jenis jenis dan pembagian zona laut

Mengenal Jenis jenis dan Pembagian Zona Laut di Indonesia

Mengenal Jenis jenis dan Pembagian Zona Laut di Indonesia
jenis jenis dan pembagian zona laut

JAKARTA - Jenis-jenis dan pembagian zona laut penting dipahami karena laut menutupi dua pertiga permukaan bumi, sisanya adalah daratan.

Laut memainkan peran vital dalam kehidupan manusia, baik sebagai jalur transportasi antardaerah maupun sebagai sumber daya alam yang melimpah seperti ikan, terumbu karang, rumput laut, serta kekayaan hayati lainnya.

Tak hanya itu, laut juga menjadi penghubung antara satu kawasan dengan kawasan lain, memperkuat konektivitas antarwilayah. 

Selain fungsinya bagi manusia, lautan juga menjadi rumah bagi beragam makhluk hidup, mulai dari ikan, ubur-ubur, hingga terumbu karang, dan banyak organisme laut lainnya. 

Dengan memahami jenis-jenis dan pembagian zona laut, kita bisa lebih bijak dalam memanfaatkan dan melestarikan ekosistem laut secara berkelanjutan.

Jenis-jenis dan Pembagian Zona Laut

Untuk memahami ekosistem laut, penting mengenal jenis-jenis dan pembagian zona laut secara jelas berikut ini:

Zona Laut Berdasarkan Letaknya

Laut dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan posisi geografisnya:

  1. Laut pedalaman adalah laut yang berada jauh ke dalam daratan dan tidak terpengaruh oleh arus samudra besar maupun pasang surut air laut.
  2. Laut pertengahan atau yang dikenal juga sebagai laut kontinental adalah laut yang terletak di tengah benua, biasanya memisahkan daratan di sekitarnya.
  3. Laut tepi, atau marginal sea, merupakan laut yang posisinya di landas benua dan memiliki keterhubungan langsung dengan samudra, sehingga arusnya sangat dipengaruhi oleh arus samudra tersebut.

Zona Laut Berdasarkan Proses Terbentuknya

Dari segi proses terbentuknya, laut juga dapat dibagi menjadi tiga tipe:

  1. Laut transgresi muncul akibat kenaikan permukaan air laut atau turunnya daratan sehingga wilayah daratan tersebut tergenang oleh air laut.
  2. Laut ingresi terbentuk ketika daratan menurun ke bawah permukaan laut sehingga daerah itu terendam dan sering kali membentuk palung atau lubuk laut yang dalam.
  3. Laut regresi terjadi karena penyempitan area laut yang disebabkan oleh pengendapan material seperti pasir, lumpur, dan sedimen lain yang dibawa oleh aliran sungai hingga bermuara di laut tersebut.

Selain itu, laut juga dikategorikan ke dalam beberapa zona berdasarkan kedalamannya, dimulai dari wilayah lepas pantai dengan kedalaman sekitar 200 meter atau 656 kaki.

Zona Laut Berdasarkan Kedalamannya

Laut dibagi menjadi beberapa zona berdasarkan kedalamannya, antara lain:

1. Zona Litoral (Wilayah Pasang Surut)

Zona litoral adalah wilayah laut yang akan terendam saat air pasang dan mengering ketika air surut, sehingga sering disebut juga sebagai daerah pasang surut. 

Di zona ini, pengaruh suhu udara dan sinar matahari sangat kuat, menjadikannya habitat bagi berbagai spesies seperti bintang laut, kepiting, udang, cacing, dan organisme bentos lainnya. 

Zona litoral mencakup area antara garis pantai dengan kedalaman maksimal di mana fotosintesis oleh alga masih efektif, biasanya di mana radiasi fotosintesis aktif mencapai sekitar 1% dari yang diterima di permukaan. 

Zona ini juga dikenal sebagai zona pesisir, yang terdiri dari pasir pantai dan pecahan karang. Secara ekologis, zona litoral membentang dari garis air pasang tertinggi hingga ke wilayah yang tergenang secara permanen. 

Luas zona ini dapat dihitung dengan menggunakan data kedalaman dan redaman cahaya vertikal.

Zona litoral menjadi habitat bagi berbagai hewan laut yang juga dapat dikonsumsi, serta memiliki keindahan alam yang sering dimanfaatkan sebagai objek wisata. 

Di lingkungan pesisir, zona ini juga dikenal sebagai jalur pasang, yaitu daerah antara garis air surut dan pasang. Faktor seperti radiasi matahari, variasi suhu, dan salinitas memberikan pengaruh besar di zona ini. 

Secara praktis, masyarakat memanfaatkan zona litoral untuk berbagai kegiatan seperti budidaya tambak garam, pengelolaan hutan mangrove, dan wisata pantai karang.

2. Zona Neritik (Laut Dangkal)

Zona neritik adalah area perairan yang dangkal dan terletak dekat pantai, dengan kedalaman antara 50 hingga 200 meter. 

Di zona ini, sinar matahari dapat menembus dengan baik sehingga menjadi tempat hidup yang ideal bagi beragam spesies laut seperti ubur-ubur, fitoplankton, zooplankton, rumput laut, dan organisme lainnya. 

