Kisah Inspiratif Anak Penjual Soto di Pinggir Jalan Tembus Kuliah Gratis di UGM

Selasa, 15 Juli 2025 | 12:04:07 WIB
Kisah Inspiratif Anak Penjual Soto di Pinggir Jalan Tembus Kuliah Gratis di UGM

JAKARTA - Di tengah derasnya arus persaingan pendidikan tinggi, kisah keberhasilan seorang remaja asal Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyentuh hati banyak orang. Bukan hanya karena ia berhasil masuk Universitas Gadjah Mada (UGM), tetapi karena perjuangannya membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih mimpi besar.

Dialah Anyndha Tri Rahmawati, 18 tahun, anak dari penjual soto sederhana yang berhasil menembus seleksi masuk salah satu universitas terbaik di Indonesia. Kisahnya bukan hanya tentang keberhasilan akademik, tetapi juga tentang daya juang, ketekunan, dan ketulusan keluarga dalam mendukung pendidikan.

Dari Warung Soto ke Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

Anyndha diterima di Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP)—jalur yang hanya bisa diikuti oleh siswa-siswi berprestasi akademik tinggi selama SMA.

Namun lebih dari sekadar diterima, ia juga memperoleh beasiswa UKT Pendidikan Unggul Bersubsidi 100 persen, artinya selama menempuh pendidikan di UGM, Anyndha tidak perlu membayar sepeser pun uang kuliah. Bebas dari beban biaya kuliah adalah anugerah besar, mengingat latar belakang ekonominya yang jauh dari kata cukup.

“Ini bukan hanya prestasi saya, tapi buah dari kerja keras orang tua yang tiap hari jualan soto, panas-panasan, demi saya bisa sekolah,” ujar Anyndha dengan mata berkaca-kaca saat diwawancarai oleh media lokal.

Perjuangan di Balik Kesederhanaan

Keseharian Anyndha sebelum lolos ke UGM diisi dengan belajar, membantu orang tua, dan berjualan. Ia sering kali harus menyisihkan waktu belajar di sela-sela membantu ibunya menyiapkan dagangan. Tidak jarang, ia belajar di bawah temaram lampu warung, atau mencicil tugas sekolah saat tidak ada pelanggan.

Meski hidup dengan kondisi serba terbatas, Anyndha tidak pernah mengeluh. Ia justru menjadikan kehidupan sehari-harinya sebagai motivasi untuk membuktikan bahwa anak dari keluarga sederhana pun punya hak untuk bermimpi besar.

“Orang tua saya selalu bilang, ‘Biar kita nggak punya uang, tapi kamu harus punya ilmu’. Itu jadi semangat saya,” tuturnya.

Dukungan Keluarga yang Tak Tergantikan

Kisah inspiratif Anyndha tidak akan lengkap tanpa menyebut peran besar kedua orang tuanya. Ayahnya seorang buruh serabutan, sedangkan ibunya membuka warung soto kecil di depan rumah. Meski penghasilan tak menentu, mereka selalu mengutamakan pendidikan anak.

Mereka bahkan rela meminjam uang agar Anyndha bisa ikut les saat kelas 12, meskipun sebenarnya pemasukan harian tak selalu cukup untuk kebutuhan rumah tangga.

“Kadang kalau jualan sepi, kami cuma bisa makan seadanya. Tapi kami ikhlas asal anak bisa sekolah,” ujar ibunda Anyndha.

Simbol Harapan Bagi Banyak Remaja Indonesia

Kisah Anyndha tidak hanya berhenti pada dirinya. Ia kini menjadi simbol harapan bagi ribuan remaja lain di Indonesia yang menghadapi kendala ekonomi dalam mengejar pendidikan tinggi. Media sosial dan forum-forum pendidikan membanjiri kisahnya dengan ucapan selamat dan testimoni menginspirasi.

Banyak guru dan relawan pendidikan menggunakan kisah Anyndha sebagai contoh nyata bahwa prestasi akademik tidak selalu lahir dari keluarga mapan, tetapi juga dari rumah-rumah sederhana yang penuh tekad dan kasih sayang.

“Ini jadi contoh konkret bagi kita semua bahwa pendidikan adalah jembatan keluar dari kemiskinan,” ujar seorang guru SMA di Yogyakarta saat membagikan ulang kisah Anyndha kepada murid-muridnya.

Pentingnya Beasiswa untuk Inklusi Pendidikan

Keberhasilan Anyndha juga menegaskan kembali pentingnya peran beasiswa dalam mendorong pemerataan akses pendidikan. Program seperti UKT Pendidikan Unggul Bersubsidi dari pemerintah atau universitas menjadi nafas bagi siswa-siswi dari keluarga tidak mampu agar tidak tertinggal.

“Kalau tidak ada beasiswa ini, saya tidak tahu apakah bisa kuliah. Mungkin saya akan langsung kerja bantu ibu,” ucap Anyndha jujur.

Dalam konteks ini, upaya pemerintah dan kampus-kampus seperti UGM patut diapresiasi karena mereka tak hanya membuka pintu seleksi prestasi, tapi juga menyediakan jaring pengaman finansial agar mahasiswa seperti Anyndha bisa benar-benar belajar tanpa cemas soal biaya.

Langkah Awal Menuju Mimpi yang Lebih Besar

Kini, langkah Anyndha memasuki gerbang UGM adalah awal dari perjalanan panjang meraih cita-citanya menjadi pengusaha di bidang kuliner. Ia ingin mengembangkan usaha makanan rumahan yang bisa menyerap tenaga kerja dan meningkatkan perekonomian keluarga kecil seperti miliknya.

“Saya ingin punya usaha kuliner yang besar, tapi tetap sederhana seperti soto ibu. Tapi saya ingin orang tua saya bisa lebih tenang dan nggak harus capek-capek terus,” katanya sambil tersenyum.

Kisah Anyndha Tri Rahmawati adalah pengingat bahwa semangat, kerja keras, dan dukungan keluarga bisa menjadi bahan bakar utama untuk meraih impian, meski tanpa privilese dan harta. Ia telah membuktikan bahwa keterbatasan hanyalah tantangan, bukan penghalang.

Bagi Indonesia, Anyndha bukan hanya calon mahasiswa UGM. Ia adalah gambaran nyata bahwa keadilan dalam pendidikan bukan utopia—selama kesempatan itu dibuka lebar untuk semua.

Terkini