Strategi Bisnis Ramah Lingkungan ala Kopi Tuku

Rabu, 06 Agustus 2025 | 07:43:56 WIB
Strategi Bisnis Ramah Lingkungan ala Kopi Tuku

JAKARTA - Bukan hanya aroma kopi yang menarik perhatian pelanggan Toko Kopi Tuku, tetapi juga komitmen kuat mereka terhadap praktik bisnis yang ramah lingkungan. Sejak 2019, gerai kopi ini telah memulai langkah-langkah keberlanjutan yang menyentuh berbagai aspek—dari kemasan daur ulang hingga pelibatan pelanggan dalam kegiatan penanaman pohon.

Langkah awal dimulai ketika mereka mengolah sampah dari kemasan krimer menjadi kantong daur ulang. Inisiatif tersebut menandai keseriusan Tuku dalam menerapkan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) secara konsisten dalam praktik bisnisnya.

Transformasi berikutnya hadir pada Juli 2023. Tuku mengganti kemasan gelas dan botol plastik 1 liter menjadi 100 persen bahan daur ulang. Desainnya polos dan timbul (embossed), sebuah keputusan yang tidak langsung disambut hangat oleh semua pelanggan atau yang mereka sebut sebagai Tetangga Tuku.

Beberapa bahkan sempat mengaitkan bentuknya dengan gelas kopi dari pedagang keliling, sebuah anggapan yang muncul di dunia maya. Namun, Tuku bertahan pada keputusannya. Meski desain polos tersebut memakan biaya produksi lebih tinggi dibanding kemasan sebelumnya, mereka percaya inilah bentuk komitmen jangka panjang untuk lingkungan.

Sentimen negatif itu kini sudah memudar. Tampilan kemasan yang lebih sederhana dianggap tidak seikonik dulu, namun perusahaan tetap memprioritaskan kemudahan daur ulang dengan menghilangkan cetakan warna. Kolaborasi pun dijalin dengan berbagai vendor untuk memastikan limbah kemasan ini bisa diproses dengan optimal.

Upaya keberlanjutan itu tidak berhenti di sana. Di tingkat gerai, Tuku menerapkan sistem pemilahan sampah. Dari 62 toko yang dimiliki, 90 persennya sudah memilah limbah secara terstruktur mulai dari kantong krimer, ampas kopi, hingga apron barista.

Bekerja sama dengan vendor tertentu, limbah tekstil seperti apron dicacah dan diolah kembali menjadi benang baru. Sementara ampas kopi memiliki nasib baru yang lebih produktif diolah menjadi briket dan tali lanyard.

Selama tiga tahun terakhir, data menunjukkan bahwa Tuku telah berhasil memilah 354 ton sampah. Dari jumlah itu, sekitar 401 ribu kantong krimer disulap menjadi 104 ribu produk daur ulang. Proses pengolahannya pun melibatkan pelaku UMKM. Produk-produk hasil daur ulang seperti tas, dompet kecil (pouch), hingga perabot seperti meja dan kursi kini tersebar di berbagai cabang Tuku dan tersedia pula di kanal penjualan Toserbaku.

Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan, Tuku juga aktif melibatkan konsumen dan mitra bisnisnya dalam gerakan keberlanjutan. Salah satunya adalah mengundang mereka untuk berpartisipasi langsung dalam kegiatan agroforestri.

Lewat program bertajuk “Bersemi” (Bersama Semai Bumi), sebanyak 5.000 pohon telah ditanam sejak 2023 di tiga wilayah: Gunung Ringgeung (Garut), Takengon (Aceh Tengah), dan Desa Rumbih (Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat). Kegiatan tersebut bahkan didokumentasikan menjadi konten sebagai upaya edukasi dan inspirasi bagi publik.

Ada pula inovasi unik dalam menu mereka, yaitu program donasi lewat pembelian produk Kopi Tukucur. Untuk setiap 100 ml, disisihkan Rp 1 sebagai donasi. Artinya, pembelian 200 ml akan otomatis berdonasi Rp 2. Banyak pelanggan menyambut program ini, termasuk seorang pelanggan bernama Nona Lice Potabuga, yang memilih membawa tumbler pribadi saat membeli kopi. “Karena bisa berdonasi sekaligus mengurangi penggunaan plastik,” tuturnya. Ia juga mengaku pernah membeli tote bag hasil daur ulang dari Tuku.

Program keberlanjutan ini tidak hanya berfokus pada pelanggan dan lingkungan, tetapi juga menyentuh hulu rantai pasok. Tuku dan entitas afiliasinya, Beragam, telah memberikan pelatihan kepada 630 petani kopi dan 275 petani gula aren di 20 wilayah di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penguatan sumber daya lokal dan memastikan rantai pasok tetap berjalan sejalan dengan prinsip keberlanjutan.

Meski pihak perusahaan tidak mengungkap secara terbuka berapa besaran anggaran yang dialokasikan untuk program-program ESG ini, dampak dan komitmennya terlihat nyata.

Dari sisi pengelolaan sampah, kerja sama juga dilakukan dengan pihak eksternal. Sejak 2022, Tuku bermitra dengan penyedia layanan penjemputan sampah daur ulang. Program tersebut mencakup penjemputan bahan seperti kotak susu, gelas plastik, hingga limbah organik seperti ampas kopi.

Prosesnya cukup sistematis: anggota tim Tuku (disebut Kawan Tuku) terlebih dahulu memilah dan menimbang sampah, lalu data dikirim sebelum dijemput oleh mitra pengelola. Awalnya hanya melibatkan 10 gerai, kini telah berkembang menjadi 30 lokasi yang turut berkontribusi dalam sistem ekonomi sirkular.

Prinsip utama dari kolaborasi ini adalah memastikan bahwa sampah daur ulang tidak berakhir di tempat pembuangan akhir, melainkan kembali ke jalur produksi sebagai bahan yang bernilai. Sinergi antara gerai kopi dan mitra pengelola limbah ini menjadi contoh konkret bahwa industri makanan dan minuman pun dapat berperan besar dalam menjaga kelestarian bumi.

Langkah-langkah kecil seperti memilah sampah, menggunakan bahan daur ulang, menanam pohon, hingga mendonasikan sebagian dari penjualan kopi kini menjadi jantung dari operasional Tuku. Ini bukan sekadar strategi bisnis, melainkan sebuah filosofi yang mengakar: bahwa setiap gelas kopi bisa menjadi awal dari perubahan yang lebih besar bagi bumi.

Terkini

Cwie Mie: Kuliner Legendaris Malang

Jumat, 08 Agustus 2025 | 16:30:12 WIB

Olahraga Rutin untuk Kebugaran

Jumat, 08 Agustus 2025 | 16:35:30 WIB

Kebangkitan Voli Putri Indonesia

Jumat, 08 Agustus 2025 | 16:41:44 WIB

Fashion Emas yang Memancarkan Kepercayaan

Jumat, 08 Agustus 2025 | 16:55:40 WIB

Transportasi Umum Gratis untuk 15 Golongan di Jakarta

Jumat, 08 Agustus 2025 | 16:58:41 WIB