Dalam istilah biologi kelautan, zona neritik sering disebut juga laut pesisir atau zona sublitoral, yaitu daerah lautan di mana cahaya matahari masih mencapai dasar dan airnya tidak terlalu dalam. 

Zona ini membentang dari batas surut terendah hingga ujung landas kontinen. Zona neritik terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

  • Zona infralitoral yang didominasi oleh alga hingga kedalaman sekitar lima meter di bawah air terendah.
  • Zona circalittoral yang merupakan area sebelum infralitoral, didominasi oleh hewan-hewan diam seperti tiram.
  • Zona subtidal yang terletak di bawah zona intertidal dan tidak pernah terkena paparan udara.

Zona neritik selalu tertutup air, dengan kadar oksigen cukup, suhu dan salinitas stabil, serta tekanan air yang rendah. Kondisi ini sangat mendukung proses fotosintesis sehingga zona ini menjadi habitat utama bagi banyak kehidupan laut. 

Produksi primer dari fitoplankton dan organisme lainnya mendukung rantai makanan laut hingga ke ikan-ikan besar. 

Sebagian besar terumbu karang juga berkembang di zona neritik karena arus dan gelombang di sini relatif lebih tenang dibanding zona intertidal.

Dalam bidang oseanografi fisik, zona sublitoral ditandai dengan energi pasang surut yang cukup besar serta berbagai dinamika seperti ombak dan aliran sungai. 

Sedangkan dari perspektif biologi kelautan, zona ini adalah lanjutan dari landas kontinen ke laut lepas.

3. Zona Batial (Laut Dalam)

Zona batial adalah wilayah laut dengan kedalaman antara 200 hingga 2000 meter. Di kedalaman ini, sinar matahari tidak mampu menembus sehingga kehidupan di zona ini tidak sepadat di zona neritik. 

Wilayah batipelagis ini memiliki cahaya yang sangat minim atau bahkan tidak ada sama sekali, sehingga tidak ada produsen primer yang melakukan fotosintesis. 

Oleh karena itu, rantai makanan di sini bergantung pada nutrisi yang berasal dari lapisan atas, seperti zona epipelagik dan mesopelagis. Oksigen di zona ini diperoleh melalui sirkulasi termohalin.

Beberapa makhluk yang hidup di zona batial adalah hewan yang tidak memiliki mata. Namun, ada juga spesies dengan mata seperti paus besar, hiu, cumi-cumi, dan gurita, termasuk angelfish yang hidup di perairan ini. 

Hewan-hewan di zona batial biasanya memiliki otot yang lemah karena mereka jarang menghadapi ancaman predator yang dapat melihat mereka. Ikan tanpa mata menghadapi kesulitan mencari makanan di zona ini karena nutrisi terbatas. 

Oleh sebab itu, banyak ikan di zona batial memiliki metabolisme yang lambat untuk menghemat energi. 

Ciri khas ikan di sini adalah kulit yang lembut dan berlendir, otot yang lemah, mata kecil, serta tubuh yang transparan. Akibatnya, jumlah spesies di zona batial jauh lebih sedikit dibandingkan zona neritik.

Zona batial sangat menarik bagi para peneliti biogeokimia dan juga untuk kegiatan penambangan laut dalam. Di kedalaman antara 1000 sampai 4000 meter terdapat ventilasi hidrotermal yang mengeluarkan cairan panas. 

Cairan ini mampu naik ke kolom air dan menyediakan sumber energi berupa hidrogen, belerang, metana, dan besi yang mendukung kehidupan organisme di zona batipelagis.

4. Zona Abisal (Laut Sangat Dalam)

Zona abisal merupakan bagian laut dengan kedalaman lebih dari 2000 meter. Suhu di wilayah ini sangat rendah, sehingga hanya sedikit spesies laut yang dapat bertahan hidup. 

Di zona ini tidak ditemukan tumbuhan laut. Contoh hewan yang hidup di zona abisal adalah angler fish, yang memiliki kemampuan menghasilkan cahaya sendiri untuk komunikasi.

Zona ini termasuk dalam kategori lubuk laut dan palung laut, dengan tekanan air yang sangat tinggi. Oleh karena itu, hanya sedikit makhluk laut yang mampu bertahan hidup di sini. 

Hewan-hewan yang ada biasanya memiliki bentuk tubuh pipih dan memanjang. Tepat di atas zona abisal adalah zona batial, yaitu daerah terakhir yang masih menerima cahaya, di mana sebagian besar kehidupan laut berada. 

Sementara itu, di bawah zona abisal terletak zona hadal, yang selalu dalam kegelapan total. Sedimentasi di zona abisal terdiri dari lumpur halus berwarna kemerahan, yang berasal dari sisa-sisa organisme seperti diatomea dan radiolaria. 

Pada kedalaman sekitar 3000 meter, kerangka hewan seperti lokan sudah hancur dan larut sebelum mencapai dasar laut.

Tekanan air di zona abisal meningkat sekitar satu atmosfer setiap turun 33 kaki, sehingga makhluk hidup di sini harus mampu menahan tekanan sangat besar. 

