BCA

Indeks Bisnis-27 Dibuka Melemah, Saham AKRA hingga BBCA Tertekan, Analis: Pasar Masih Waspada

Indeks Bisnis-27 Dibuka Melemah, Saham AKRA hingga BBCA Tertekan, Analis: Pasar Masih Waspada
Indeks Bisnis-27 Dibuka Melemah, Saham AKRA hingga BBCA Tertekan, Analis: Pasar Masih Waspada

JAKARTA – Indeks Bisnis-27 mengawali perdagangan awal pekan ini dengan pelemahan tajam. Pada sesi pembukaan hari Senin, indeks yang merupakan hasil kolaborasi antara Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Harian Bisnis Indonesia tersebut terkoreksi hingga 1,52% ke posisi 519,72.

Data BEI per pukul 09.14 WIB mencatat, dari 27 konstituen indeks, hanya 6 saham yang menguat, sementara 19 saham lainnya melemah dan 2 saham stagnan. Sejumlah saham unggulan termasuk emiten-emiten besar seperti AKRA, ASII, dan BBCA terpantau loyo sejak awal perdagangan.

Saham yang memimpin pelemahan adalah PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) yang turun 5,52% ke level Rp1.455 per saham. Disusul oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang melemah 3,15% ke harga Rp4.310. Saham PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) juga terpantau turun 3,14% ke Rp1.235.

Koreksi juga melanda saham sektor industri seperti PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) yang terkoreksi 3,11% ke Rp6.225, serta PT United Tractors Tbk. (UNTR) yang melemah 2,56% ke level Rp21.875. Emiten otomotif besar seperti PT Astra International Tbk. (ASII) turut melemah 2,06% ke harga Rp4.750 per saham.

Tak ketinggalan, saham perbankan jumbo juga terimbas sentimen negatif pasar. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 2,66% ke Rp9.150, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) terkoreksi 1,89% ke Rp5.200, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga melemah 1,56% ke Rp4.420.

Meski mayoritas saham di Indeks Bisnis-27 mengalami penurunan, beberapa emiten tetap mencatatkan penguatan terbatas. Saham PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) naik 2,97% ke Rp1.560, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) menguat 1,65% ke Rp2.470, dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) juga terapresiasi 0,55% ke Rp1.830.

Saham komoditas seperti PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) juga ikut naik 1,61% ke Rp3.160. Saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) masing-masing naik 0,97% dan 0,83%. Di sisi lain, saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) dan PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) tercatat stagnan.

Pasar Masih Bersikap Hati-hati

Analis Retail Equity dari Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany Travelin Yunus, menilai bahwa pasar saham masih dibayangi sikap wait and see dari para pelaku pasar menjelang pekan pendek karena adanya libur nasional Hari Raya Iduladha.

“Para pelaku pasar diperkirakan akan tetap berhati-hati dalam membuat keputusan pekan ini, mengingat perdagangan hanya berlangsung selama 4 hari dari tanggal 2 hingga 5 Juni,” ungkap Indri dalam keterangannya.

Ia juga menjelaskan bahwa faktor eksternal turut memengaruhi sentimen pasar, terutama dinamika kebijakan ekonomi global, termasuk ketidakpastian seputar keputusan tarif dari mantan Presiden AS, Donald Trump. Baru-baru ini, Pengadilan Perdagangan Internasional AS menyatakan bahwa sebagian besar tarif Trump adalah ilegal dan telah diblokir.

Selain itu, perhatian pelaku pasar juga tertuju pada rilis data ekonomi utama Amerika Serikat, khususnya laporan Non-Farm Payrolls (NFP), yang diyakini akan menjadi indikator penting bagi arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan.

“Kami memprediksi bahwa IHSG akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat dalam rentang support 7.140 dan resistance 7.320,” tambah Indri.

Proyeksi Pasar dan Sentimen Global

Pelemahan indeks Bisnis-27 ini mencerminkan sikap kehati-hatian pasar terhadap kondisi domestik maupun global. Pergerakan saham-saham perbankan yang selama ini menjadi penopang indeks, menunjukkan tekanan yang cukup berat. Investor juga tampaknya melakukan aksi ambil untung setelah reli singkat pada pekan sebelumnya.

Di tengah kondisi tersebut, investor disarankan untuk lebih selektif dalam memilih saham, khususnya yang memiliki fundamental kuat dan mampu bertahan di tengah fluktuasi ekonomi global. Sektor konsumer defensif seperti farmasi, bahan pokok, dan energi dinilai masih berpeluang menjadi pilihan aman.

Sebagai informasi, Indeks Bisnis-27 merupakan salah satu indeks acuan yang digunakan untuk mengukur kinerja 27 saham unggulan yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar, serta dikelola secara profesional dengan evaluasi berkala.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index