilitas pasar global dan kendala rantai pasok internasional.
PMR: Fondasi Hilirisasi Logam Mulia
Fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) milik PT Freeport Indonesia merupakan komponen vital dalam ekosistem hilirisasi logam Indonesia. PMR berperan dalam memurnikan logam-logam mulia yang dihasilkan dari proses pengolahan konsentrat, seperti emas, perak, dan timbal.
Dengan kapasitas yang memadai dan teknologi pemrosesan canggih, PMR bukan hanya mengurangi ketergantungan pada fasilitas pemurnian luar negeri, tetapi juga membuka ruang bagi kemitraan strategis dengan industri pengguna akhir seperti Stania.
Kerja sama ini memungkinkan pemanfaatan langsung produk logam hasil pemurnian untuk kebutuhan manufaktur solder tin yang digunakan secara luas dalam industri elektronik, otomotif, dan peralatan listrik. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya menjadi negara penambang, tetapi juga negara produsen komponen industri strategis.
Mewujudkan Ekosistem Hilirisasi Berkelanjutan
Penandatanganan Heads of Agreement antara PTFI dan Stania menunjukkan bahwa hilirisasi tidak harus didorong melalui pendekatan top-down pemerintah saja, tetapi bisa lahir dari kesadaran dan inisiatif sektor swasta untuk membangun ekosistem industri yang berkelanjutan.
Langkah ini diharapkan dapat mendorong perusahaan tambang lainnya untuk menggandeng mitra industri lokal dalam memaksimalkan pemanfaatan hasil produksi di dalam negeri. Pada saat yang sama, kemitraan seperti ini juga menciptakan peluang transfer teknologi, peningkatan kapasitas SDM, dan penguatan jaringan industri nasional yang lebih mandiri.
Selain mendukung ketahanan industri, kerja sama antar sektor seperti ini juga mendukung penciptaan lapangan kerja, khususnya di sektor manufaktur dan industri pengolahan. Apabila kerja sama ini berlanjut dalam jangka panjang dan diperluas skalanya, maka dampaknya bisa dirasakan tidak hanya oleh pelaku industri, tetapi juga oleh masyarakat luas.
Dukungan terhadap Kebijakan Strategis Nasional
Inisiatif ini juga sejalan dengan kebijakan strategis pemerintah Indonesia di bawah arahan Presiden dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang terus mendorong percepatan hilirisasi di berbagai sektor mineral. Indonesia berkomitmen untuk keluar dari jebakan negara pengekspor bahan mentah dan menjadi pusat industri pengolahan dan manufaktur berbasis sumber daya alam.
Program hilirisasi logam telah menjadi salah satu pilar dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), serta menjadi bagian dari strategi untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor industri non-migas. Dalam konteks ini, setiap inisiatif kerja sama antara perusahaan tambang dan manufaktur, seperti PTFI dan Stania, turut menjadi motor penggerak transformasi ekonomi Indonesia.
Momentum untuk Industri Logam Nasional
Kerja sama ini juga memberikan pesan kuat kepada pelaku industri logam dalam negeri bahwa kolaborasi antarsektor dapat menciptakan nilai baru. Stania, sebagai perusahaan dalam negeri, memperoleh akses bahan baku strategis tanpa harus tergantung pada impor, sementara Freeport mendapatkan mitra pengguna hasil pemurniannya di dalam negeri.
Dengan momentum yang tepat, sinergi seperti ini bisa berkembang ke arah kolaborasi teknologi, inovasi produk, hingga ekspansi pasar global untuk produk logam bernilai tambah tinggi. Hal ini akan mendorong munculnya pusat-pusat industri logam modern di berbagai wilayah Indonesia, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok logam global.
Sinergi Hulu-Hilir Jadi Kunci Transformasi Industri
Langkah PT Freeport Indonesia dan PT Solder Tin Andalan Indonesia bukan hanya simbol kerja sama bisnis, melainkan contoh konkret bagaimana sinergi antara sektor hulu dan hilir dapat mendukung transformasi industri nasional. Penandatanganan HoA antara kedua perusahaan menegaskan bahwa agenda hilirisasi bukan sekadar slogan, melainkan strategi nyata untuk mewujudkan ekonomi yang mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Dengan menghubungkan fasilitas pemurnian logam ke industri manufaktur solder tin, Indonesia selangkah lebih maju dalam membangun rantai pasok logam yang terintegrasi. Ini adalah bagian dari narasi besar bahwa kekayaan mineral Indonesia tidak hanya digali, tetapi juga diolah, dimanfaatkan, dan menghasilkan manfaat maksimal bagi seluruh rakyat Indonesia.