Tekanan ini juga menjadi tantangan besar bagi manusia dalam mengeksplorasi laut dalam. Contoh hewan yang hidup di zona ini adalah cumi-cumi raksasa.

Zona Laut Berdasarkan Jangkauan Cahaya Matahari

Menurut para ahli kelautan, pembagian zona laut didasarkan pada sejauh mana sinar matahari mampu menembus perairan di suatu wilayah. Berikut adalah jenis-jenis zona tersebut:

1. Zona Epipelagic (Eufotik)

Zona epipelagic adalah lapisan laut yang masih mendapat cahaya matahari secara langsung, sehingga fotosintesis dapat berlangsung dengan optimal di wilayah ini. Suhu di zona ini bervariasi dari sekitar 40 derajat Celcius hingga 3 derajat Celcius.

2. Zona Mesopelagic (Disphotic)

Zona mesopelagic merupakan bagian laut yang hanya menerima sedikit cahaya matahari, sehingga sering disebut sebagai zona senja atau twilight zone. 

Suhu di zona ini berkisar antara 5 hingga 4 derajat Celcius, atau sekitar 41 hingga 39 derajat Fahrenheit. 

Meskipun suhunya lebih dingin daripada zona epipelagic, zona mesopelagic adalah tempat lapisan termoklin berada, di mana suhu bisa berubah dari sekitar 20° C (68° F) di bagian atas hingga 4° C (39° F) di batas bawahnya yang berdekatan dengan zona batial. 

Arus air di zona ini bergerak relatif lambat dengan waktu tinggal air mencapai sekitar satu abad. Namun, banyak hewan yang bergerak secara vertikal melalui zona ini setiap hari, dan berbagai puing-puing tenggelam dengan kecepatan yang relatif cepat.

Zona mesopelagic pertama kali ditemukan oleh peneliti Amerika pada masa Perang Dunia II, tepatnya tahun 1942, saat melakukan penelitian menggunakan sonar untuk deteksi kapal selam. 

Pada waktu itu, sonar tidak dapat menembus kedalaman ini karena banyaknya organisme yang menghalangi gelombang suara.

3. Zona Bathypelagic (Aphotic)

Zona bathypelagic adalah bagian laut terdalam yang sama sekali tidak terjangkau cahaya matahari, sehingga disebut juga zona tengah malam. Suhu di wilayah ini berkisar antara 0 hingga 6 derajat Celcius.

Zona Laut Berdasarkan Ekosistem yang Hidup di Dalamnya

Zona laut dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan ekosistem yang mendiami wilayah tersebut, yaitu:

1. Zona Litoral (Perairan Dalam)

Jumlah kehidupan di zona litoral tergolong lebih sedikit dibandingkan wilayah laut lain. Hewan yang tinggal di sini memiliki penglihatan yang sangat sensitif terhadap cahaya. 

Organisme yang ada di zona ini hanya berperan sebagai konsumen dan pengurai, karena tidak terdapat produsen di sini. Hal ini disebabkan karena sinar matahari tidak bisa menembus ke dalam zona tersebut. 

Biasanya, spesies yang hidup di sini mendapatkan makanan dari plankton yang mengendap ke dasar.

2. Zona Neritik (Perairan Dangkal)

Zona neritik meliputi wilayah pesisir yang mendapat cahaya matahari melimpah, sehingga beragam ekosistem dapat tumbuh dengan baik. Contohnya adalah ganggang laut, terumbu karang, dan lamun laut yang tumbuh subur di zona ini.

3. Zona Oseanik

Zona oseanik adalah wilayah laut yang sinar matahari tidak mampu mencapai dasarnya. Kondisi ini menyebabkan adanya perbedaan suhu antara air di permukaan dan air di lapisan bawah yang tidak tercampur. 

Di zona ini, berbagai jenis ikan laut dapat ditemukan.

Zona Laut di Indonesia

Sebagai negara dengan wilayah laut yang luas, Indonesia membagi wilayah lautnya menjadi tiga zona utama, yaitu:

1. Zona Teritorial

Zona ini merupakan wilayah laut yang dihitung dari garis dasar pantai hingga sejauh 12 mil ke arah laut lepas. Dalam zona ini, negara memiliki kedaulatan penuh atas wilayah laut tersebut. 

Namun, negara juga bertanggung jawab menyediakan jalur pelayaran yang aman baik di permukaan maupun di bawah laut.

2. Zona Landas Kontinen

Zona ini merupakan perpanjangan dari benua secara geologi dan morfologi, dengan kedalaman laut yang mencapai hingga 150 meter. Indonesia memiliki zona landas kontinen karena letaknya berada di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia.

3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Zona ekonomi eksklusif adalah wilayah laut yang memiliki lebar hingga 200 mil dari garis dasar ke laut terbuka. Di zona ini, Indonesia memiliki hak utama dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut. 

Pemerintah Indonesia secara resmi menetapkan zona ini pada tanggal 21 Maret 1980.

Sebagai penutup, pemahaman tentang jenis-jenis dan pembagian zona laut penting untuk menjaga kelestarian dan pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index