JAKARTA - Kewirausahaan kini bukan sekadar membuka usaha atau berjualan saja, melainkan sudah menjadi sebuah pola pikir strategis yang menuntut keberanian mengambil risiko, inovasi, serta pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien. Namun, satu aspek krusial yang kerap diabaikan dalam pengembangan kewirausahaan adalah literasi finansial. Rendahnya pemahaman mengenai aspek keuangan menjadi salah satu penghambat utama tumbuhnya kewirausahaan yang tangguh di Indonesia.
Menurut Muhammad Nidhal, Peneliti dan Analis Kebijakan di Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per tahun 2025 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan Indonesia baru mencapai angka 66,46 persen. Meski ada peningkatan dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 65,43 persen, kenaikan ini terbilang sangat kecil, yakni hanya 1,03 persen selama dua tahun.
Literasi Keuangan, Kunci Pengembangan Kewirausahaan
“Literasi keuangan bukan hanya soal memahami produk keuangan, tetapi juga bagaimana pengusaha dapat mengelola keuangan usaha mereka, merencanakan investasi, dan menghadapi risiko finansial dengan strategi yang tepat,” ujar Muhammad Nidhal dalam sebuah wawancara eksklusif.
Menurutnya, rendahnya tingkat literasi keuangan menyebabkan banyak pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) kesulitan dalam mengelola modal, memisahkan keuangan pribadi dan usaha, hingga kurang mampu memanfaatkan instrumen keuangan yang tersedia seperti kredit, asuransi, maupun investasi. Kondisi ini berpotensi memperbesar risiko kegagalan usaha di tengah persaingan pasar yang semakin kompetitif.
Data OJK: Indeks Literasi Keuangan yang Masih Rendah
Indeks literasi keuangan merupakan ukuran pemahaman masyarakat terhadap produk dan konsep keuangan, termasuk kemampuan dalam pengelolaan keuangan pribadi maupun bisnis. Data dari OJK ini menjadi cerminan nyata kondisi literasi keuangan di Indonesia.
Meski meningkat sedikit dari 65,43 persen pada 2023 menjadi 66,46 persen pada 2025, angka tersebut masih menunjukkan bahwa sekitar sepertiga masyarakat Indonesia belum memiliki pemahaman yang memadai terkait literasi keuangan. Hal ini dinilai masih jauh dari ideal jika ingin membangun ekosistem kewirausahaan yang kuat dan berkelanjutan.
“Perbaikan literasi keuangan yang lambat ini tentu harus menjadi perhatian serius dari pemerintah, pelaku industri keuangan, serta lembaga pendidikan,” tambah Nidhal.
Dampak Rendahnya Literasi Finansial pada Pertumbuhan Kewirausahaan
Rendahnya literasi keuangan tidak hanya berdampak pada pengelolaan usaha mikro dan kecil, tetapi juga berimbas pada pertumbuhan kewirausahaan nasional secara keseluruhan. Banyak pelaku usaha potensial yang gagal mengembangkan bisnisnya akibat kurangnya pemahaman dalam mengelola keuangan, memanfaatkan peluang pendanaan, dan membuat keputusan investasi yang tepat.
Ketika literasi finansial rendah, para pengusaha sulit untuk membaca dan menganalisa laporan keuangan, mengatur cash flow, serta mengantisipasi kemungkinan risiko kerugian. Situasi ini membuat usaha menjadi rentan terhadap kegagalan finansial, dan pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional.
Peran Pemerintah dan Swasta dalam Meningkatkan Literasi Keuangan
Melihat kondisi ini, pemerintah bersama pelaku industri jasa keuangan dan organisasi terkait terus menggalakkan berbagai program edukasi keuangan. Mulai dari kampanye literasi melalui media massa dan digital, pelatihan kewirausahaan berbasis keuangan, hingga integrasi materi literasi finansial dalam kurikulum pendidikan.
Namun, menurut Muhammad Nidhal, upaya tersebut harus lebih terfokus dan berkelanjutan agar efeknya terasa nyata dan menjangkau masyarakat luas, terutama para pelaku usaha kecil yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional. “Edukasi literasi keuangan harus didesain dengan metode yang mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan segmen usaha mikro dan kecil,” ujarnya.
Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, perbankan, fintech, dan lembaga swadaya masyarakat sangat penting untuk menciptakan akses keuangan yang lebih inklusif. Dengan demikian, pelaku usaha yang sebelumnya kesulitan mendapatkan modal atau layanan keuangan lain bisa terbantu dan semakin produktif.
Literasi Keuangan Digital Jadi Tantangan Baru
Perkembangan teknologi dan layanan keuangan digital juga menjadi tantangan sekaligus peluang dalam meningkatkan literasi keuangan di Indonesia. Penggunaan aplikasi keuangan digital dan dompet elektronik semakin marak, terutama di kalangan generasi muda dan pengusaha muda.
Namun, kurangnya pemahaman terhadap fitur-fitur produk digital ini dapat menyebabkan penyalahgunaan dan kerugian finansial. Oleh karena itu, edukasi literasi keuangan digital harus turut menjadi fokus penting agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi finansial secara maksimal dan aman.
Harapan Menuju Kewirausahaan yang Tangguh dan Berkelanjutan
Meningkatkan literasi keuangan adalah salah satu langkah strategis untuk membangun kewirausahaan yang kuat, tangguh, dan berkelanjutan di Indonesia. Dengan pemahaman keuangan yang baik, para pengusaha dapat membuat keputusan bisnis yang lebih cerdas, mengelola risiko dengan tepat, dan memanfaatkan berbagai peluang untuk mengembangkan usaha mereka.
Muhammad Nidhal menegaskan, “Kewirausahaan yang sukses tidak hanya mengandalkan kreativitas dan keberanian, tapi juga ketangguhan dalam pengelolaan finansial. Oleh karena itu, literasi keuangan harus menjadi fondasi utama yang terus diperkuat agar Indonesia bisa menciptakan generasi pengusaha yang tidak hanya bertahan, tapi juga mampu bersaing di tingkat global.”
Data OJK menunjukkan bahwa meskipun terjadi sedikit kenaikan dalam indeks literasi keuangan Indonesia, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk meningkatkan pemahaman keuangan masyarakat, terutama pelaku usaha. Rendahnya literasi finansial ini menjadi hambatan besar dalam menciptakan ekosistem kewirausahaan yang kuat dan berkelanjutan.
Untuk itu, perlu adanya sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, sektor swasta, dan berbagai pemangku kepentingan dalam melaksanakan program edukasi literasi keuangan secara masif, inklusif, dan berkelanjutan. Hal ini menjadi kunci penting bagi pengembangan kewirausahaan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
Dengan literasi keuangan yang meningkat, Indonesia akan semakin siap menghadapi dinamika bisnis dan perubahan ekonomi global, sekaligus membangun fondasi ekonomi yang kokoh melalui kewirausahaan yang inovatif dan tangguh.