Properti

Harga Properti Naik 7 Persen, Rumah Tapak Jadi Fokus

Harga Properti Naik 7 Persen, Rumah Tapak Jadi Fokus
Harga Properti Naik 7 Persen, Rumah Tapak Jadi Fokus

JAKARTA — Harga properti residensial diperkirakan akan mengalami kenaikan signifikan sebesar 7 persen pada 2025. Proyeksi ini sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hunian masyarakat, terutama di kawasan perkotaan seperti Jabodetabek, yang terus mengalami lonjakan pertumbuhan penduduk.

Fenomena ini didorong oleh kombinasi berbagai faktor, mulai dari pertumbuhan populasi, perubahan gaya hidup, hingga peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hunian yang nyaman dan strategis. Para pengembang pun bersiap dengan menggenjot pasokan rumah tapak sebagai respons atas permintaan yang terus meningkat.

Berdasarkan data riset pasar properti terbaru, kenaikan harga rumah tapak menjadi tren yang tidak terelakkan di tengah dinamika urbanisasi yang makin pesat.

“Tingginya pertumbuhan penduduk perkotaan dan perubahan gaya hidup masyarakat mendorong lonjakan permintaan rumah tapak di kawasan Jabodetabek sepanjang 2024–2025,” ungkap Senior Associate Director Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto, dalam keterangan resminya.

Menurut Ferry, rumah tapak tetap menjadi pilihan utama masyarakat dibandingkan hunian vertikal seperti apartemen. Hal ini dipengaruhi oleh keinginan masyarakat untuk memiliki ruang pribadi yang lebih luas, lingkungan yang mendukung aktivitas keluarga, serta kemudahan akses menuju pusat-pusat aktivitas.

“Rumah tapak masih menjadi pilihan utama karena selain menawarkan ruang hidup yang lebih luas, juga lebih sesuai dengan gaya hidup keluarga di Indonesia,” jelas Ferry.

Permintaan Rumah Tapak Terus Meningkat

Ferry menjelaskan bahwa kawasan Jabodetabek masih menjadi magnet utama bagi masyarakat yang mencari hunian, khususnya kalangan pekerja dan keluarga muda. Kondisi ini dipicu oleh perkembangan infrastruktur, termasuk jalan tol, transportasi massal, serta fasilitas publik yang semakin lengkap.

Dalam laporan Colliers Indonesia, permintaan rumah tapak di Jabodetabek sepanjang 2024 diprediksi meningkat hingga 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini diproyeksikan terus bertambah hingga akhir 2025, seiring dengan rencana ekspansi sejumlah pengembang besar yang akan meluncurkan proyek-proyek baru.

“Kalau kita lihat, pertumbuhan penjualan rumah tapak di sekitar Jabodetabek menunjukkan tren positif, terutama pada segmen harga Rp500 juta hingga Rp1 miliar,” terang Ferry.

Pengembang Genjot Pasokan

Merespons tingginya permintaan tersebut, sejumlah pengembang properti besar di Indonesia telah menyiapkan strategi agresif untuk menambah pasokan rumah tapak. Fokus utama mereka tetap pada segmen menengah yang dinilai paling stabil permintaannya.

Beberapa kawasan yang menjadi pusat pengembangan antara lain Bogor, Bekasi, dan Tangerang. Daerah-daerah ini dipilih karena memiliki akses langsung ke Jakarta melalui berbagai moda transportasi.

Pengembang besar seperti Summarecon Agung, Sinar Mas Land, dan Ciputra Group telah mengumumkan rencana ekspansi proyek residensial baru di kawasan penyangga Jakarta. Tidak hanya menyasar segmen menengah, sejumlah proyek juga mulai menyasar segmen premium dengan konsep hunian modern, hijau, dan terintegrasi.

Selain itu, kemudahan akses pembiayaan perumahan dari sektor perbankan turut mendorong masyarakat untuk mulai melakukan pembelian rumah. Program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan bunga rendah, tenor panjang, serta dukungan program subsidi pemerintah, menjadi daya tarik tambahan bagi calon pembeli rumah pertama.

Kenaikan Harga Diprediksi Stabil

Meskipun permintaan tinggi, Ferry memperkirakan bahwa kenaikan harga properti residensial sepanjang 2025 akan berada dalam kisaran yang wajar, sekitar 7 persen. Angka ini dinilai sesuai dengan proyeksi pertumbuhan sektor properti di Indonesia.

“Kami melihat bahwa harga properti akan naik sekitar 7 persen tahun depan, angka yang masih tergolong sehat jika dibandingkan dengan kondisi pasar beberapa tahun terakhir,” jelas Ferry.

Menurutnya, kenaikan harga ini merupakan refleksi dari peningkatan permintaan, tingginya biaya pengembangan, serta dorongan dari peningkatan harga tanah di sekitar kawasan Jabodetabek.

Namun demikian, Ferry menekankan bahwa pengembang harus tetap cermat dalam menetapkan harga jual agar tetap kompetitif, mengingat daya beli masyarakat yang masih bervariasi.

“Kalau harganya terlalu tinggi, daya serap pasar bisa terhambat. Maka itu strategi harga harus cermat dan mengikuti segmen pasar yang dibidik,” katanya.

Tantangan Industri Properti

Meski prospek pasar rumah tapak positif, industri properti residensial masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah persoalan lahan yang semakin terbatas di kawasan strategis. Akibatnya, harga tanah terus melonjak, membuat biaya pengembangan menjadi lebih tinggi.

Di sisi lain, inflasi dan fluktuasi suku bunga acuan juga turut mempengaruhi keputusan pembelian properti oleh masyarakat. Naiknya biaya hidup membuat sebagian calon pembeli memilih untuk menunda kepemilikan rumah.

Namun, dengan dukungan kebijakan pemerintah melalui program subsidi, relaksasi pajak properti, serta insentif lainnya, industri properti diyakini tetap memiliki peluang besar untuk tumbuh.

Ferry menambahkan, peran pemerintah tetap menjadi kunci agar target pertumbuhan sektor properti bisa tercapai.

“Stimulus dari pemerintah seperti insentif PPN ditanggung pemerintah (DTP), subsidi bunga KPR, serta kemudahan perizinan, sangat penting untuk menjaga momentum pertumbuhan,” tutur Ferry.

Potensi Kawasan Pengembangan Baru

Selain kawasan tradisional Jabodetabek, beberapa wilayah pengembangan baru juga mulai dilirik oleh para pengembang. Contohnya adalah kawasan Cikarang, Karawang, hingga ke arah timur Pulau Jawa, seperti Cirebon dan Semarang.

“Beberapa kawasan baru mulai dilirik karena akses transportasinya makin baik, ditambah dengan pengembangan kawasan industri yang bisa menjadi pendorong kebutuhan hunian,” kata Ferry.

Dengan pengembangan infrastruktur yang semakin merata, pasar properti residensial di Indonesia memiliki potensi tumbuh lebih besar ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index